27. rainy day becomes clear

7K 1.2K 311
                                    

Masa sekarang

Setahun kemudian

Seorang wanita terlihat berjalan keluar dari dalam sebuah klinik. Ia mengenakan setelan coat krem panjang, serta jeans kulot yang membalut kakinya. Ia baru saja melakukan konsultasi dengan salah satu dokter kandungan, berharap akan hasil yang baik namun sayangnya harus berujung dengan kekecewaan. Tangannya memegang sebuah amplop putih, berisikan hasil diagnosa dokter yang membuatnya bak dirundung kenyataan pahit.

Pemilik nama asli Jean Aneisha Kim itu sesekali menghela nafas berat, merasa ini akan menjadi akhir segalanya. Tak lama berselang, muncul sebuah mobil sedan yang berhenti tepat di hadapannya. Jean melihat kaca jendela mobil yang terbuka, menemukan Huang Renjun yang tersenyum padanya. Jean membalas senyuman itu cukup tipis sesaat sebelum ia masuk ke dalam mobil Renjun.

"Gimana?" Tanya Renjun usai Jean duduk di sampingnya.

"Ya—baik-baik aja."

Renjun mengangguk paham dan kembali menyetir mobil untuk meninggalkan area klinik. Dalam perjalanan Jean hanya terdiam, memperhatikan rintikan hujan yang mulai menghujam dan menetap di kaca mobil. Tatapannya begitu sendu.

Tiba-tiba ponsel Jean bergetar, menunjukkan pemberitahuan pesan masuk di antara gambar momen pernikahannya bersama sang suami.

Jean tak cukup berani membuka pesan itu. Dia ingin mengakhiri semuanya, namun itu sangat berat.

"Jun, sampai di depan taman aja ya. Yang dekat tepi sungai itu." Pinta Jean.

"Kenapa? Ini hujan loh, nanti—"

"Gak apa-apa, kan disana ada tempat teduh. Lagi pengen ke situ."

"Kenapa harus disitu? Tiba-tiba ada meeting nih dan sayangnya gak bisa—"

"Gak apa-apa, serius."

Awalnya Renjun bersikeras untuk menolak mengantar Jean ke tempat itu alih-alih pulang ke rumah. Namun karena Jean terus membujuknya, Renjun mau tak mau harus setuju dan berat hati membawa Jean ke taman kota. Setibanya di tujuan, Renjun terus memberitahu banyak hal pada wanita Kim tersebut.

"Pokoknya kalau ada apa-apa, langsung telepon."

Jean mengangguk.

"Ini beneran disini?"

"Iya, serius."

Renjun menghela nafas berat kesekian kali. Tak lama berselang, Jean pamit lantas keluar dari mobil sedan tersebut. Setelah itu ia berlari kecil, bergegas menuju tempat teduh yang ada dalam area taman. Jean menyapukan tangannya pada coat yang dikenakan, sesekali melihat ke bawah dan mendapati ujung celananya yang basah. Setelah itu ia mendaratkan diri pada sebuah kursi, dengan cepat merasakan ketenangan karena hanya ada dirinya disini.

Dia hanya ingin sendiri. Mengingat ia harus mempertimbangkan akan melakukan apa ke depannya, bagaimana ia harus mengatakan sebuah kebenaran pada sang suami. Tempat ini pernah menjadi saksi dimana Jean dilamar oleh seseorang, dan kini tempat itu juga menjadi saksi Jean harus merasakan keterpurukan untuk kesekian kalinya.

Terlepas dari dia akan selalu memiliki seseorang yang setia mendengarkan ceritanya, kini Jean memilih untuk meredamnya seorang diri. Kali ini berbeda, Jean rasa ini akan sangat mengecewakan.

Tigapuluh menit waktu dihabiskan oleh Jean sekadar merenungi sebuah fakta. Tak ada air mata untuk ini. Apa itu karena ia sudah kesekian kali diharuskan menelan pil pahit kehidupan, atau mungkin karena air matanya sudah enggan untuk menyeruak keluar dari tempat asalnya.

FATED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang