Lena sudah berada dirumah Akbar sejak 1 jam lalu. Ingin pamit pulang tetapi Citra selalu menahannya, katanya disuruh menunggu Akbar pulang biar dia dianterin oleh Akbar. Tapi Lena bosen dari tadi ia hanya menonton televisi bersama Citra yang Lena gak ngerti jalan cerita sinetron itu.
"Mi, Lena pulang duluan ya? Lena lupa kalo ada tugas yang harus Lena kerjain." alibi Lena. Sumpah Lena bosen banget disini, Akbar tak memberinya kabar sama sekali sejak tadi.
"Tungguin Akbar dulu ya, sebentar lagi. Coba kamu telepon dia udah dimana." kekeuh Citra menahan Lena.
"Gak diangkat mi, chat aku aja belum dibaca." adu Lena.
"Yaudah tunggu sebentar lagi ya, gimana kita bikin kue aja biar gak bosen?" tawar Citra.
"Hm tapi mi..."
"Kamu tega liat mami nanti dimarahin Akbar kalo kamu pulang duluan gak nungguin dia?" lirih Citra.
Lena jadi ragu. Masa iya, dirinya tega mengorbankan Citra karena emosi pada Akbar. Tapi bagaimana, Lena sudah terlanjur kesal sama Akbar.
"Oke mi kita buat kue, tapi kalo sampe Akbar belum pulang juga setelah kita buat kue aku pamit pulang sendiri ya?" Citra hanya mengangguk sebagai jawaban.
Keduanya bergegas kedapur untuk memulai aksinya membuat kue. Bianca? Sedang pergi bersama dengan Linda. Karena ada beberapa buku yang harus mereka beli untuk keperluan skripsinya.
****
Dilain tempat.
Akbar sedang berada dikantin kampusnya, rapat telah selesai. Akbar memutuskan untuk membeli minum dulu baru pulang tapi sayang rencananya gagal karena ada seseorang yang menghampiri Akbar.
"Kok lo dikampus?" Tanya Bianca.
Masih ingat Bianca kan? Bukan kakaknya Akbar loh.
"Ada rapat organisasi, lo sendiri kenapa dikampus hari libur gini?" tanya balik Akbar.
"Ada keperluan mendadak, trus ini lo mau kemana?"
"Balik." jawab Akbar singkat.
"Gue nebeng ya? Gue kesini tadi naik ojek online." pinta Bianca.
Akbar mengerutkan keningnya. Menurutnya cewek ini berani sekali memintanya seperti itu. Memangnya dia tukang ojek apa.
"Yaudah naik ojek online lagi aja." ketus Akbar saat dirinya merasa risih pada Bianca. Padahal Akbar tidak pernah serisih ini pada perempuan.
"Masalahnya ponsel gue mati, gue gak bisa pesen." alasan Bianca.
"Rumah lo dimana?" tanya Akbar membuat hati Bianca senang.
"Di komplek mawar sana." jawab Bianca cepat.
Akbar nampak berfikir sebentar apa dia harus memberikan Bianca tebengan? Karena rumahnya dan Bianca itu berlawanan. Kalau Akbar mengantarkan Bianca dulu ia takut Lena sudah menunggunya di rumah. Oh ya ia lupa tidak melihat-lihat ponselnya sejak tadi. Akbar mengambil ponselnya didalam tas nya dan sudah banyak sekali panggilan dan chat dari kekasihnya.
"Bar please anterin gue yaa, gue bayar deh buat beli bensin." rengek Bianca.
"Gue buru-buru, sorry!" ucap Akbar hendak meninggalkan Bianca namun Bianca menarik lengan Akbar.
"Apaan lagi? Lo bisa naik taksi!" geram Akbar pada akhirnya.
"Gue gak bawa duit cash, tadi gue bayar ojek pake saldo." Bianca masih saja beralasan agar Akbar mau mengantarnya. Entah ada motif apa..
Akbar mengeluarkan dompetnya dan memberikan selembar uang seratus ribuan pada Bianca.
"Nih buat lo naik taksi, gue cabut duluan." ucap Akbar lalu meninggalkan Bianca yang terbengong dengan kelakuan Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR
Teen Fictionkisah tentang seorang cowok tampan sedikit badboy yang digemari oleh para wanita karena ke humorisannya. jadi langsung baca ajaa yukkk. yang belum tau siapa diaa bisa baca cerita sebelumnya disana udah dijelasin siapa dia. happy reading ❤