Bab 4

1K 73 0
                                    





Braakkk.....

Renjun mendobrak pintu rumah haechan dengan panik yang mana diekori dengan haechan dibelakangnya dengan keadaan  benar-benar buruk, renjun yang melihat sahabatnya sangat cemas tersebut menjalankan mobil dengan kecepatan diatas maksimum, ia terlihat sangat panik setelah melihat sahabatnya hanya diam saja, ia tahu bahwa haechan sedang menahan rasa cemasnya.

Hal yang pertama mereka lihat adalah jeno yang sedang berdiri di ruang tamu, ia beberapa kali mengutak-ngatik ponselnya, atensinya beralih tersentak kaget mendengar bunyi keras dari arah pintu

"Haish.. Si china itu membuatku jantungan saja" batin jeno

"Jeno.."

Jeno memalingkan atensinya pada sepupunya mendekat kearah haechan, ia menepuk lembut bahu haechan mencoba menenangkan sahabat sekaligus sepupunya yang terlihat berantakan.

"Tidak perlu khawatir aku sudah menghubungi dokter untuk memeriksanya"  jeno tesenyum selagi menenangkan haechan, haechan mengangguk mengiyakan.

"Terima kasih jen, aku akan menemuinya" balas haechan ia sempat tersenyum kepada sepupunya itu.

Haechan melangkahkan kakinya  lemas ditangga, membuat renjun dan jeno yang berada diruang tamu melihatnya dengan sedih.

"Kau tau..? kekhawatiran haechan membuatku hampir mati , padahal dia tak mendesakku tapi aku melihat raut wajahnya yang pucat dan keringat bercucuran" adu renjun panjang lebar, jeno tertawa mendengar penuturan sahabatnya.

"Haha...Haechan memang begitu kalau sedang cemas, dia hanya diam saja tapi membuat yang melihatnya lebih seperti orang kesetanan" jelas jeno, ia sudah sangat terbiasa dengan sikap haechan yang terbilang unik tersebut.

"Menyebalkan aku hampir gila tadi" omel renjun yang masih menetralkan nafasnya yang hanya di balas dengusan oleh jeno

"Bukannya memang kau sudah gila?" olok jeno dengan nada kelewat mengejek yang mana membuat renjun melirik sinih kearahnya.

"Yak!! Kurang ajar sekali mulutmu lee"

Melihat renjun yang akan marah jeno segera berlari menghindari amukan rubah manis itu

"Aaaa....NANA TOLONG AKU..."..
















Haechan membuka pintu kamarnya yang ditepati oleh mark, melihat jaemin yang sedang berdiri tak jatuh dari pintu, sepertinya ia ingin keluar pandangan jaemin teralih pada haechan yang baru membuka pintu, jaemin mengangguk pada haechan menepuk bahunya pelan dan beralih menuju pintu.
Haechan berjalan pelan kearah ranjang, ia bisa melihat mark tidur dengan gelisah diatas kasurnya, bisa dipastikan ia berusaha untuk tidur

"Mark.." panggil haechan pelan, ia khawatir melihat mark sakit, ia sedih melihat mark menangis hatinya gundah melihat semua itu.
Mark membuka matanya ia melihat haechan dihadapannya dengan wajah khawatir melihat kekasihnya tampak bekaca-kaca ia tertegun, haechan berjalan dan memeluk mark erat, mark membalasnya tak kalah erat menyandarkan kepala dibahu kekasihnya.

"Kenapa selalu saja membuatku cemas eoh?? Bagaimana kepalamu?"

"Sakit sekali chan...kepalaku pusing dan perutku mual" jelas mark lirih, suaranya merendam di bahu haechan, haechan meneteskan air matanya ia tak sanggup melihat mark kesakitan.

"Tahan sebentar okey, tadi jeno sudah menghubungi dokter untuk datang, kau tidur dulu saja ya" ajak haechan lembut, tangannya tak henti mengelus surai legam mark.

Mark menggeleng lemah, haechan mengerutkan alisnya.
"Kenapa tidak mau hm?" tanya haechan

"Jangan pergi" jawab mark lirih.

          "SWEETHEART"  (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang