Bab 13; Should We...?

449 76 34
                                    

Millions people try to separate us.

°°°

   Hitam langit malam perlahan berganti, semburat sinar matahari menyembul dari ufuk timur. Memberi kesan berwarna merah muda yang terlalu indah untuk dilewatkan. Membangunkan tiap-tiap jiwa yang masih bergelung dengan selimut hangat mereka.

Namun, tidak dengan lelaki manis putra bungsu Presiden Korea Selatan kesayangan kita ini.

Jihoon, lelaki manis itu masih terduduk diam di depan jendela, terjaga sejak malam hingga pagi ini. Dengan kantung mata yang menghitam dan wajah sembab membuat ia terlihat sangat menyedihkan.

Ia berpikir, mengapa disaat ia sudah mempunyai sebuah keyakinan untuk memutar arah, berbalik, dan kembali pada pelukan seseorang di masa lalunya, dunia seakan menentang?

Apa ini sebuah karma karena ia menjadikan seorang Kim Younghoon sebagai pelariannya?

Ya, satu rahasia yang ia tutupi dari semua orang adalah, kenyataan bahwa ia menjadikan Younghoon sebagai pelariannya. Bertingkah seakan-akan ia mencintai lelaki tampan itu, seakan-akan ia bahagia menikah dan hidup bersama lelaki tersebut.

Sebuah rencana liciknya untuk membuat seorang Lai Guanlinnya cemburu, agar ia menyadari tentang kesalahannya di masa lalu. Dan— Jihoon, ia tak menyangka akan melangkah sejauh ini, maksudku, hingga masuk ke dalam jenjang pernikahan.

Katakanlah bahwa ia kejam dan tak punya hati. Karena sejujurnya— ia sedikit merasa bersyukur(?) atas kepergian Younghoon. Dan tentang tangisnya saat itu— ia menangis karena merasa bersalah.

Merasa bersalah, karena ia belum memberitahukan rahasianya pada mendiang suaminya tersebut.

°

   “Jihoon?”

Baekhyun masuk kedalam kamar sang bungsu dengan membawa baki makanan.

“Kau tidak tidur semalaman sayang?” Baekhyun menghampiri si manis yang masih menatap kearah luar jendela setelah ia menaruh baki makanan di meja belajar sang anak.

“Mami tidak pergi bekerja?” bukannya menjawab pertanyaan yang Baekhyun lontarkan padanya, si manis justru balik bertanya, dan tanpa menolehkan kepalanya sama sekali.

Tangan Baekhyun melingkari leher jenjang si bungsu, sesekali ia mengusap lembut pipi gembil Jihoon. “Mami sedang tidak ingin pergi ke kantor, dan hanya ingin menemani putra manis Mami.”

Jihoon terkekeh pelan mendengar jawaban Baekhyun.

“Mami. Sekarang Jihoon harus bagaimana?” tanyanya sendu, menghilangkan jejak tawanya beberapa detik yang lalu. Baekhyun yang tadinya tersenyum pun mendadak muram.

Ia menjawab dengan raut wajah penuh sesal. “Mami sudah mencoba mengajak Papi mu bicara, namun ia tetap menolak.”

“Memangnya salah ya Mi jika Jihoon ingin kembali bersama Guanlin?” Jihoon berbalik memeluk erat tubuh sang Mami, kembali meluapkan tangisnya yang sempat terhenti selama beberapa jam.

“Jangan menangis, sayang. Kau membuat Mami ikut sedih dan merasa gagal menjadi seorang Ibu untukmu.”

Dengan lembut Baekhyun mengusap surai Jihoon. Menyalurkan kasih sayang yang selama ini kurang ia berikan pada kedua anaknya. “Jihoon makan dulu yuk, kasihan bayimu kalau kau tak makan.”

Sontak ia menangis lebih keras saat mendengar perkataan Baekhyun. “Hiks, Mami mengingatkanku pada perkataan Guanlin tempo hari, hiks.”

Our Rotation [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang