Bab 14; For Me, For You, and For Us

477 79 38
                                    

One, two, knock your heart.

°°°

   Ini sudah sebulan semenjak mereka bermain hide and seek pada hubungan keduanya. Cukup sulit bagi mereka untuk berkencan atau sekedar bertemu satu sama lain.

Terutama bagi Jihoon, ia harus pintar-pintar mencari alasan untuk dapat keluar rumah, karena Chanyeol dan Jimin benar-benar berusaha membuatnya kembali jauh dari Guanlin. Bahkan tak jarang Baekhyun ikut turun tangan untuk membantu si bungsu agar dapat saling bertemu.

“Mami dan Jihoon ingin kemana? Pagi-pagi sudah rapi seperti ini.”

“Menemani Jihoon check up, Pi.” Jihoon tersenyum tipis menjawab pertanyaan sang Papi. Setelahnya ia lanjut memakan sarapannya tanpa menghiraukan tatapan bersalah Jimin, dan tatapan penuh arti sang kepala keluarga.

Jimin meletakan perlahan sendok juga garpu yang sedang ia gunakan. “Jihoon.” panggilnya, membuat sang adik menatapnya.

“Sehabis sarapan— kita mengobrol sebentar bisa?”

Alis Jihoon mengkerut bingung, “Kenapa ingin mengobrol saja harus bertanya terlebih dahulu? Biasanyakan Ka Jimin juga main asal tarik aku aja.”

Ah ya benar! Kenapa malah menjadi canggung seperti ini?

“Oh? Hehe, aku kira kau terburu-buru harus pergi check up.”

“Tidak terlalu juga kok.”

“Ah, oke.”

°°°


   Tidakkah kalian tau bagaimana rasa canggung yang sangat mendominasi suasana itu seperti apa?
  
Jihoon yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja bundar yang berada di hadapannya, juga Jimin yang diam memperhatikan kegiatan sang adik.

Sejak sepuluh menit yang lalu, sejak keduanya telah selesai menghabiskan sarapan dan kini pindah di halaman belakang, keduanya terdiam.

Jihoon yang menunggu sang kakak yang berbicara, dan Jimin yang bingung harus memulai pembicaraan yang cukup ‘sensitif’ ini dari mana.

“Jihoon— kakak minta maaf.” ujar Jimin pelan, yang mendapat respon dari sang adik dengan kernyitan tak mengerti.

“Maaf? Memangnya Ka Jimin salah apa padaku sampai harus meminta maaf?”

Jimin terkekeh tak minat, “Soal hubunganmu dengan—”

“Aku paham,” jawab Jihoon cepat, bahkan sebelum Jimin menyelesaikan ucapannya,

“—tapi maaf Ka, Jihoon tetap tidak bisa menyanggupi permintaan Ka Jimin juga Papi agar Jihoon menjauhi Guanlin.” lanjutnya, jemarinya memutar menyusuri gelang emas putih yang melingkari pergelangan tangannya. Memainkan pelan bandul daun maple itu sembari melanjutkan perkatannya,

“Jihoon— tidak bisa. Dahulu memang Jihoon yang meminta untuk berpisah, namun pada akhirnya Jihoon sadar bahwa sebenarnya Jihoon tidak bisa jika harus tanpa Guanlin. Ka Jimin bisa menganggapku seorang budak cinta, tapi— ya begitulah kenyataannya.”

Ia mendongak, mengulum senyum kecil sembari mematap Jimin.

Hati Jimin menghangat melihat senyum sang adik, meski hanya kuluman senyum kecil. Namun, ia bersyukur masih mendapatkan senyum sang adik yang ia kira sudah sirna semenjak kejadian yang terjadi terakhir kali.

Ia balas tersenyum pada Jihoon, perlahan ia menautkan jemarinya pada jemari sang adik.

“Kakak minta maaf. Maafkan aku, yang berusaha menjauhkan sumber kebahagiaanmu, maaf sudah menghapus senyummu sebulan lalu—”

Our Rotation [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang