Untitled.

2.8K 443 94
                                    

Tubuh mungil itu masih dalam pelukan lelaki yang bertubuh lebih besar darinya. Masih dengan berbalut kain tipis tanpa pakaian apapun lagi. Saveri gemetar ketakutan, kedua mata yang terpejam serta bibir yang digigitnya kuat - kuat. Tangan mungilnya meremas ujung pakaian ditengkuk Mr Adhitama, sungguh, ia terlihat sangat menyedihkan sekarang.

Perlahan direbakannya tubuh mungil Saveri diatas ranjang, kemudian ditatap beberapa detik oleh Mr Adhitama yang sekarang menghela napasnya dalam - dalam. Selanjutya ia ikut bergabung bersama Saveri, mengungkung tubuh kecilnya dan membelai kepalanya dengan lembut. 

Sendu sabit Saveri bersama bulu matanya yang bergetar, didaratkannya kecupan hangat pada daun telinga pemuda yang masih bergetar dibawahnya hingga ia memejamkan mata hingga berderai-lah air yang sudah mengapung di kedua matanya sejak tadi. 

"Sshh, it's ok, you're safe." bisiknya terdengar lembut, namun memuakkan.

Bagaimana bisa seorang yang baru saja menakutinya dengan tradisi keluarga itu mampu mengatakan demikian? Saveri menggelengkan kepalanya kemudian mendengus, selanjutnya perlakuan tak terduga. Ia mendorong dada bidang milik bosnya untuk menjauh, hingga posisinya ia ubah menjadi duduk dengan kedua mata yang ditutupnya saat ini.

"You're jerk. Your family... a bunch of jerks." ketusnya penuh penekanan, membuat Mr Adhitama menghela napas kasar kemudian ikut mengubah posisinya menjadi duduk sambil menatap Saveri

"Atleast kamu selamat, nggak ada satu bagian tubuh kamu yang-"

"Shut up, sialan! Daritadi saya memohon untuk kamu tolong saya, tapi kenapa saat uapan panas dari besinya mendekat ke paha saya baru kamu minta mereka untuk berhenti? Huh!? Apa menyenangkan bagi kamu ngeliat orang bergetar ketakutan?? Bajingan." 

"Watch your mouth. Saya bukan bermaksud begitu, tapi-"

"I told you to shut up, atau saya bikin kamu nggak bisa ngomong lagi?!" 

Mr Adhitama tertegun, mengedipkan matanya beberapa kali saat mencerna ucapan Saveri padanya. Apakah barusan itu adalah sebuah ancaman diiringi dengan tangisan? Atau sebuah permohonan? Mr Adhitama tak bisa membedakan. Saveri terlalu kacau dan kelewat takut, ia bisa melihat jelas bagian itu.

 Tangan kekarnya ia ulurkan untuk mengelus lembut punggung Saveri, namun baru beberapa menit bergerak disana, Mr Adhitama malah mendapatkan penolakan dengan kasar. Saveri menepisnya, lalu kembali menatapnya dengan tajam.

"Jangan sentuh saya! Kamu pikir kamu bisa sentuh saya se- ahh!

Saveri tak mampu melanjutkan ucapannya karena perut mendadak sakit ia rasakan, tangan mungilnya reflek singgah disana sambil mengelusnya pelan. Mr Adhitama juga nampak khawatir, terlihat dari bagaimana ia mendekatkan diri pada pemuda mungil itu dan ikut meletakkan tangannya diperut Saveri.

Pemuda mungil tersebut masih menangis hingga sakitnya semakin terasa. Tapi untuk menghentikan tangisnya juga tak mudah, meski Saveri sendiri merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana ia bisa terlihat sangat lemah sekarang ini? 

"Kamu jangan teriak, biji kacang nggak suka kalau kamu teriak - teriak." 

Tak ada jawaban apapun, hanya ada isak tangis Saveri yang mengisi ruangan. Mr Adhitama menyerah, setelah memastikan bahwa sakit tak terasa lagi pada perut Saveri, ia beranjak bangun dari duduknya. Berjalan keluar kamar untuk membuatkan susu hangat agar diminum oleh Saveri.

