Saveri and Rules

3K 432 28
                                    

Sebatang kara sejak lama, tak memiliki siapapun hingga akhirnya ia menjadi sangat keras dan kuat untuk kelangsungan hidupnya. Telah memakan banyak manis dan pahitnya kehidupan, menghadapai dunia yang sebesar ini tidak mudah untuk Saveri yang kecil dan hanya seorang diri. Pernah bergantung, namun akhirnya semakin hancur karena dibunuh oleh kenyataan yang membuatnya tak percaya lagi pada cinta.

Semua itu hanyalah omong kosong bagi Saveri, semua itu hanya membuat Saveri muak, bahkan pada dirinya sendiri. Jika bisa, Saveri ingin sekali Tuhan cepat - cepat memanggilnya. Agar tidak ada lagi kata sengsara didalam hidupnya, agar tidak lagi menghadapi dunia yang terlalu kejam untuknya. Namun pikiran itu hanya terlintas ketika ia sedang benar - benar putus asa, seperti sekarang ini.

Sejak kejadian beberapa waktu lalu di kediaman keluarga Adhitama, banyak sekali pikiran yang menggerogoti pikiran serta mencabik hatinya. Ditolak mentah - mentah dengan ucapan yang tidak baik, caci maki dan keangkuhan yang membuat Saveri merasa sangat hina serta terkucilkan.

Memang begitulah, orang kaya tidak selalu mempunyai etika yang bagus. Uang membutakan banyak orang yang mungkin memang memiliki hati yang baik. Kekayaan membuat mereka merasa tinggi dan merendahkan siapapun yang tak sebanding dengan mereka. Rasa menghargai atas perbedaan seolah bisa dibungkam dengan isi dompet. Menjijikan, tetapi begitulah kenyataannya. Karena semakin lama, dunia semakin kejam dan membuat siapapun terpaksa untuk menjadi jahat hanya untuk melindungi dirinya sendiri.

Kasar, bukanlah sifat Saveri sejak pertama kali ia dilahirkan. Keadaan yang menuntutnya untuk menjadi seperti ini. Jika Saveri masih membiarkan sifat lembut dengan hati yang mudah tersentuh sampai sekarang, mungkin ia sudah kalah sebelum berperang. Mungkin dunia sudah membuatnya menjadi manusia bernyawa tanpa mental baja sebelum ia meraih kesuksesan hidupnya.

Memikirkan hal - hal seperti ini membuat Saveri berdecih sebelum ia kembali menyesap Abshinte yang sudah ia tuangkan pada gelas kecil dihadpannya. Pening sudah mulai terasa, denyut di pelipisnya juga sudah mulai membuatnya hilang kesadaran perlahan. Abshinte adalah minuman dengan alkohol yang bisa dikatakan sangat tinggi, 45-70%. Efeknya juga tidak main - main untuk siapapun yang mengonsumsinya, bisa menyebabkan halusinasi berat hingga kematian jika meneguknya berlebihan. 

Tapi Saveri hanya akan menyentuh minuman itu ketika ia sudah sampai pada titik terberatnya, jadi tidak terlalu sering. Namun tetap saja, efek besar dari mengonsumsi alkohol itu membuat badannya terasa sangat panas dan kepalanya pening bukan main. Ia menghela napasnya panjang sebelum ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, matanya yang sudah sayu itu menatap nanar kearah langit - langit ruang tamu yang terdapat di apartemen Mr. Adhitama

Seulas senyum tipis terukir di bibirnya sebelum ia kembali menarik napasnya, meski pening, rasanya lega. 

"Lo udah melewati banyak hal, Saveri. Sooner or later, everything will be ok, your dreams will come true, right?" 

Kemudian ia terkekeh sebelum ia kembali pada posisinya, ia ingin kembali menuangkan Abshinte dari botol pada gelas nya. Saveri ingin benar - benar tidak sadarkan diri malam ini, setidaknya sampai besok agar otaknya berhenti merangsang banyak pikiran yang hadir tanpa kemauannya. Namun belum sampai itu terjadi, botol yang berada digenggaman Saveri terampas begitu saja. Cukup kasar, membuat tangan putihnya memerah.

Kepala Saveri ia angkat untuk menatap orang yang sudah berani menganggu waktu untuk menenangkan dirinya. Bibir tebal itu mengeluarkan decakan kecil, tapi mampu didengar dan dilihat jelas oleh lelaki bertubuh besar yang kini menatapnya dengan tajam dan mengintimidasi. 

Pandangan Saveri langsung ia alihkan asal, ia tidak mau menatap balik Mr Adhitama yang menuntutnya lewat tatapan dari onyx gelapnya. Saveri ingin istirahat, tidak ingin diganggu, itu saja. Tapi melihat cara Saveri seperti ini membuat Mr Adhitama juga terpancing emosi, berani sekali sekertaris sekerta submissiv nya itu mabuk dengan kadar alkohol yang cukup ditinggi didalam apartemen nya? 

Mr. AdhitamaWhere stories live. Discover now