Yes or No?

3K 432 60
                                    

Pening, adalah yang Saveri rasakan ketika pertama kali ia membuka kedua mata. Tangan menyentuh pelipisnya, membuat Saveri menoleh pada lelaki disebelahnya. Hembusan napas pelan terdengar setelah Saveri menangkap sosok Mr Adhitama yang masih berbaring disebelahnya. Pemuda mungil itu sempat mengulat beberapa kali sebelum akhirnya ia sendiri yang terhentak bangun ketika nyawa-nya sudah kumpul.

Mr Adhitama ikut mengubah posisinya menjadi duduk sekaligus memberikan tatap bingung dengan alis yang ia tautkan serta kening yang mengerut, "kenapa harus bangunnya tiba - tiba kayak gitu, sih? Kamu lagi hamil, kalau gerak jangan kayak flash." ketusnya dingin. Membuat manik terang dari mata yang masih sendu itu menatapnya tak kalah bingung dari sang bos.

"Kenapa saya ada disini? Bukannya semalam kita mau ketemu sama-"

"Kita udah ketemu mereka, tapi semalam kamu itu mabuk. Jadi nggak terkendali, dan mungkin kamu juga nggak inget apa - apa sekarang." Saveri meneguk salivanya kasar.

Ia menundukkan kepala sambil memainkan jari - jarinya, akar pikiran mulai menjalar, ada perasaan takut sekaligus gugup. Apa yang ia lakukan saat mabuk itu, kebanyakan hal yang memalukannya. Dan Mr Adhitama mengatakan bahwa ia mabuk saat pertemuan tadi malam, apakah ia membuat bossnya malu lagi? Atau malah menciptakan kekacauan seperti sebelumnya? 

Tapi, ia sama sekali tidak ingat apapun. Saveri hanya ingat bahwa semalam ia duduk didalam mobil menuju mansion. Setelahnya, ia tak ingat lagi. Pemuda mungil itu bergumam sambil memekik heran, ia mabuk? Tapi semalam ia juga tidak meminum apapun yang terdapat alkohol didalamnya. 

"Kamu kenapa?" Tanya Mr Adhitama sambil memegang bahu Saveri, membuat pemuda mungil itu mengangkat kepala dan kembali bertatap dengannya, "kamu bohong, ya? Saya nggak minum apapun semalam kecuali air putih dan jus jeruk." ketus Saveri sambil menurunkan kasar tangan sang bos.

Decak pelan terdengar dari Mr Adhitama, ia memalingkan pandangannya kemudian beranjak bangun dari posisinya; mengabaikan Saveri. Jujur saja perlakuannya yang seperti ini sama sekali bukanlah Mr Adhitama yang ia kenal, mengabaikan? itu sangat aneh. Saveri tidak tinggal diam melihat bos nya seperti ini, ia ikut beranjak bangun dan menarik tangan lelaki yang tertubuh lebih besar darinya hingga mereka berdiri hadapan dan kembali bertatap.

Sama sekali tak ada kata yang keluar dari bibir mereka ketika beberapa detik bertatapan, Saveri menatap lekat obsidian gelap milik sang bos. Seolah mencari sesuatu yang bersembunyi dibalik sorot tenang itu. Ia berdecak ketika menyadari kejanggalan itu, namun tak bisa menyadari apa yang disembunyikan oleh sang bos. 

"Daripada kamu nahan saya buat keluar, mendingan kamu mandi terus ikut sarapan bareng keluarga saya. Jangan harap bisa dapat sarapan kalau belum mandi, nggak ada yang tahan sama bau ayam di badan kamu." Ucapnya dingin kemudian berlalu meninggalkan Saveri yang menggerutu kesal, ia menghentakkan kakinya cukup kencang;  bahkan sempat melompat kesal.

Hingga akhirnya keram terasa diperut, membuat Saveri meringis sambil memegang perutnya. Tapi lapar juga terasa diperutnya, kalau ia hanya duduk sambil terus menggerutu tak membuat perutnya kenyang. Jadi ia memaksakan untuk jalan menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. 

Ketika sudah selesai dengan mandi - nya, Saveri berdecak sambil berkacak pinggang. Ia sama sekali tidak membawa baju ganti, dan bajunya yang semalam pasti sudah tercampur aroma ayam, ah sial, Saveri jadi berpikir bahwa ia benar - benar beraroma seperti ayam karena Mr Adhitama terus menyebutnya seperti itu.

Tapi tak mungkin juga ia keluar ikut bergabung sarapan dengan bathrobe seperti ini, itu sangat tidak sopan. Akhirnya Saveri membuka lemari, mencari pakaian siapa saja yang bisa dipakainya untuk saat ini, termasuk pakaian dalam. Ketika ada satu pasang baju dan celana yang sudah Saveri pilih, ia keluarkan dari lemari untuk dipakainya pagi ini. Bukan pakaian formal, hanya baju dan celana panjang dengan ukuran besar, jauh lebih besar darinya.

Mr. AdhitamaWhere stories live. Discover now