Bab 8

910 114 28
                                    

Dari halaman belakang rumah, aku mengamati langit malam, taburan bintang dan bulan bulat sempurna yang berada jauh di atas sana. Aku telah berusaha menghindari pikiran-pikiran tentang Sooyeon namun aku sadar bahwa aku tak sanggup melupakannya.

Sooyeon datang lalu duduk di sampingku, ikut memperhatikan cantiknya langit malam. "pakai syalmu, Taeng, apa kau tidak merasa dingin huh?"

Aku mengambil syal yang ia sodorkan. Rasanya senyumku tidak mau hilang jika Sooyeon ada disampingku. Beberapa hari ini, dia berperilaku sangat aneh padaku. Bahkan sikap aku dan Sooyeon layaknya ada sesuatu diantara kami, padahal tidak ada apapun. Dia sekarang selalu membalas perhatianku.

Keheningan menenggelamkan suara kami. Aku menyukai Sooyeon. Itu fakta yang baru saja aku ketahui. Aku yang dulu tergila-gila pada Tiffany saja sekarang sudah merasa biasa ketika bertemu dengannya, itu karena Sooyeon, aku pikir aku punya Sooyeon Jung.

"aku merasa kau banyak perubahan, Everest" kataku.

"yang seperti apa?"

"kau menyukaiku ya, Everest hm, hm?" kataku menekan pipinya yang memerah dengan jari telunjukku.

"jangan terlalu percaya diri, Kim" aku tertawa sambil berpikir sesuatu.

"tapi, Everest. Kau belum memberiku pelukkan dan ciumannya Soojung, itu kan amanat" aku menggodanya, siapa tau dia benar-benar memberikannya padaku.

"jangan harap... Oh iya, bagaimana Tiffany?"

"huh? Kenapa tiba-tiba bertanya soal Tiffany?"

"memangnya kenapa? Kau masih merana, Taeng?" pertanyaannya membuatku sedikit kesal.

"iya, merana. Tapi karenamu. Sooyeon, aku sudah melupakan Tiffany ya walau belum sepenuhnya. Tapi sungguh, aku menyukaimu. Menyukai setiap apa yang kau lakukan, kau membuat perasaan yang sama ketika aku dulu menyukai Tiffany. Sooyeon, aku menyukaimu"

Sooyeon hanya membisu. Aku sama sekali tidak melihatnya terkejut. Wajah dinginnya tidak aku temukan, yang ada hanya pipi merah dengan senyum membuat kehangatan di sekitar.

Dia menoleh ke araku, "tidak heran. Siapa yang tidak jatuh pada pesonaku" seketika tawaku meledak. Ya ampun aku tidak tahu ada sisi percaya diri yang tinggi dalam dirinya. Dia mengatakan itu tetap dengan ekspresi angkuhnya, tampak sexy.

"arraseo, arraseo. Aku kalah, kau benar. Tidak akan ada bisa yang bertahan dengan pesonamu Ms. Jung" kataku. "jadi kau sendiri bagaimana? Kau menyukaiku juga kan?"

"huh? Tentu saja... Tidak"

"kau yakin...?"

"molla..."

Aku menggenggam tangannya. Lalu mengusapnya menjadi hangat karena sebelumnya dingin sekali.

"katakan saja, Sooyeon. Kau sudah lebih satu bulan di Korea, di Seoul, di rumahku, bersamaku"

"hmm, Taeng. 'Baru' satu bulan. Tidak mungkin kau melupakan Tiffany yang sudah lama kau suka, karena aku yang baru datang hanya satu bulan. Mungkin kau keliru, kau hanya- hanya kesepian, kemudian aku datang dan yaa... Begitulah kita" penjelasan Sooyeon ada benarnya juga.

Aku menunduk, "tapi aku tidak menjadikanmu pelampiasanku, Sooyeon."

"aku tidak bilang begitu" elaknya cepat.

"kau akan kembali ke Amerika?" aku berusaha mengalihkan topik.

"nee, minggu depan. Kau lihat kan? Aku hanya bersamamu sementara, Taeng. Hanya singgah." lagi-lagi dia menyakitiku. Kenapa aku merasa dia mencoba membuatku ragu kalau aku menyukainya.

Say Hello Ms.Jung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang