Diamnya Sooyeon membuatku teringat pada satu kejadian. Gerak-geriknya sama persis seperti saat aku mabuk dan menciumnya. Bagaimana bisa aku menciumnya dua kali hanya dalam waktu satu bulan? Bahkan aku saja belum pernah merasakan bibir Tiffany. Itu bukan karena aku Bhyun atau memanfaatkan Sooyeon. Tapi dia memang menarik, dan aku memang menyukainya.
Kami tidak bicara dua hari penuh. Dia terus menghindariku dengan wajah malasnya ketika aku tiba-tiba datang. Tentu saja hatiku merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi. Bahkan ketika aku ingin meminta maaf, dia langsung pergi tanpa memberiku kesempatan.
Aku berusaha, untuk mendapat perhatiannya, tapi yang menyebalkan adalah, ketika-
"Sooyeon! Kris- Kris dia menanyakan kabarmu, hehe. Eum aku sudah bilang padanya kau baik-baik saja." aku menunjukkan pesan dari Kris.
Berhasil! Dia bicara! Tapi-
"aku tidak punya nomor teleponnya, bisa berikan padaku?"
"nde?" aku membeku.
Sebenarnya siapa yang bodoh?! Ah sialan! Kenapa dia malah ingin bicara dengan Kris dibanding aku?!
Apa lagi, keesokkan harinya aku melihatnya terus saja memainkan ponsel sambil terkekeh, tersenyum bahkan tertawa. Aku panik setengah mati karena mengira itu dari Kris tapi ternyata- bukan! Itu dari Soojung. Syukurlah. Melegakan tapi tidak sepenuhnya.
Sungguh,
Kejadian itu menghantamku, menyakitkan, memalukan. Rasa bersalah dan semua perasaanku akan mengubah interaksi kami berdua menjadi neraka. Menuju pengingat akan apa yang kulakukan, tetapi apa yang masih belum aku lakukan.
Aku keluar kamar, berniat untuk pergi ke dapur. Lalu aku mendapati Eomma yang sendirian sedang membereskan dapur. Aku duduk di bangku dengan wajah kusut. Eomma yang melihat itu merasa heran, karena memang tidak biasanya aku seperti ini.
"kenapa wajahmu seperti itu? Kau sakit?" aku menggeleng ketika Eomma memeriksa suhu tubuhku dengan memegang jidatku.
Aku diam sejenak- "Eomma, aku mau ikut pergi ke Amerika bersama Sooyeon."
Ucapanku membuat Eomma terkejut bukan main. "Mwo?! Kau gila? Taeyeon untuk apa kesana? Hidupmu ada di Korea, kau harus kuliah dan lainnya. Jangan berpikiran hal yang tidak masuk akal."
Wajahku menjadi lebih kusut lagi. "jika Sooyeon pergi ke Amerika maka hidupku juga pergi ke Amerika Eomma!!"
Aku merengek meminta izin pada Eomma untuk membiarkan aku pergi ke tempat Sooyeon juga pergi. Aku menjelaskan bahwa hanya untuk beberapa hari. Sampai akhirnya Eomma terkejut lagi ketika aku mengucapkan sebuah fakta.
"aku menyukai Sooyeon, Eomma. Jebalyo Eomma. Hanya untuk beberapa hari saja, aku bisa izin ke kampus." aku memegang tangan Eomma, mencoba untuk membuatnya lemah.
"Kim Taeyeon~, jangan gila."
"WAE? kenapa Eomma bilang aku gila? Apa menyukai Sooyeon itu membuat aku terlihat seperti seorang yang tidak waras?!" aku sedikit menaikkan nada bicaraku.
"jadi- Taeyeon menyukai Sooyeon?" aku terlonjak ketika mendengar suara Ajusshi dari belakang. Aku tidak bisa menyangkal itu karena sudah jelas aku mengucapkannya. Senyuman tipis yang hanya bisa aku berikan.