13. save them

6.4K 1.4K 380
                                    

"Pak, saya gak jadi ke jalan yang tadi saya bilang. Saya mau ke rumah sakit yang ada di depan itu." Kata Jaemin pada supir taksi setelah menemukan kabar jika Jean telah dilarikan kerumah sakit yang berada tepat beberapa meter dari taksi yang ditumpangi. Jaemin segera keluar setelah membayar kargo, lalu masuk ke dalam rumah sakit tanpa menyadari keberadaan Jeno dan Renjun telah mengikutinya sejak tadi.

Siapa yang bisa tenang melihat sahabatnya berlari-larian seolah dikejar sesuatu yang daruratbseperti Jaemin? Renjun juga telah memberitahukan ini pada Haechan yang mengatakan akan segera menyusul, meski mereka semua belum tahu pasti apa masalah Jaemin sekarang.

Jaemin dengan cepat melangkah menuju instalansi gawat darurat rumah sakit. Dalam hitungan detik ia dapat menemukan Jean terbaring di atas ranjang dengan kepala dan kakinya yang bersimbah darah. Jean tak sadarkan diri. Jaemin berlari menghampiri Jean yang dikelilingi oleh para petugas medis, meraih tangannya seraya memanggil-manggil namanya.

"Ca, ini gue Ca. Tolong bertahan, ya. Kalian yang kuat ya? Tolong—"

Perlahan mata Jean terbuka, melihat bayang-bayang Jaemin yang berada di atas wajahnya tengah panik sambil memegang satu tangannya. Dia tak cukup kuat untuk bertahan, karena Jean kembali memejamkan mata tenggelam dalam perihnya kondisi.

"Kami akan segera memindahkan pasien ke ruang operasi."

Dokter menghentikan pergerakan Jaemin, "kemungkinan pasien kehilangan banyak darah. Dan suster? Apa di kartu identitasnya tertera golongan darah?"

Suster mengangguk. "Golongan darah O. Tapi kita baru saja kehabisan stok golongan darah O, dokter. Hari ini ada banyak pasien yang membutuhkan golongan darah itu."

"Ambil darah saya dok." Ujar Huang Renjun yang sudah berada di belakang Jaemin bersama Jeno. "Golongan darah saya O."

"Baik, silahkan segera ikut kami untuk pengecekan lebih dulu." Kata suster yang diangguki Renjun.

Jaemin menatap linglung situasi di hadapannya, tiba-tiba menghentikan dokter lagi. "Dok—tolong dia ya, dia lagi hamil. Tolong selamatkan bayi itu juga, itu anak saya dok, saya mohon. Dia kasihan, masih kecil." Desaknya tak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Jaemin hanya ingin Jean dan Kim Nana selamat, hanya itu keinginan terbesarnya detik ini.

Wajah dokter nampak tak yakin akan permintaan Jaemin. Namun karena tidak ingin membuang waktu, dokter menjawab. "Kami akan melakukan semuanya sebaik mungkin, tolong bersabar."

"Mohon untuk tunggu disini."

Jeno segera meraih Jaemin agar bisa mundur dari pintu ruangan. "Tenang Jae, lo gak boleh panik kayak gini. Terus berdoa, kita gak tahu apa yang akan terjadi ke depannya."

Mendengar permintaan Jeno, Jaemin perlahan mematung di atas pijakan kakinya. Kakinya kembali melemah, bahkan terasa sangat sulit untuk bergerak. "Dia harus selamat, No. Anak itu juga harus terlahir. Gue sayang banget sama mereka. Karena mereka, rasanya rumah dan hari-hari gue lebih hidup."

Jeno tertegun mendengar Jaemin. Jeno serius dalam rasa iba, baru kali ini ia melihat Na Jaemin kalut dan memohon seperti itu. Jeno berandai kalau dia berada di posisi Jaemin, kemungkinan besar Jeno akan melakukan hal yang sama. Berharap ibu dan anak yang telah memberi warna pada harinya untuk selamat. Apalagi sebagai orang terdekat Jaemin, Jeno paham kenapa Jaemin bisa mempertahankan anak Jean. Ya, Kim Nana bernasib sama dengan Jaemin di masa lalu.

Tiba-tiba ponsel Jeno bergetar. Lelaki Lee itu segera meraih ponsel pada saku jaketnya dan menjauh untuk menjawab telepon. Disana tertera nama Jung Jaehyun sebagai orang yang menghubunginya.

"Halo kak, sorry gue gak bisa ke kantor lo hari ini."

"Enggak, No—gak apa-apa. Gue juga kayaknya gak jadi ikut untuk ke rumah lo malam ini. Salam sama tante dan om ya."

Dahi Jeno mengernyit. "Kenapa kak?"

"Gue ada urusan sama Clara, dia baru aja kecelakaan. Dia gak sengaja nabrak orang."

Reflek Jeno termangu, merasakan waktu dalam ruang yang dihuninya bak terhenti. Perlahan Jeno berjalan mundur, menjauhi Jaemin yang masih berdiri di depan pintu ruang operasi untuk menghampiri resepsionis terdekat. "Nabrak? Nabrak dimana kak?"

Jaehyun memberitahukannya tentang kecelakaan Clara, namun tidak secara rinci. Dalam instingnya Jeno yakin, tempat itu berlokasi tidak jauh dari apartemen Jaemin. Jeno seolah merasakan serangan jantung, menjadikannya ikut linglung berharap tentang dugaannya salah.

Setelah menutup telepon dari Jaehyun, Jeno segera bertanya pada resepsionis mengenai kecelakaan yang dialami Jean. "Permisi, saya mau tanya tentang lokasi pasien kecelakaan."

"Pasien atas nama siapa? Dan anda berstatus sebagai?"

"Atas nama Jean, saya temannya."

"Baik, saudara Jean—oh, Jean Aneisha Kim? Dia mengalami kecelakaan akibat tertabrak mobil, dan lokasinya di—" secara rinci resepsionis menyebutkan tempat yang persis seperti Jung Jaehyun katakan.

Spontan pijakan Jeno melemah, memaksanya agar berhenti berdiri. Jeno mengangguk pelan, berterimakasih dengan tekanan setelah mendengar jawaban resepsionis. Ia kembali berjalan menuju tempat Jaemin. Matanya seperti enggan menatap sahabat baiknya yang kini sedang duduk di atas kursi, menunduk, menunggu kondisi Jean dan bayinya yang masih menjalani operasi.

Baru saja Jeno tertegun melihat ketakutan Jaemin usai menyaksikan Jean berlumuran darah, tidak lama berselang dirinya juga dipaksa tenggelam dalam kegelisahan akibat kecelakaan yang Jean alami berkaitan dengan Jung Jaehyun, sepupunya sendiri. Sangat tidak mungkin Jeno memberitahukan hal itu pada Jaemin mengingat situasi yang dialaminya saat ini begitu berat.

Jeno memutuskan untuk duduk di sebelah sahabatnya, berusaha menepuk-nepuk pelan bahunya guna menguatkan. "Semuanya akan baik-baik aja, Jae."

Sejenak Jaemin menoleh pada Jeno, dengan raut wajah tak berekspresi. Jaemin sekadar mengangguk, kembali menunduk seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Thanks, lo sama Renjun udah datang kesini."

Melihat itu Jeno memejamkan matanya sesaat, menghela nafas berat akibat dilema. Tentunya ia prihatin dengan kondisi Jaemin. Namun di sisi lain, Jeno juga terbayang akan kecelakaan Jean yang sudah jelas disebabkan oleh Clara.

FATED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang