Bab 4 (pesta)

949 127 19
                                    

Aku yakin mandi air panas akan membuat tubuhku segar kembali. Jadi, aku masuk ke bilik mandi, memutar gagang pancuran, meregangkan tubuh saat semburan kuat air hangat menghujaniku. Pikiranku masih berada di kejadin tadi siang. Aku mendesah beberapa kali, kucoba lupakan semuanya, tentang Tiffany.

Selesai mandi, aku keluar dari bilik dengan hati-hati dan memandang pantulan diriku di cermin berembun itu, mengelap embunnya dengan tanganku. Wajahku putih dan tampak dingin di bawah cahaya lampu yang terang. Aku lagi-lagi mendesah.

Aku mendengar sayup-sayup suara musik dari lantai bawah. Bruno Mars, dengan lagunya yang berjudul Marry You.

"Taeyeon Unnie!" teriak Hayeon dari arah tangga, meningkahi suara Bruno Mars yang sedang menyanyikan refrein.

"Changkaman!" aku balas berteriak.

Rupanya mereka sedang berpesta kini. Di ruang tamu Ajumma dan Ajusshi menyetel musik dengan Speaker dan berdansa di sekitar meja kopi diiringi lagu Bruno Mars, sementara di sofa Eomma, Hayeon dan Sooyeon tertawa melihat mereka.

"sepertinya seru" aku ikut tertawa kecil.
"eomma?" aku memberikan tangan kananku padanya, menawarkan berdansa bersamaku.

Kami berdua berdansa bersama, tidak beraturan. Yang kami tahu hanya menari dan tertawa bersama. Eomma menggeser kakinya ke kiri dan aku menggeser kakiku ke kanan. Kami menari mengikuti irama musik. Eomma yang terlihat lelah mengakhiri dansanya bersamaku. "eomma lemah sekali" tawa kami ini terdengar ke seluruh ruangan.

"mari minum bersama! Untuk Hayeon dewasa!" kami mengangkat gelas berisi sampanye. Sebenarnya aku tidak menyukainya, minuman itu membuatku sakit kepala dan aku juga tidak suka minuman yang mengeluarkan suara berdesis.

"Taeyeon kau yakin? Dia payah dalam hal seperti ini" tanya Eomma yang tahu segalanya. Aku menganggukan kepala.

"untuk Hayeon?" lalu kami bersulang.

Tiffany. Tiffany. Aku masih tak percaya membayangkannya sudah memiliki kekasih. Apakah ia hanya mempermainkanku selama ini?

Aku melirik ke arah Sooyeon yang sudah menghabiskan satu gelas sampanye nya. Aku terpukau, tidak menyangka ia adalah peminum yang hebat. Ia ikut berbincang dengan yang lain, sesekali ia tersenyum dan menularkannya padaku. Mereka tidak heran dengan aku yang tiba-tiba saja diam lain dengan biasanya dimana aku yang paling banyak bicara dan banyak melontarkan lelucon. Aku merasa perutku mulas.

Eomma beranjak untuk mengambil makanan di dalam kulkas, hal ini membuat sekat antara aku dan Sooyeon hancur. Mata kami bertemu. Aku menggeser dudukku agar lebih dekat dengannya.

"aku baru tahu kau selemah ini Taeng" aku tertawa kecil.

"berikan gelasnya" tantangku.

Sooyeon menyodorkan gelas minuman keras yang terisi penuh padaku. Tak ada cara lain untuk menghindar dari tantangan yang aku buat sendiri. Lebih baik lakukan saja dan buktikan padanya. Ingat Taeng, telan saja seperti minum obat.

Aku menyadari yang lain memperhatikan kami, terlebih padaku, menungguku meminumnya. Gelasnya masih berada di genggamanku. Dengan cepat aku meminumnya tanpa henti hingga akhirnya gelas itu kosong hanya diisi oleh udara, "selesai!" aku membanting gelas kosong itu ke atas meja.

Saat aku meminumnya dan merasakan gelembung-gelembung asam berdesis di kerongkonganku, membuat minuman itu jadi sulit kutelan. Mereka Bertepuk tangan dan tertawa. Aku tersenyum, melirik Sooyeon yang juga tersenyum tipis. Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya, memejamkan mata, merasakan Sampanye mengalir di pembuluh darahku.

Perutku mendadak mulas. Inilah momen yang kutakutkan. Ruangan itu terasa seperti bergerak mendadak dan bergeser.

Aku beranjak dan melawati semua orang yang kini kutahu menatapku bingung. Berjalan ke tangga, "Taeyeon?"

Sooyeon merangkulku, membantuku menuju kamar. Saat itu aku langsung berlari ke kamar mandi diikuti olehnya. Aku berlutut didepan closet dan muntah-muntah hingga tak ada lagi yang bisa kumuntahkan. Aku merasakan Sooyeon mengusap-usap punggungku.

Aku mabuk. Perutku melilit lagi.

Sooyeon membantuku membaringkan tubuh mungilku ke ranjang. "Taeng, Mianhae"

Aku membuka mata, tampaklah Sooyeon dengan raut wajah khawatirnya. Aku tidak mengatakan apapun. Aku dapat merasakan kelembutan seprai di bawah telapak tanganku. Aku mendesah, bersiap bangun dan duduk menghadapnya.

Aku menatapnya, dalam, semakin dalam hingga mungkin terlalu jauh. Aku mendekatkan wajahku hingga

Cup












•••

tap the star!

Say Hello Ms.Jung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang