Practice

2.9K 417 34
                                    

Bunyi pertemuan ujung sepatu dengan lantai menandakan kegelisahan Saveri yang duduk dihadapan Mr Adhitama, berkali - kali ia menghela napas untuk berusaha menenangkan dirinya sendiri dari kegelisahan yang asing. Karena sungguh, Saveri itu adalah orang yang sangat percaya diri. Menghadapi banyak orang yang tak pernah ditemui sebelumnya dengan membawa nama perusahaan sekalipun, tak pernah membuatnya gelisah seperti ini. 

Namun sekarang, saat Mr Adhitama akan mengajaknya bertemu dengan orang tua sang bos,  kepala Saveri malah pening setengah mati. Keringatnya sudah bercucur banyak diruangan yang memiliki pendingin udara ini, bahkan setiap detik pergerakannya pun menunjukkan bahwa ia tak bisa mengendalikan rasa tak percaya dirinya. 

Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab Saveri didatangi dengan rasa gelisah juga tak percaya diri.

Pertama, mungkin karena ia pernah ditolak mentah - mentah oleh saudara kandung Mr Adhitama. Berujung pada perkelahian, yang membuatnya sampai mematahkan tangan saudara kembar sang bos akibat hinaan serta caci maki yang diterimanya malam itu.

Kedua, mungkin karena pertemuan kali ini pasti akan jauh lebih menegangkan dari sebelumnya. Bagaimana tidak? Ia akan bertemu dengan kedua orang tua sang bos, dikenalkannya sebagai calon suami dengan membawa kabar kehamilannya yang baru berusia muda. Gila, ini membuat Saveri gila hanya untuk sekedar membayangkannya. Ia bergedik ngeri, membayangkan apa yang akan dikatakan oleh kedua orang tua Mr Adhitama ketika nanti sang bos mengenalkannya? 

Dan apa yang akan dilakukan orang tua Mr Adhitama jika mengetahui kehamilan Saveri? Apakah mereka akan menembaknya hidup - hidup? mengingat bagaimana Nathan memisahkan perkelahian Saveri dan Sadewa dengan pistol. Bisa jadi kemungkinan besar bahwa ia akan ditembak karena mengandung anak dari pemegang perusahaan utama, kan?

"Kalau kamu tegang, minum air yang banyak. Saya sengaja ngajak kamu makan malam dulu sebelum berangkat dan nemuin mereka, karena saya nggak yakin ada makan malam setelah pertemuan nanti." 

Bibir Saveri membentuk O sempurna, begitu pula dengan sabit cantiknya. Apa maksud dari ucapan Mr Adhitama? Apakah ini akan menjadi malam terakhirnya? Dan apakah ini juga menjadi terakhir kalinya ia makan? 

Apakah rasa khawatirnya akan ditembak hidup - hidup oleh orang tua Mr Adhitama akan terjadi? 

"Are you ok?" Pekik Mr Adhitama memincingkan matanya melihat ekspresi Saveri. Tak menjawab sama sekali, Saveri langsung beranjak dari duduknya seraya mengubah mimik wajahnya menjadi merengut kaku, "saya gak mau dibunuh, ya!" 

"B-bunuh?" 

"Kan dari awal saya udah bilang, kalau anda nggak mau tanggung jawab pun nggak apa - apa? Saya udah bilang kalau saya gak minta untuk dinikahin. Tapi kalau cara anda mengajak saya kehadapan mereka, terus mereka langsung bunuh saya dan biji kacang, saya gak akan terima! Saya akan gentayangin anda dan keluarga anda seumur hidup, biji kacang juga akan-"

"Stop talking nonsense? Duduk lagi, atau saya bikin kamu gak bisa duduk sekalian."

Saveri berdecih, ia melipat kedua tangannya didepan dada. Pandangan remeh ia lemparkan pada sang bos karena ucapannya yang membuat Saveri merasa tercela, apa maksudnya Mr Adhitama akan membuatnya tidak bisa duduk sekalian? 

Pemuda mungil itu menggeleng - gelengkan kepalanya tak percaya, ia masih belum menuruti perintah sang bos sambil memalingkan pandangannya ke tempat lain. Bahkan ia juga tidak sadar bahwa bosnya itu sudah berada dibelakangnya. Secara tiba - tiba, perut Saveri ditarik kebelakang hingga punggungnya menabrak pelan dada bidang milik Mr Adhitama.

Saveri terkejut bahkan napasnya tercekat ketika Mr Adhitama memusnahkan jarak mereka berdua, hembusan napas hangat milik si tampan meraba telinga Saveri lembut, hingga empu-nya menggeliat geli. Memang ia tak terima dengan perlakuan ini, tapi Saveri juga tidak menolak. Tangan Mr Adhitama yang berada diperutnya memberi kenyamanan sendiri, sebuah rasa yang tak bisa ia mengerti hadir darimana? Mungkinkan karena biji kacang tinggal disana? Makanya ketika tangan sang Ayah menyentuhnya, biji kacang menyapa dan memberikan kehangatan yang merambak juga pada hati Saveri?

Mr. AdhitamaWhere stories live. Discover now