Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

The #3 Cup

16.2K 2.2K 164
                                    

"Lo nggak bohong 'kan, Naaaaan???"

Melihat wajah ceria Ameera, Ananda tersenyum lebar. Ananda menggerakkan tangannya ke leher dengan gerakan memotong. "Lo boleh potong leher Aidan, kalau gue bohong."

Ameera melotot padanya. "Enak aja! Cowok gue itu!"

Ananda tertawa. "Bukan calon tunangan lo, ya?"

"Mama lo nggak kasih izin 'kan?" tanya Ameera pelan sambil menatap Ananda.

Mama dan keyakinan kolotnya. Beliau mengharuskan ia menikah lebih dulu daripada adik-adiknya, sehingga jalan Ameera dan Aidan menjadi berliku. Kenyataan bahwa Ameera sebaya dengannya dan Aidan adalah adik bungsunya, membuat jalan itu semakin berat.

Aidan jatuh cinta setengah mati pada Ameera dan Ananda tidak pernah melihat Aidan seperti ini sebelumnya. Menyuruh Aidan meninggalkan Ameera hanya akan menimbulkan luka, bukan hanya pada mereka berdua, tetapi juga pada dirinya.

Meski belum terlalu lama mengenal Ameera, gadis itu salah satu orang yang paling Ananda cintai di dunia ini. Terlebih, saat ini Adinda, adik keduanya, sedang melanjutkan pendidikan di Texas. Jadi otomatis, hanya Ameera teman terdekat yang ia miliki. Jika Ameera putus dengan adiknya, Ananda hanya akan kehilangan satu sahabat terbaiknya. Salah. Satu-satunya sahabat yang ia punya.

"Tenang aja, ada gue!" Ananda menepuk dadanya dengan pongah. "Beres pokoknya sama Ananda. Lo 'kan udah nyelametin hidup gue."

"Maksud lo?"

"Elo 'kan yang ngerubah desain gue? Nggak mungkin Aidan bisa gambar desain. Pilihannya cuma antara lo atau Papa. Dan Papa jelas-jelas nggak akan mau bantu."

Meski gambar Ameera tidak terlalu bagus, gambar itu jelas-jelas telah mengubah hidupnya. Kontrak dengan Sandjaya Groups adalah golden ticket bagi kantor mereka. Setelah kontrak ini, Ananda yakin akan banyak perusahaan asing yang memperhatikan mereka.

"Itu gambar karena paksaan adek lo, dan gue nggak bakal mau lagi buat gambar kayak gitu lagi. Gue desainer bukan arsitek. Gila aja gue mesti gambar manual kayak gitu tiap hari."

"Tapi, nyatanya lo berbakat jadi arsitek."

Ameera memutar bola matanya. "Lo nggak ke kantor?" tanya Ameera mengalihkan pembicaraan.

"Gue cuti, dong! Kan, habis menang proyek." Ia tersenyum lebar menatap Ameera.

"Terus ngapain lo kemari?"

"Papa mau undang lo makan siang di rumah. Jadi gue ke sini jemput lo."

"Gue... kayaknya gue sibuk siang ini, Nan."

"Sibuk ngapain? Sella aja nggak masuk."

"Sibuk..." Ameera menggaruk lehernya. "Gambar. Lo tahu 'kan kemarin ..."

"Alasan! Lo takut ketemu Mama 'kan?"

"Itu..."

"Pokoknya lo harus ikut gue. Titik!"

......

"Jadi, kalian sudah siap 'kan bertemu Alexi Sandjaya?"

Ananda terbatuk keras ketika pertanyaan itu terucap dari bibir Papa.

"Kenapa nggak Papa aja sama Ameera yang nemuin dia? Ananda 'kan udah presentasi duluan."

Bagus Abimanyu mencibir, "Adikmu yang melakukan itu, Ananda. Kamu 'kan cuma temani Aidan."

"Papa!" Ananda cemberut. "Yang penting 'kan proyeknya gol."

"Nah, karena itu, harus kamu juga yang menandatangani kontraknya. Lagi pula, direktur utamanya 'kan kamu sekarang. Papa mau siap-siap pensiun dan jalan-jalan sama Mama. Ya 'kan, Ma?"

Aku, Kamu, dan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang