Bab 5; Ladang Penuh Duri

544 89 36
                                    

Semuanya berakhir sia-sia.

°°°

  “—Lai Guan...”

“guaNLIN!!!”

   Mata itu mengerjap beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya, rasa pusing yang secara spontan menggerogoti seisi kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Mata itu mengerjap beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya, rasa pusing yang secara spontan menggerogoti seisi kepalanya. Wajar saja, ia bahkan baru bisa mengistirahatkan tubuhnya saat jarum jam menyentuh angka enam pagi dan kini jam menunjuk pukul setengah delapan. Ia baru saja tertidur salama satu setengah jam.

Dan dengan tak berperasanya sang ibu yang sudah melahirkannya ke dunia ini, membangunkan dirinya dengan cara yang, errr sedikit kejam. “Ma~! Mengapa membangunkanku sepagi ini?”

“Bangunlah pemalas! Kau harus bersiap, ini sudah pukul setengah delapan. Acara akan dimulai satu jam lagi, jangan sampai kau terlambat. Mama dan Papa akan menyusul setelah rapat dikantor sebentar.” Ujar sang ibu sembari membuka gorden kamar sang anak.

Sedang si pemilik kamar masih terdiam mencerna perkataan sang ibu.

Pukul setengah delapan. Acara hari ini. Pukul setengah delapan. Acara hari ini. Pukul setengah delapan. Acara hari ini. Pukul setengah DELAPAN? ACARA HARI INI?!

Sial. Ia hampir saja lupa.

Guanlin, lelaki itu menuruni ranjang dengan tergesa memasuki kamar mandi, sedangkan Nyonya Lai hanya mendengus sembari berjalan menuju walk in closet.

Hanya butuh waktu tak lebih dari 20 menit, kini ia sudah selesai dengan ritual mandinya. Guanlin berjalan menuju sang mama yang sudah menyiapkan pakaiannya.

Hanya jas hitam yang ia padukan dengan celana bahan hitam begitupula dalaman turtleneck hitam.

Ia kembali menuju kamar mandi untuk memakai pakaiannya sebelum ia kembali untuk menata sedikit rambutnya.

Guanlin menatap pantulan dirinya dicermin full-body miliknya. Ia tersenyum sekilas yang nampak sangat menawan.

Bukan begitu?

‘Percuma saja kau menawan, jika seorang Park Jihoon sudah tidak dapat kau gapai bodoh.’

Batinnya diiringi senyumnya yang perlahan berubah menjadi sebuah senyum miris.

Hari ini memang seorang Park Jihoon akan menikah, tetapi bukan bersamanya seperti apa yang ia mimpikan beberapa saat lalu, melainkan Younghoon. Seseorang yang sudah berhasil mengambil alih kendali hati Jihoon, bukan dirinya lagi.

Sakit? Oh tentu.

Ia bahkan sudah berusaha keras untuk kembali mengambil hati Jihoon, mengorbankan apapun yang ia punya, hingga akhir dari pengorbanannya adalah kala si manis memberinya undangan pernikahan.

Our Rotation [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang