Aku dan Sooyeon kembali harus mengunjungi rumah baru MinHo. Menepati janji kami untuk membantunya mengemasi barang-barang di rumah barunya. Kami harus menaiki tangga menyebalkan yang membuat siapapun kelelahan.
Kami berjalan sebelahan, tanpa adanya dialog. Lagipula aku tidak tahu harus membicarakan apa, aku ingin sesekali dia yang memulai percakapan.
"Hey!" tiba-tiba aku melihat Kris yang berlari kecil menghampiri kami. Sudah kupastikan dia ingin mendekati Sooyeon, uh tidak akan kubiarkan.
Sooyeon melambaikan tangan sembari tersenyum. Aku tidak mengeluarkan ekspresi apapun, tetap diam tegak tanpa merespon.
"kalian mau ke rumah Min Ho, kan? Biarkan aku jalan bersama kalian." ucap Kris. Sooyeon mengangguk dan menyetujui hal itu.
Aku mengerutkan dahi ketika melihat mereka malah berjalan bersama dan meninggalkanku. Ponsel yang ada di sakuku bergetar. Segera aku merongoh dan melihat pesan masuk dari Eomma. Menyuruhku untuk membelikan beberapa barang ketika pulang nanti.
Aku menyeringai. "Jung Everest!" mereka menoleh.
Aku memperlihatkan layar ponselku yang berisi pesan dari Eomma. Sebenarnya ada pesan yang aku hapus, yaitu 'ketika pulang nanti'. Kris menyipitkan matanya.
"Kris, sampaikan pada MinHo aku tidak bisa membantu. Ayo Everest." aku mengatakan itu dengan nada mengejeknya. Kris memutar bola matanya. Aku mengulurkan tangan pada Sooyeon.
"Sampaikan juga maaf kami pada MinHo. Bye!" Sooyeon kemudian meraih tanganku. Senyumanku refleks terukir. Aku menjulurkan lidah pada Kris ketika kami akan membalikkan badan. Bisa kulihat wajahnya yang merasa kesal. Aku puas.
-
"kita mau kemana??" tanya Sooyeon. Saat kami melewati kemacetan lalu lintas padat di jalur cepat."kenapa kita kesini?" Aku berhenti di depan sebuah kedai pinggiran kota. Aku berada di kedai ini beberapa bulan yang lalu, tapi seperti ada sesuatu yang berbeda dari bangunannya.
Aku tidak menjawab semua pertanyaannya, karena bisa dilihat aku kesini, untuk makan malam dengannya. Tangannya masih aku pegang, rasa tidak ingin dilepaskan. Aku berjalan menuju tempat yang kosong dan di pojokkan. Saat aku duduk, Sooyeon juga ikut duduk, karena itu bukan sebuah pilihan.
"Ajumma! Aku mau toppoki dan soju." teriakku, dan mendapatkan jempol yang diangkat oleh pemilik kedai.
Sooyeon mengerutkan dahi keheranan. "Taeng, kau yakin mau minum soju?"
Aku mengangguk. "hmm, untuk malam ini. Aku mau mabuk."
"tidak bisa! Aku akan kewalahan kalau harus mengangkatmu dari sini menuju rumah, Kim Taeyeon." aku terkekeh sambil memainkan tusuk gigi di atas meja. Sooyeon menatapku tajam, layaknya dia merasa tidak ada hal lucu disini.
"arraseo."
Tidak lama makanan yang kami pesan datang. Aromanya bisa membuat siapapun kelaparan saat itu juga. Tanpa sebuah percakapan kami dengan tenang melahap makan malamnya. Sesekali aku melirik ke arah Sooyeon, dia sangat cantik, selalu.
"aku kenyang~" menepuk-nepuk perutku sambil memejamkan mata. Aku bisa melihat sekilas bahwa Sooyeon terkekeh.
"aku mau soju." aku mengeluarkan puppy eyes andalanku, tapi itu sama sekali tidak membantu. Sooyeon malah menjauhkan botol Sojunya dariku.
"kajja, kita pulang."
Aku menggeleng. "aku mau bicara sesuatu, Everest."
Sooyeon diam, siap mendengarkanku yang sudah berwajah serius. "sebenarnya... Aku menyukaimu."