Hari sudah pagi, namun belum ada tanda-tanda kalau Akbar akan membuka matanya. Citra dan Devan sedang pulang kerumah untuk membawa keperluan mereka selama di rumah sakit. Begitu juga Gita dan Beni. Di rumah sakit tinggal Bianca, Linda, Raka, Kayla dan Lena.
Lena sudah sedikit tenang, namun masih suka menangis dalam diam. Lelaki yang selalu membuatnya tertawa sedang berjuang di dalam.
"Kay, Akbar kira-kira kapan bangun ya?" pertanyaan itu keluar dari mulut Lena. Bianca yang mendengar itu langsung menatap Lena tak suka.
"Mau ngapain lagi? Mau nyusahin adek gue lagi? Lagian lo ngapain masih disini sih! Mending pulang, gak guna juga disini." ketus Bianca.
"Bi.." tegur Linda.
"Kak Bi gak boleh ngomong kaya gitu, Lena disini untuk Akbar. Kalau nanti pas Akbar bangun, gak ada Lena pasti Akbar makin sakit. Kayla percaya kok, kalau Akbar sayang banget sama Lena. Lagian Lena gak mungkin nyakitin Akbar sampai kaya gini. Ini semua memang kecelakaan kak." akhirnya Kayla membuka suaranya membela Lena. Kayla yakin ini memang bukan salah Lena, ini memang takdir.
"Atau aku bakalan suruh orang untuk selidikin kasus ini, biar kak Bi gak nyalain Lena terus." lanjutnya lagi membuat Bianca terdiam.
Lena hanya bisa diam sambil menunduk, dadanya sesak. Kenapa bisa Bianca sebegitunya.
"Kak." panggil Lena dengan suara yang kembali bergetar.
Bianca tak menjawab.
"Izinin aku disini sampai Akbar buka mata ya, aku bakalan pergi kalau Akbar memang udah gak butuh aku lagi. Tapi kalau memang kebahagiaan kak Bi lihat aku sama Akbar pisah aku akan lakuin itu. Tapi nanti setelah Akbar sadar ya, aku mohon." lirih Lena dengan air mata yang sudah kembali mengalir di pipinya.
Kayla menggeleng, "gak kaya gitu jalan keluarnya. Kalo emang lo harus pisah sama Akbar, gue juga harus pisah sama Raka."
Raka menatap ke arah Kayla tak percaya, maksud dari perkataannya apa. "Kok jadi kita juga kena Kay?" tanya Raka.
"Kamu bilangin ke kak Bi, ini bukan salah Lena. Kalau memang mereka harus pisah, maaf kita juga harus pisah." lirih Kayla.
Raka menggenggam tangan Kayla, "gak bisa kaya gitu Kay, ini masalah mereka bukan masalah kita."
"Masalah Lena masalah aku juga Ka!" tegas Kayla membuat Raka membuang nafasnya kasar.
Raka menatap Bianca tajam, begitu sebaliknya. Bukan Raka tidak berani berkata kasar pada Bianca, disini ada Linda. Pasti Raka akan di marahin Linda. Meskipun Raka tau Linda akan mendukung dirinya dari pada Bianca yang jelas-jelas salah. Kenapa sih Bi....
Tiba-tiba saja Yura dan Arga datang. Entah dari mana mereka tau kalau Akbar masuk kerumah sakit. Lena memandang wajah Yura tak suka. Hatinya lagi hancur kenapa juga Yura pakai datang kesini.
"Akbar gimana Len?" tanya Yura pada Lena.
"Akbar masih di dalem kak, belum sadar." balas Kayla. Kayla tau apa yang di rasa Lena.
"Kenapa bisa Akbar kaya gini?" tanya Yura lagi.
"Kecelakaan kak." sahut Kayla lagi.
"Aku boleh jenguk gak?"
"Lo siapa?" tanya Bianca pada Yura.
Yura memandang Bianca dari atas sama bawah. "Kenalin nama gue Yura, kakak tingkat Akbar di kampus. Dan ini sahabat gue, Arga kakak tingkat Lena." ujar Yura.
"Gue Bianca, kakaknya Akbar." ujar Bianca.
Yura mengangguk, "kalau gitu gue boleh jengukin Akbar gak kedalem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKBAR
Teen Fictionkisah tentang seorang cowok tampan sedikit badboy yang digemari oleh para wanita karena ke humorisannya. jadi langsung baca ajaa yukkk. yang belum tau siapa diaa bisa baca cerita sebelumnya disana udah dijelasin siapa dia. happy reading ❤