Bab 11; He's My (ex) Paramour-

505 74 20
                                    

Hari ini, esok, dan seterusnya.

°°°

   “Jihoon—”

“Hm?”

‘Jika saja hatimu sama sepertiku.’

“Huh?”

“Jika kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu, kau bisa tersenyum lagi— jangan khawatirkan aku. Aku sama seperti orang bodoh, meskipun sendirian itu menyakitkan, akan aku lewati dengan mudah.

Jarak yang memisahkan kita, dengan kau berdiri dan tinggal disana— aku akan berada disini, menunggu untukmu, menantimu dihatiku. Di ujung jalan ini bahkan lebih jauh daripada lautan. Jika hari itu datang lagi dan kita bertemu— peganglah tanganku dan———


















Hidup bersama seperti apa yang kita rencanakan dahulu.”

°°°

   Detik jam dinding terus berlalu, namun ia masih terdiam menatap music box yang bahkan tak ia putar. Membuat ruangan itu hanya dipenuhi oleh suara jarum jam yang berdetak bukan dentingan-dentingan musik, seperti biasanya.

Ingatannya kembali memutar ulang kejadian, tepatnya percakapannya dengan seseorang dua minggu lalu, tepat seminggu setelah kepergian Younghoon. Terus berputar bagai sebuah kaset rusak.

Membuatnya menjadi seseorang yang terlalu banyak melamun.

Ia menghela nafas berat dan beranjak mengambil mantel juga dompetnya. Langkah kakinya ia bawa keluar dari apartemen untuk sekedar berjalan di taman kota, menyegarkan pikirannya yang sedikit tertekan.

Yang kini memutar kejadian pada malam selasa kala itu—

°°°

F l a s h b a c k—

   Jam digital yang berada diatas nakas menunjukkan angka 12:02 dini hari, suara gemericik air dari kamar mandi terdengar samar. Bergeser sedikit ke arah ranjang, lelaki berbalut selimut tebal yang sedang tertidur dengan nyaman itu mulai terusik. Kedua alisnya mengerut tak nyaman, sesekali ia mengerang kecil dan bergerak tak nyaman.

Sesaatnya ia kembali tenang.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan lelaki tinggi dengan balutan piyama berbahan sutera berwarna dark blue dan handuk yang menggantung diantara bahunya.

Ia menaiki ranjang dan mengambil ponselnya, mengecek beberapa email yang masuk setelah menggantung handuk miliknya.

“Ugh! Ti—tidak!”

Pandangannya teralihkan oleh lelaki disampingnya, hanya sekilas. Karena setelahnya ia kembali fokus pada ponselnya, meski kini sebelah tangannya menepuk-nepuk pelan tubuh berisi itu.

Awalnya lelaki yang berada disebelahnya kembali tenang, namun semakin lama ia semakin bergerak tak nyaman. Ia menghentikan pergerakannya, menatap lekat lelaki yang masih tertidur itu.

“Eummm~ ugh! Hiks.”

Guanlin, lelaki yang sedang memegang ponsel tersebut, segera menaruh ponselnya kembali ke atas nakas, beralih menepuk-nepuk paha lelaki disebelahnya dengan desisan pelan, guna membuatnya sedikit tenang.

“Hng, hiks, hiks.”

“Sssh ssh ssh, ini aku Ji. Tenang saja hm?” ujarnya sembari melayangkan kecupan-kecupan kecil pada pelipis Jihoon.

Our Rotation [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang