Bab 15

623 84 8
                                    

Aku menoleh disana ada Tiffany yang berjalan sendirian kearahku. Aku tersenyum dan melambaikan tangan. Tiba-tiba Sooyeon datang langsung memeluk lenganku. Aku merasa heran, seakan aku akan pergi meninggalkannya, jadi dia seperti itu.

"hai, kalian sedang apa disini?" tanya Tiffany. Kini aku dan Sooyeon saling menatap, saling bertanya apa yang harus dikatakan.

"ahh kami sedang berkencan." Kami memang berpura-pura menjadi sepasang kekasih.

"really? Tae, dasar pembohong. Kau bilang akan pergi menemani Hayeon ternyata kau akan berkencan bersama Jessica." sial, aku melupakannya. Aku terkekeh pelan kebingungan atas kebodohanku sendiri.

"kau sendiri sedang apa, Fany?" tanyaku balik, mencoba mengalihkan topik pembahasan.

"aku habis berbelanja, baru ingin pulang. Tae, ada apa dengan tanganmu? Apa kau baik-baik saja?"

"dia baik-baik saja. Ada kecelakaan kecil tadi, aku akan menjaganya dengan baik. Anyway, Taeng, kau tadi sangat ingin pulang kan? Yasudah ayo pulang." pinta Sooyeon sembari mencubit perutku.

"Aww! Everest!"

Aku yang ingin memelototinya, langsung mengurungkan niat setelah melihat tatapannya yang lebih menakutkan. Aku menghela napas kasar. Berpikir kenapa dia sekarang yang lebih galak dan aku yang tunduk?

"baiklah, Tiff. Kami harus pulang. sampai jumpa." ucap Sooyeon dengan senyum tipisnya. Lalu seperti biasa, tanpa mendengar sahutan dari lawan bicaranya, dia sudah akan pergi meninggalkan lawan bicaranya.

Sooyeon masih mendorongku. Dia terlihat kesal. Seharusnya aku kan yang kesal? Aku melepas tangannya yang memeluk lenganku. Kami berdua berhenti, saling menatap. Dia terlihat kesal, namun juga- terlihat masih bersalah akan kejadian tadi di lapangan es. Aku menghela napas kasar. Dan mendekatinya.

"baiklah-baiklah, aku memaafkanmu. Tapi dengan satu syarat." aku menyenggol bahunya dan menaikan satu alisku.

"huhh, apa?"

"jangan pergi kembali ke Amerika."

Sooyeon memutar bola matanya malas. "ayolah yang serius, Taeng. Selain itu."

"kau pikir aku bercanda? Baiklah kau tidak akan aku maafkan."

Aku mempercepat langkahku hingga menyusulnya. Sooyeon pun tiba-tiba melakukan hal yang sama. Dia berlari lalu langsung merangkul lenganku. Aku tertawa, begitupun dia. Ayolah Taeyeon, itu hanyalah masalah kecil, jangan sampai dia malah merasa tidak nyaman bersamamu.

"Evereeest~" bisikku padanya. "kau sudah menyukaiku belum?" aku mencubit hidungnya.

"diam."

•••

Lusa. Apa yang harus kulakukan saat lusa nanti? Aku sudah meminum empat susu cokelat sambil memikirkan Sooyeon. Sial. Aku tidak tau harus apa. Bagaimanapun aku mencegahnya, dia akan tetap pergi. Jadi, aku hanya perlu tahu apakah dia menyukaiku atau tidak.

"CEBOOOOOL." Aku terkejut mendengar teriakan yang tak lain adalah suara milik Sooyoung. Aku memperhatikannya yang berlari sambil merentangkan tangannya menuju tempatku. Aku menggelengkan kepala, menatapnya malas.

"aish, gila." gerutuku.

Dia memelukku begitu erat sambil mengoceh tidak jelas. "aku sangat merindukanmu. Yak! Apa kau tidak merindukanku? Aku ingin menciummu menciummu menciummuuuu."

"YAKK! CHOI SOOYOUNG!" Aku menepis wajahnya. Sial, lihatlah bagaimana bibirnya mencoba menyentuh wajahku yang imut dan mungil ini.

Say Hello Ms.Jung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang