A little smile.

3K 370 44
                                    

"Adhi- ahh! Ahh! Iya di sana, ah!" 

Suara serak basah yang membelai erotis telinga Mr Adhitama membuatnya mempercepat gerakan pinggul kala menghujam kerut merah muda milik Saveri. Sejak pernyataan cintanya, Adhitama ingin kembali memberi kehangatan pada Saveri seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Namun kali ini tentu saja beda, terdapat rasa cinta dari Adhitama yang Saveri ketahui meski dirinya sendiri belum sepenuhnya yakin.

Setiap kali mereka melakukan kegiatan panas tersebut, tidak pernah ada yang namanya pelan-pelan. Pasti selalu penuh nafsu dan gerakan yang kencang untuk saling memuaskan sampai biring peluh dan air mata bercucuran tak cepat henti.

Kini posisi berganti, Saveri duduk di atas sambil membelakangi Mr Adhitama yang mendapatkan pemandangan indah; pipi bokong Saveri yang besar dan sedikit kemerahan sebab tamparanya barusan. 

'Plak!' 

"Uh-" Saveri melengguh pelan ketika mendapatkan sentuh kasar dari tangan kekar milik Mr Adhitama, ia paham betul bahwa itu adalah sebuah pertanda bahwa Saveri harus segera bergerak untuk mereka memuaskan satu sama lain. 

Perlahan namun pasti, Saveri bergerak dengan tangan yang menggenggam erat lututnya sendiri. Tubuhnya maju-mundur ke depan dan belakang, mengeluar dan memasukkan kejantanan si tampan yang hanya tiduran sambil menggeramkan napas kala ia rasakan pijatan pada lubang Saveri menariknya masuk lebih dalam.

"Ah! Ad-adhi.. slap me, ah-~!" 

'Plak!' 

Satu tamparan lagi menyambar keras pipi bokong Saveri yang kini berwarna merah pekat. Sengaja ia meminta hal demikian agar mempercepat gerakannya, Saveri akan jauh lebih liar kala tangan kekar itu membuat pipi bokongnya pas. 

Seakan tak puas dengan pergerakan seperti sebelumnya, kini Saveri memompa dirinya sendiri di atas tubuh yang kekar itu. Kesejatian Mr Adhitama ia keluar masukkan, masih dalam posisi tadi. Hanya saja Mr Adhitama bisa melihat dengan jelas bagaimana kerut merah muda itu menghempas dan menarik kejantananya bertempo yang cukup cepat.

"AH!" 

Di sana lah prostat si manis, tubuhnya bergetar dan sempat tidak bisa bergerak lagi. Hingga kemudian Mr Adhitama yang mengambil alih untuk menyatukan kedua pipi bokong Saveri hingga menjepit batang miliknya secara utuh kemudian ia bergerak menumbuk lubang yang haus akan kepuasan.

"Ah! Hiks.. Ah!" 

"Enak Saveri?" 

"Enak, ah! Lagi, lebih cepat lagi genjotnya!" 

"Hngh! Saveri!" Mr Adhitama menggeram kala Saveri berakhir dengan pelepasan terlebih dahulu, kemudian ia menyusulnya. 

Napas mereka berdua terengah-engah, Saveri lelah bukan main. Akhirnya ia peluk kaki jenang Sang bos dan tersenyum tipis kala bokong itu mendapatkan tamparan yang lebih lembut dari sebelum-sebelumnya. "Kamu jangan banyak gerak kayak tadi, kalau mau dipuasin bilang saya. Jangan maksain." 

"Saya suka kayak tadi. Saya suka kalau saya yang mimpin permainan di ranjang, rasanya saya seneng karena bisa nyenengin kamu, Mas." 

"Saveri." 

"Terima kasih udah mau jujur?" Adhitama tersenyum mendengarnya kemudian mengangguk pelan. "Come here." 

Detik selanjutnya Saveri mengubah posisi, sedikit melengguh kala mengeluarkan kesejatian Mr Adhitama dalam dirinya. Kemudian ia beranjak untuk berbaring di sebelah Mr Adhitama; masuk ke dalam pelukannya. 

"Saya belum denger rasa kamu." Ucap Mr Adhitama yang segera dibalas tatapan oleh Saveri, pemuda manis itu mengulum senyum lalu berkata, "dengan hadirnya biji kacang dan saya rawat terus, saya rasa itu sudah cukup menjelaskan." 

"Say the words Saveri." 

"So, you really want me to say that?" Adhitama hanya diam, membuat Saveri memajukan kepalanya untuk mengecup singkat bibir tipis Sang bos. Setelahnya ia berkata, "We love you, Adhi." Final Saveri

***

Mr. AdhitamaWhere stories live. Discover now