"Gue sengaja simpan mobil gue di apart lo. Pakai aja buat lo kerja hari ini, terus ajak Jean juga ke kantor lo."
Sebelah alis Jaemin terangkat saat mendengar Jeno mengatakan permintaan yang tidak biasa. "Kenapa?"
"Kata Renjun lo jangan ninggalin dia di saat-saat seperti ini. Gue dan yang lain udah tahu, udah paham, kita semua lihat dia nangis-nangis padahal dia lagi hamil. Tapi ya udahlah, pokoknya jangan ditinggal sendirian dia dulu. Kasihan."
"Hah? Renjun yang bilang kayak gitu?"
"Yoi, somehow gue juga gak ngerti dia ngomongnya sinis banget tapi isinya perhatian gitu. Hahaha."
Perlahan Jaemin menarik sudut bibirnya mengingat Renjun memang seperti itu adanya. "Baguslah, berarti Renjun, lo, sama Haechan paham sama apa yang gue hadapi sekarang. Thanks ya bro."
"Kuncinya ada di atas meja ruang tengah ya bro."
"Oke bro."
"Gue tutup ya bro."
"Yoi bro."
Sambungan terputus, tetapi obrolan mereka masih menyisakan senyuman di wajah Jaemin. Lelaki itu lantas berbalik setelah menyimpan ponsel pada saku celana. Jaemin lalu melihat dirinya melalui pantulan cermin sebelum keluar dari kamar. Secara bersamaan Jean juga menutup pintu kamar sebelah yang membuat mereka bertemu di depan kamar masing-masing.
"Pagi." Sapa Jaemin. "Gimana tidurnya?"
Jean tersenyum tipis. "Nyenyak."
"Udah mandi belom?"
Jean mengangguk. "Kenapa?"
"Ikut gue ke tempat kerja yuk."
"Hm? Kenapa? Emang boleh?"
"Sesekali lo keluar rumah. Gue paham lo juga pasti bosen kan di rumah mulu? Siap-siap aja."
"Tapi kayaknya gue mesti ganti baju dulu."
Jaemin menggeleng. "Gak usah, baju lo yang itu udah cantik kok."
"Tapi lo yakin gak kalau gue ikut? Takutnya malah ganggu orang lain yang kerja disana."
"Gak apa-apa Ca, astaga. Temen kerja gue baik-baik semua kok."
"Hm." Sebiss mungkin Jean mempertimbangkan ajakan Jaemin.
"Gimana?"
"Ya udah, gue ikut."
"Oke. Ada barang bawaan yang lain?"
"Iya, tas gue."
"Ambil aja, terus kita ke parkiran. Disana ada mobil Jeno, soalnya sengaja dia simpan biar gue bisa pakai."
Jean mengangguk paham dan mengambil tasnya. Sesaat kemudian dia ikut bersama Jaemin menuju gedung perkatoran tempat lelaki itu bekerja.
***
Menjelang siang, Jaemin tampak sibuk berkutat di depan laptopnya. Jaemin sangat serius, sampai Jean yang duduk di sampingnya tidak berani mengobrol. Beruntungnya hari ini teman kerja Jaemin yang biasanya duduk di sebelah kiri tidak masuk, jadi Jean bisa menunggu di tempat itu sambil bermain game pada komputer kantor yang disediakan.
"Na Jaemin." Panggil Moon Taeil yang baru saja berbalik melihatnya. "Katanya kamu dipanggil sama CEO baru ke ruangannya, sekarang."
"Oh, baik pak."
Taeil mengangguk. "Kayaknya karena kamu anak magang terajin selama kantor ini buka deh, hahaha."
"Ah, gak juga pak. Oh iya, saya ke ruangan beliau dulu kalau gitu." Pamit Jaemin yang membuat Taeil kembali mengangguk. Jaemin lalu menepuk pelan pundak Jean dan meminta, "tunggu disini ya. Gue mau ke ruangan bos gue dulu."
"Mau ikut."
"Gak usah, nanti mau nunggu dimana?"
"Itu—" Jean menggantungkan kalimatnya sambil melihat Taeil yang kembali sibuk.
"Awkward ya?" Bisik Jaemin. Jean mengangguki pertanyaannya lantas menyebabkan Jaemin tersenyum jahil. "Tapi gue gak bisa jamin lo nunggu di dekat ruangannya."
"Iya, gak apa-apa."
Mereka berdua lalu keluar dari ruang kerja. Jaemin sesekali menarik lengan Jean karena matanya terlalu serius melihat-lihat isi kantor komik web yang terbilang besar itu. Perlu menaiki 3 lantai menggunakan lift untuk sampai di ruangan CEO. Setibanya disana, Jaemin berjalan dengan fokus melihat ke depan masih dengan Jean yang melihat keluar dinding kaca di sampingnya.
"Na, gedung yang disana tinggi banget."
Bukannya membalas perkataan Jean, tiba-tiba lelaki itu menariknya masuk ke dalam sebuah ruang mesin kopi yang sedang kosong. Jean terkejut, melihat Jaemin yang berusaha menutup pandangannya dari luar ruangan.
"Kenapa?" Bisik Jean.
"Ssst."
Tak lama kemudian, beberapa orang terdengar berjalan melewati ruang kopi sambil mengobrol. Hingga detik ini Jean tidak tahu, apa maksud Jaemin seolah menutupi sesuatu. Begitu orang-orang tadi berlalu, Jaemin perlahan mundur dan berdehem.
"Kenapa?" Tanya Jean.
Jaemin menggeleng. "Lo balik ke ruangan gue aja ya?"
"Tapi kenapa?"
"Please, balik aja sekarang."
Karena Jaemin memohon, mau tidak mau Jean menuruti permintaannya.
"Tahu jalan baliknya kan?"
Jean mengangguk. "Iya, gampang diingat kok."
"Ya udah kalau gitu balik kesana, gue ke ruangan bos gue."
"Iya, daaah."
Jaemin melihat Jean keluar ruangan lebih dulu. Ia lantas menyusul, menunggu perempuan itu masuk lebih dulu ke dalam lift. Setelah pintu lift tertutup, Jaemin menghela nafas berat seraya memejamkan matanya. Tak lama kemudian Jaemin melangkah menuju arah berlawanan. Karena jarak tujuannya tak jauh, ia pun dengan cepat tiba di depan ruang CEO. Tangannya mengetuk pintu dan secara bersamaan Jaemin mendengar jawaban, "masuk."
Jaemin masuk usai diperintahkan, melangkah dengan tegap lantas berhenti tepat di hadapan CEO. "Selamat siang, saya pekerja magang yang bapak panggil." Ujarnya membungkuk sejanak. "Nama saya—Na Jae Min."
CEO itu dibuat termangu, menemukan kehadiran seorang lelaki kemarin, kini berada tepat di depannya.
Jaemin berusaha untuk bersikap sopan, menahan diri untuk berdiri disana. Saat sadar atasannya hanya terdiam, Jaemin akhirnya melirik papan nama yang bertengger di atas meja CEO. Papan nama yang bertuliskan Jung Jae Hyun.
Di sisi lain, Jean baru saja keluar dari dalam lift guna kembali menuju ruang kerja Jaemin. Ia terus melangkah, sebenarnya masih dengan menerka-nerka mengapa Jaemin memintanya untuk kembali ke ruang kerja tanpa lelaki itu. Saat berjalan dengan tenang, tak sengaja Jean menemukan kehadiran seseorang yang sengaja terdiam beberapa meter di depannya. Orang itu menatap Jean sinis, seolah mengutuknya karena ada disini.
Jean sangat terkejut, namun ia berusaha terlihat baik-baik saja. Orang itu adalah Clara Han, kini melemparkan senyuman remehnya, menyebabkan Jean sontak meremas dress yang ia kenakan. Kenapa—dia harus bertemu Clara disini?
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ✓
Fanfiction❝Tolong, anak ini berhak untuk hidup.❞ Terimakasih, karena kau telah hadir untuk menggambarkan indahnya takdir. © 2020 NA JAEMIN ー Romance