Bab 10; Dia Pergi dan Dia Datang

446 76 78
                                    

Lost n Found

°°°

   Guanlin disana, masih terduduk diam menemani Jihoon yang tak sadarkan diri, menatap gurat wajah sembab lelaki manis dihadapannya yang sesekali menyerit tak nyaman. Ia mengusap wajahnya kasar, terlalu banyak pikiran dengan keadaan yang sedang terjadi.

Memangnya apa saja yang terjadi? Hanya Guanlin saja yang tahu:)

“Ji?”

Guanlin mendekat ke arah Jihoon yang baru saja membuka kedua matanya. Ia dengan cekatan menahan Jihoon yang hendak menuruni brangkar dengan tergesa.

“L—lin? Y-younghoon! A—yo kita kesana! Jangan tahan aku! Ayo kita kesana, hiks. Aku harus segera kesana untuk melihat Younghoon, karena Papa mungkin berbohong Lin!!! Hiks, ayo!”

“Jihoon!”

“Ayo Lin! ”

Jihoon memberontak kala Guanlin mengeratkan pelukannya bibirnya pun terus berkata “Ayo!” masih dengan tangis menyedihkannya. Tak ada hal apapun yang ia pikirkan selain keadaan Younghoon yang katanya sudah tiada. Ia tak mempercayai hal itu, sebelum ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

“Kita gak akan ke Younghoon sebelum kamu tenang.”

°°°

   Jihoon duduk terdiam dipinggir ranjangnya, dengan raut wajah kacau dan mata sembabnya. Menatap kosong kearah depan, ia— bahkan tidak pernah menyangka kalau dirinya akan kehilangan sosok suaminya secepat ini, jika mengingatnya kembali ia seperti ingin menertawakan takdir.

Jimin membuka pintu kamar sang adik dan berjalan mendekat, menatap sang adik dengan keadaan yang rrr— sedikit memperihatinkan itu. Ia bahkan tidak ikut pergi menguburkan jasad sang suami dan lebih memilih pulang lebih dahulu dan berdiam diri di dalam kamar.

Si manis sudah terlalu banyak menangisi kepergian Younghoon, suaminya.

“Dek— makan dulu yuk?”

Bahkan pertanyaan yang baru saja Jimin lontarkan tidak dihiraukannya. “Kakak bawakan ke kamarmu saja ya. Tunggu oke?” setelahnya Jimin berjalan keluar, kembali meninggalkan keheningan di ruangan bernuansa pastel tersebut. Begitu sang kakak keluar dari kamarnya, si manis kini meraih benda pipih yang sedari tadi tergeletak begitu saja diatas nakas.

Jihoon membutuhkan sosoknya sekarang.

Ia bangkit dan mengganti kemeja dan jasnya dengan hoodie berwarna soft blue lantas berjalan keluar kamarnya dengan cepat.

“Dek— eh Dek mau kemana?”

Jimin yang sedang membawa baki makan milik sang adik menghentikan langkahnya, ia sedikit dibuat terkejut oleh Jihoon yang berjalan tergesa.

“Jihoon! Makan dulu—”

“Nanti saja ka! Aku pergi!”

°°°

   Mobil Audi R6 itu terhenti dengan sempurna di areal parkir yang tersedia, sedangkan yang mempunyai mobil kini berjalan tergesa memasuki Café.

Dengan suasana hati yang masih berkabung dan kacau, ia menelisik seisi café dengan nafas memburu. Dan ia berlari menuju lelaki yang duduk membelakanginya seiring air matanya yang meluruh.

“G—guanlin, hiks.”

Lengannya memeluk erat tubuh lelaki itu dari belakang, menumpahkan segala rasa sesak yang ia rasa melalui sebuah isak tangis yang terdengar memilukan. Ia bahkan mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya, begitu pula dengan perempuan yang duduk dihadapan Guanlin.

Our Rotation [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang