Aku sedari tadi hanya memperhatikan Eomma sedang memasak, lagi. Berbeda, kali ini dengan umpatan-umpatan kasar yang bisa kudengar. Sejujurnya ada alasan mengapa beliau masak lagi, itu karena tadi pagi makanannya habis oleh temannya Jiwoong Oppa yang tiba-tiba datang kerumah. Setelah teman-temannya pulang, mau tak mau Jiwoong Oppa harus mendengar eomma berpidato selama tiga puluh menit, aku tidak bisa membayangkan bagaimana frustasinya Jiwoong Oppa. Kami, maksudku Hayeon dan aku tertawa sangat-sangat puas.
Cuaca Seoul malam ini sukses membuatku mengigil. Pergi keluar adalah rencana paling buruk bagiku kali ini. Susu cokelat buatan eomma cukup membantu menghangatkan tubuhku. Selama eomma memasak aku memang melihat kekesalan tadi siang masih menempel pada dirinya, tapi aku juga merasakan kebahagiaan beliau. Jujur aku sangat ingin beranjak pergi ke kamar, namun aku tahu eomma butuh ditemani. Ia tidak henti-hentinya menceritakan tentang keluarga Jung.
Triiinggg
"Taeng, Tolong angkat teleponnya" pinta eomma dan kuanggukan kepala.
"ya selamat pagi"
"maksudku malam" aku melihat eomma menggelengkan kepalanya.
"nee, malam. Bisakah aku bicara pada nyonya Kim?" suara diseberang sana seperti suara orang yang sudah tua, seumuran dengan eomma.
"tidak bisa"
"nee? Wae?"
"haha aku bercanda. Dengan siapa?" aku terkekeh kecil dan kini ada yang melototiku.
"Jung Seo Cha. Kau pasti Taeyeon?" wow, dia mengenalku? Aku tidak mengenalnya.
"bukan nyonya, aku adalah KDRT disini"
"Taeyeon!" bisik eomma, aku hanya tertawa.
"Kekerasan dalam rumah tangga?" aku bisa mendengar suaranya yang kebingungan, ah aku jadi ingin memanggil Hayeon.
"Tidak bukan, yang selalu membersihkan rumah. Apa itu namanya? IRT?"
"yatuhan, ART maksudmu?"
"ndee itu dia. hahaha"
"bagaimana kau bisa lupa atas perkerjaanmu sendiri dasar"
"Taeyeon! Cukup. Berikan teleponnya" aku melihat eomma yang sudah berapi-api merasa ciut. Kuberikan telepon itu padanya dan mendapat pukulan di bahuku. Aku tidak bisa menahan tawaku melihat eomma yang mencoba meminta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi.
Hayeon baru saja datang mengenakan hoddie birunya. Menghampiri kami dengan ekspresi tanda tanya. Aku menyuruhnya duduk dan menawarkan segelas susu cokelat. Eomma menutup teleponnya dan kututup juga telingaku. Aku belum siap dengan ocehannya sekarang Ya Tuhan.
"Taeng bisakah kau menghentikan kebiasaanmu itu huh? Yang menelepon tadi adalah keluarga Jung. Memberi kabar bahwa mereka sudah ada dibandara dan kau malah menjahili nyonya Jung. Sungguh kau sangat mempermalukanku Kim Taeyeon" aku tertawa begitu keras sebelum aku meringis kesakitan karena eomma menjitakku.
"mian eomma. Aku tidak menahannya" ucapku disela-sela tawa yang masih tersisa.
"sepertinya aku tau apa yang Unnie lakukan" aku dan Hayeon kini melakukan high five. Lalu tertawa bersama.
Eomma menggelengkan kepala dan mengusap dadanya, seakan mencoba bersabar atas tingkah laku anaknya ini. "Taeng bersiaplah".
"apa? Kenapa?" tanyaku.
"kau akan menjemput mereka ke bandara, cepatlah sebelum mereka menunggu terlalu lama" ucapan eomma membuatku mendengus kesal.
"kenapa aku?! Aku tidak mau. Cuacanya dingin eomma, apa kau mau anakmu yang menawan ini jatuh sakit?" aku memohon pada eomma sembari mengeluarkan puppy eyes andalanku. Namun sayangnya kali ini tidak berpengaruh.