"Ca, makan dulu ya?" Bujuk Jaemin begitu lembut, berusaha membuat Jean membuka mulutnya yang masih saja terkatup. "Kamu baru makan sekali. Inget kata dokter, kamu harus rajin makan dan gak boleh melamun kayak gini. Ayo makan dulu."
Jean hanya melirik sebentar, setelah itu dia menggeleng.
Jaemin menghela nafas berat dibuatnya. Tangan Jaemin lantas meletakkan piring di atas meja sebelahnya seraya menatap Jean dalam diam cukup lama. "Mau sampai kapan kamu begini? Kamu juga harus jaga kesehatan."
" ... "
"Jalan kita semua masih panjang, jangan lama-lama kayak gini ya? Aku mohon." Kata Jaemin berusaha untuk tidak menyinggung keterpurukan mereka. Mau bagaimana pun juga, Jaemin tahu persis perasaan Jean saat ini.
"Ayolah, Ca."
"Najae."
"Hm?"
"Aku mau pulang." Ucap Jean tiba-tiba gemetar dengan sudut matanya yang berair. "Aku gak suka disini."
"Tapi kayaknya kamu belum bisa pulang."
"Na, aku mau pulang." Rengek Jean seperti anak kecil dan mulai meneteskan air mata. "Aku mau pulang."
"Kenapa? Apanya yang kamu gak suka disini?"
Jean hanya bisa menangis dan berusaha meyakinkan Jaemin. Tadinya ia hanya diam, namun kini menjadi cengeng dan itu cukup membingungkan Jaemin.
Trauma, sebenarnya dia telah terjebak dalam trauma.
Jean terus teringat pada hari dimana dia terbangun dan menemukan fakta jika Kim Nana sudah tidak bersamanya. Pergi meninggalkannya tanpa membiarkan sang ibu melihatnya lebih dulu.
Tak tega dengan situasi yang seperti itu, Jaemin pun menggangguk ringan berusaha meyakinkan. "Nanti ya, aku izin ke dokter dulu. Oke? Terus kamu harus makan sekarang."
Jean menggeleng.
"Yaudah, gak pulang."
Jean meraih tangan Jaemin, memilih untuk menuruti permintaan Jaemin dengan menganguk. Lelaki Na itu pun tersenyum lega lalu meraih tangan Jean. "Yang kuat ya? Ada aku."
"Na."
"Hm?"
"Kim Nana—Kim Nana dimana?"
Dahi Jaemin mengernyit. "Maksudnya?"
"Nanti kalau kita pulang, aku mau ketemu dia dulu ya."
Awalnya Jaemin kembali bingung dengan permintaan Jean yang satu ini. Namun tak lama berselang, Jaemin dapat memahami kalau Jean bermaksud ingin mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Kim Nana. Jaemin mengangguk setuju, mengiyakan keinginan Jean. "Iya, nanti sebelum pulang ke rumah kita mampir ke Nana. Tapi untuk sekarang kamu janji dulu, kamu mesti makan biar dokternya yakin beri izin kita pulang."
Jean kembali mengangguk.
Jaemin mengukir lengkungan tipis pada bibirnya untuk kesekian kali, meraih wajah Jean dengan satu tangannya. "Tuhan selalu tahu kamu sekuat apa sampai harus menghadapi semuanya. Satu hal yang harus kamu ingat, ada—"
"Ada Najae." Sambung Jean berusaha baik-baik saja di mata Jaemin. "Tadi kamu bilang begitu."
"Good. Jadi, sekarang makan ya? Aku suap."
Pada akhirnya Jaemin mampu membujuk Jean agar memahami perkataannya serta perlahan bangkit dari tragedi tempo hari.
***
Dua hari berselang, dokter memberi izin pada Jean untuk pulang ke rumah dan melakukan pemulihan lanjutan disana. Awalnya pihak medis keberatan, karena Jean seharusnya masih menginap untuk melakukan pemulihan di bawah pantauan suster. Tetapi, usai mempertimbangkan kondisi psikisnya yang terganggu bila berlama-lama menetap di ruang rawat inap, dokter pun menyetujui keinginan Jean untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED ✓
Fanfic❝Tolong, anak ini berhak untuk hidup.❞ Terimakasih, karena kau telah hadir untuk menggambarkan indahnya takdir. © 2020 NA JAEMIN ー Romance