Persetujuan

211 68 23
                                    

"Assalamualaikum " Salam Kanaya

"Waalaikumsalam nak, sudah pulang ya sekolahnya ganti baju terus makan, selesai makan nanti ke kamar bunda"

"siap bun"

Kanaya berjalan menuju kamar bunda

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki Kanaya

"Assalamualaikum bunda, ayah"

"waalaikumsalam nak"

"Sudah selesai makannya"

"Alhamdulillah sudah bun"

" sini nak duduk di samping ayah bunda" sahut ayah Kanaya

"ada apa yah?"

"Begini nak tadi orang tua gus zain datang kesini ada perjanjian kalau anak-anak sudah dewasa akan di nikahkan ini wasiat dari kakek nenekmu nak"

"Tapi yah aku baru mau lulus SMA ya walaupun tinggal besok aja terus uda lulus. Tapi aku juga kan mau kuliah sedangkan pernikahan itu bukan mainan dan harus siap lahir batin"

"Ayah tau nak, ayah juga kan yang nyuruh buat kuliah lagian bisa ditunggu sampai lulus kuliah nak"

"Iya bunda ya tidak setuju kalau mau nikah sehabis lulus SMA nak" sahut bunda kanaya

"Bun, kalau dia anak dari pemilik pesantren mengapa calon nya aku? biasanya orang seperti itu punya keinginan menikah dengan wanita sholelah atau ning sesama anak kyai juga. Lagian belum tentu juga dia cinta sama aku"

"Iya tau nak ayah bukan seorang kyai kan" sahut ayah

"Loh ayah maksud aku bukan kearah itu" Kanaya meyakinkan ayahnya itu

"Memang kenyataan nak, Tapi perlu di ingat kamu itu pun anak sholelahnya ayah bunda dan satu hal yang perlu kamu garis bawahi orang tua pihak laki-laki menyetujui dan merestui lantas kenapa kamu masih memikirkan hal yang membebani pikiran nak"

"Maaf ayah, namun pikiran-pikiran itu selalu melintas dipikiran Kanaya"

"Cinta akan tumbuh sendiri nantinya nak lagian waktu untuk mengenal lebih dekat juga lama sembari menunggu kamu lulus pendidikan itu 4 tahun lumayan lama" Jawab Bunda

"Ayah yakin dalam waktu 4 tahun kamu akan menyukainya bahkan dalam waktu singkat pun"

"Ayah begitu yakin?"

"Mengapa tidak, Putriku pilihan orang tua InsyaAllah akan menjadi pilihan yang baik dan benar nak selagi niatnya benar-benar" Tegas Ayah

"Bunda berharap ini menjadi yang terbaik untukmu"

"Aminn"

Di tengah obrolan mereka terlintas dipikiran Kanaya yang tengah ingin tahu bagaimana kepribadian calon nya

"menurut bunda kepribadian dia bagaimana bun?"

"Anaknya baik, sopan apalagi dari keluarga yang latarbelakangnya memang baik nak"

"Siapa namanya?"

"Zain Ghaffi Al-Ghaaziy" jawab bunda

"MasyaAllah nama yang bagus ya bun"

"Bagus dong kayak nama kamu" Jawab bunda

"Istriku, Anakku kalian lanjutkan ngobrolnya ya Ayah mau ke bengkel ngambil mobil"

"Oh iya yah"

Kanaya dan bunda mencium tangan Ayah

"Bun mobilnya masih suka mogok ya hehe"

"Iya tuh nak kayaknya perlu mobil baru deh" Bunda tertawa

"Bunda, kembali ke topik awal ya, Zain? Gus Zain itu umur berapa ya?"

"Umur 20 nak"

"Terus tadi kenapa dia ga ikut kesini?"

"Gus Zain sedang menyelesaikan pendidikan di Mesir jadi ya tidak bisa ikut kesini"

"Wih di mesir hebat ya bun"

Terlintas di pikiran Kanaya sepertinya Gus Zain ini lebih dari kata baik dan benar benar seperti sosok pria yang di idamkan"

"Tadi bunda kasih nomor wa kamu, Tujuanya supaya kalian saling kenal"

"Serius bun? tapi ko belum ada notif ya" Kanaya mengecek ponselnya

"Ciee udah ga sabar mau di chat"

"Ih bunda aku kan jadi malu" pipi Kanaya mulai memerah

"Anak bunda yang cantik dan baik tuh lihat pipinya sudah mulai memerah justru lebih baik nak kamu mulai tertarik dengan dia lebih cepat lebih baik" Goda bunda kepada anaknya

"Bundaa..." Kanaya tersipu malu dan salah tingkah

"Sudah-sudah sekarang waktunya kamu istirahat siang"

"Baik bun" Kanaya berjalan dengan girang dan tersenyum senyum

Melihat tingkah anaknya dari belakang bunda merasa senang dan menggelengkan kepalanya





Zain untuk KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang