19. tangled

6.4K 1.3K 178
                                    

Malam ini, Jean sedang berbaring di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Baru sehari berlalu setelah pulang dari rumah sakit, dan rasanya masih belum ada yang berubah. Sudah beberapa kali ia menangis diam-diam karena belum bisa merelakan Kim Nana, namun wajah sembabnya enggan berbohong.

Ingin rasanya Jean keluar dari ruangan untuk mengalihkan rasa sedihnya, namun sekadar berdiri saja dirinya masih membutuhkan bantuan. Entah kapan ia dapat pulih seperti dulu. Jean tidak ingin menambah beban Jaemin lagi dan lagi.

"Jean, bersyukur! Inget apa kata Najae." Gertak Jean pada diri sendiri. "Gak ada gunanya gue menyesal. Gue harus bangkit dan terus berusaha. Gue harus seperti itu."

Ya, mungkin itu adalah hal terbaik yang harus ia terapkan selamanya. Adalah keberuntungan ia dapat bertemu mama kemarin, yang dengan senang hati ingin membantunya untuk segera pulih. Mengingat itu Jean bertekad untuk berjuang, berusaha bangkit dari ranjang. Hey, ada orang-orang baik yang ingin melihatnya bangun dari mimpi buruk! Jean tidak ingin menyia-nyiakannya.

Perlahan Jean berdiri, menyeimbangkan tubuhnya yang masih terhuyung. Nampak tak sesulit itu, tetapi entah kenapa setelah kecelakaan yang mengakibatkannya koma beberapa hari, Jean mengalami sedikit kendala untuk berjalan. Tubuhnya sering merasa sakit di beberapa bagian setelah belajar berjalan.

Jean berjuang untuk melangkah, melangkah dengan pelan sambil sesekali memegangi dinding atau meja pada sekitarnya. Jean juga berjuang untuk menguatkan dirinya dan yakin bahwa semuanya dapat berlalu, agar secepatnya ia bisa membalaskan semua kebaikan Jaemin.

Ia tak tahu hal apa yang nanti akan ia peroleh untuk membalas kebaikan lelaki Na itu. Namun jauh dalam lubuk hatinya, Jean terus berharap agar ia mampu melakukan itu sesegera mungkin.

Mungkin. Saking semangatnya Jean berlatih berjalan dan berandai, dirinya berusaha melangkah terlalu cepat dan tak sengaja terjatuh. Jean reflek meringis, mengeluarkan suara kesakitan. Buru-buru Jean menutup mulutnya agar Jaemin tidak mendengar itu. Jean berusaha bangkit untuk kembali ke ranjang. Sayangnya pintu kamar terbuka lebih dulu dan Jaemin masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah  yang terkejut.

"Ca!" Serunya menghampiri Jean, memapahnya untuk kembali menuju ranjang. "Astaga," gumam Jaemin.

Saat berhasil sampai dan duduk di tepi ranjang, Jean menghela nafas ciut. Ia lalu mendongak menatap Jaemin. "Maaf," ujarnya.

Ya, bukan terimakasih. Namun permohonanmaaf yang paling pertama meluncur dari mulutnya.

"Kenapa bisa jatuh disitu sih? Aku kan udah bilang, istirahat aja dulu. Besok-besok baru latihan jalan."

"Maaf, Na."

"Ya udah, tidur lagi."

"Hm, mama mana?"

"Mama udah balik ke apart yang di lantai bawah. Udah, kamu balik tidur aja lagi."

Jean sedikit mengembungkan pipi, mengutuk diri dalam hati. Ia lantas menurut pada permintaan Jaemin. Jean kembali berbaring, lalu menarik selimutnya hingga sebatas pinggang. Setelah memastikan Jean telah siap terlelap, Jaemin kembali berjalan keluar dari kamar serta memadamkan temaram lampu. "Tidur, ya."

"Najae."

Langkah Jaemin terhenti dan kembali berbalik untuk melihat Jean dalam kegelapan. "Ya?"

"Belom bisa tidur." Jujur Jean. "Baru jam segini soalnya."

Jaemin melihat jam dinding yang ada di luar kamar. Benar kata Jean, benda itu baru menunjukkan pukul 21:00. Waktu yang terbilang begitu awal untuk mereka. Selain bosan, Jaemin cemas kalau saja Jean tiba-tiba mengingat Kim Nana.

FATED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang