Tok tok tok
"Siapa, Ma?" Tanya papa Juan.
"Mana mama tau, kan pintunya belum dibuka, buka sana!!" Suruh mama Syren.
"Dih?!" Papa Juan menghampiri pintu dan hendak membukanya. Namun pintu sudah lebih dulu dibuka oleh seseorang.
"Permisi, ini ada titipan buat Althea Amalthea" seorang suster membawa sebuah buket bunga disertai dengan amplop.
"Dari siapa ya, sus?" Tanya papa Juan.
"Maaf saya juga kurang tau. Saya hanya dititipkan pesan untuk memberikan ini. Tadi orang itu juga bilang, identitasnya ada di surat ini" jawab suster.
"Oh gitu, yaudah, makasih suster" setelah menerima buket dan amplop tadi, papa Juan langsung memberikan amplop tadi kepada Althea. Buket Ia letakkan di meja.
"Coba dibuka, papa kepo" ujar papa Juan.
"Mama juga kepo nih" sahut mama Syren. Althea mengangguk dan membuka amplopnya. Kemudian Ia membaca susunan kata di surat tersebut. Matanya sempat melebar, membuat papa Juan dan mama Syren semakin penasaran.
"Dari siapa sih?? Kok kamu kayaknya kaget banget" tanya papa Juan.
"E-ehm.. itu.. ini dari cowok yang ada di tempat kejadian.."
"Hah? Siapa??" Tanya mama Syren memastikan.
"Duh.. Thea bingung jelasinnya.. pokoknya cowok ini lebih tau kenapa Thea bisa sampai pingsan gini... dan juga.."
"Juga kenapa?" Tanya mama Syren.
"Bentar!! Thea.. jangan bilang... cowok itu..."
"..."
"..."
"Naksir kamu ya?! Iyakan?!!" Althea menghela nafas.
"Atau pacar kamu?! Kamu diem - diem pacaran?!!"
"Enggak, Pa.. pokoknya ada sesuatu yang nggak bisa Thea jelasin sekarang.. ibaratnya puzzle, Thea perlu ngumpulin potongan puzzle lainnya biar semuanya terlihat jelas" balas Althea.
"Hah? Apa nduk? Papa ndak mudeng eh" papa Juan mengerutkan dahinya.
"Maklum, otaknya ketinggalan di pesawat" sahut mama.
"Dih?! Emang mama mudeng?!"
"Pake tanya?!! Jelas enggaklah!! Otak kita kan paroan, Pa"
"Gustiii... aku kok bisa demen yo sama dia.." Althea hanya geleng - geleng melihat perdebatan orang tuanya yang absurd itu. Althea kemudian menekuk suratnya dan menaruhnya di balik softcase ponselnya.
⏪▶️⏩
"..."
"Uh.. bau... rumah sakit..."
"..."
"Hah?!"
"Rumah sakit?!"
Xiaojun membuka matanya lebar - lebar. Ia melihat sekelilingnya. Kosong. Hanya ada lemari besi yang diduga adalah tempat penyimpanan jenazah. Jenazah?!
"Anjir!!" Xiaojun buru - buru bangun dan keluar dari ruang tersebut.
"Kok... gue bisa sampe sini..." Xiaojun berjalan sambil melihat sekelilingnya yang sedikit gelap karena malam telah tiba. Ia beberapa kali mencoba untuk melambaikan tangan pada seseorang untuk mengetes apakah Ia tampak atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURAE | Xiaojun
FanfictionBagaimana reaksimu saat kamu terbangun dan ada sesosok pria di kamarmu yang mengaku bahwa Ia adalah suamimu nanti? Bagaimana juga reaksimu saat orang yang ada di dekatmu tidak sebaik yang kamu kira? Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Lantas, si...