Berharap bahwa saat nanti ia kembali lagi Saveri sudah berhenti menangis.

Nyatanya hanya sekedar harapan. Saveri masih menangis, bahkan lebih keras ketika Mr Adhitama kembali dan menghampirinya lagi. Kali ini kepala si bos rasanya mau pecah, bingung harus bagaimana lagi menangani Saveri agar menghentikan tangisnya? Jujur pening mulai menjalar dikepalanya dengan suara Saveri yang terdengar cempreng menusuk telinganya.

"Saveri, kamu mau sampai kapan nangis terus? Suara kamu nanti habis, mata kamu nanti bengkak, t-"

"Kalo kamu nggak bisa bikin saya berhenti nangis, paling enggak kamu diem, jangan bikin saya makin sedih dan makin mau nangis." Ketus Saveri memotong omongan Mr Adhitama.

Si tampan menghela napas kasar dan menarik lengan Saveri dengan kasar juga, tubuh milik pemuda mungil itu dibawa kedalam dekapan hangatnya. Dibelainya lembut kepala Saveri hingga punggungnya, Mr Adhitama juga sambil menyanyi pelan untuk menenangkan Saveri. Ini adalah harapan terakhirnya, semoga berhasil.

"Snowflake, snowflake, little snowflake.Little snowflake falling from the sky.Snowflake, snowflake, little snowflake.Falling, falling, falling, falling, falling,falling, falling, falling, falling...falling on my head." 

Perlahan isak tangis Saveri berhenti, berganti dengan tangannya yang membalas pelukan sang bos. Kepalanya ia sandarkan pada bahu milik Mr Adhitama, hidungnya mencari spot aroma nyaman dari potongan leher Mr Adhitama.

Saveri mulai mengendus, seperti bayi kucing yang menggemaskan. Mr Adhitama tersenyum saat isak tangis itu berganti dengan helaan napas lembut dari lelaki yang masih berada dalam pelukannya.

"Feeling better?" Saveri mengangguk

"Saya mau dinyanyiin lagi, sambil tidur, kamu elus perut saya, mau nggak?" 

Tanya nya sambil menatap lucu kearah Mr Adhitama yang mengangguk sambil tertawa pelan, tubuh Saveri kembali diangkat oleh sang bos dan direbahkan pelan. Mr Adhitama juga menyelimuti ujung kaki sampai dada Saveri, lalu ia ikut bergabung bersama pemuda mungil itu.

Detik selanjutnya, Mr Adhitama mengelus kembali perut Saveri sambil menyanyikan lagu yang berhasil membuat Saveri berhenti menangis. Kantuk mulai  datang dimata Saveri yang layu, perlahan tertutup rapat akibat suara lembut dari si tampan yang mengantarnya tidur nyenyak.

Mr Adhitama mengukir sebuah senyum tipis ketika memandang lekat wajah damai Saveri dalam tidurnya, apalagi ketika pemuda mungil itu mengganti posisi dan mulai merengkuh tubuhnya yang jauh lebih besar. Saveri juga menggelengkan kepalanya berkali - kali, meminta Mr Adhitama untuk mengangkat tangannya sedikit agar memberikan Saveri ruang untuk masuk pada lenkuk lengannya.

Geli, namun lucu. Saveri tidur lebih nyenyak setelah wajahnya ia tenggelamkan pada ketiak sang bos, sementara pemiliknya menggeleng pelan. Masih dengan senyum yang terlihat disana, sambil bergumam, "Orang hamil unik, ya? Kamu lucu Saveri. Maafin saya udah bikin kamu nangis dan ketakutan, sleep well, jaga biji kacang dengan baik, ya." 

Ia ikut menyusul, tidur bersama Saveri dan membalas pelukannya.

***

sudah lama ya, rindu tidak? :(


Mr. AdhitamaWhere stories live. Discover now