Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

The #7 Cup

14.3K 2.2K 103
                                    

Keindahan Pulau Bintan telah menyihir Ananda. Hamparan pasir putih sejauh mata memandang, keeksotisan pantai yang terbentang, dan gugusan hutan bakaunya, membuat Ananda bersyukur ia tinggal di negara seindah ini.

Selama ini Ananda sudah mengunjungi banyak tempat, tetapi Bintan telah membuatnya jatuh cinta. Ini kunjungan pertamanya ke pulau ini dan ia menyesal melewatkan tempat seindah ini dari destinasi wisatanya yang telah lalu.

Alam Pulau Bintan yang masih begitu perawan. Hamparan pantai pasir putihnya membuat Ananda merasa ingin berlarian sepanjang hari mengelilingi tempat ini. Seandainya ia datang kemari bersama Ameera, ia dengan senang hati tinggal selama apa pun di sini. Tempat ini adalah definisi surga dunia yang akan membuat siapa saja betah berlama-lama. Terutama jika itu bersama orang yang kita sayangi.

Namun, sayang seribu sayang, jasa desainer interior baru dibutuhkan setelah resorts selesai dibangun. Dan saat ini, ia harus puas hanya ditemani Lucifer terkejam berwujud pria sok tampan yang sedang memberikan pengarahan kepada anak buahnya itu.

Seharusnya itu tugasnya! Sebagai kepala proyek pembangunan, hal-hal yang berhubungan dengan pengerjaan resorts ini adalah tanggung jawabnya. Alexi hanyalah klien di sini. Akan tetapi, lihatlah pria itu, sejak tadi dia sibuk memberikan instruksi ini itu tentang pembangunan ini. Lalu kenapa tidak ia saja yang mengerjakan semuanya?

Cih, pria satu itu sangat tidak bisa mempercayai orang lain. Gayanya bicara seolah paling tahu segalanya. Padahal Ananda tahu, Alexi hanya dua tahun lebih tua daripada dirinya. Namun, gayanya seakan dirinya sudah bekerja di industri ini selama berpuluh-puluh tahun. Ananda yakin itu hanya untuk menunjukkan keotoriterannya. Juga untuk menunjukkan pada semua orang bahwa ia yang paling berkuasa.

Tidak ingin berlama-lama menyaksikan pemandangan memuakkan Lucifer sok tahu itu, Ananda memilih pergi ke tempat persediaan barang. Ada banyak hal yang bisa dilakukannya daripada harus menonton orang sok tahu dan gila hormat sedang bicara.

Ananda sedang melakukan pengecekan beberapa material ketika tiba-tiba helm keselamatan terpasang di kepalanya.

"Kau pikir ini di mall?? Atau kau takut rambutmu rusak, hah?"

Ananda menoleh dan mendapati Alexi berkacak pinggang di belakangnya. "Proyeknya juga belum mulai," gerutu Ananda sambil membenarkan letak helm putih itu di kepalanya.

"Mau mulai atau belum, begitu masuk proyek, pakai APD lengkap. Kau itu arsitek profesional atau amatir, sih?? Hal mendasar seperti ini saja tidak mengerti!!"

Bolehkah Ananda mengambil sekantong semen dan menambal mulut pedas ini? Atau mungkin Alexi butuh ditambal pasir agar bisa diam? Ananda kurang tidur, luar biasa lelah setelah penerbangan. Sekarang, ia harus menerima ceramah tidak penting ini? Astaga, bunuh saja ia sekalian!

"Aku sudah mengarahkan semua pekerja di sini untuk bekerja sesuai standar Sandjaya. Kau hanya tinggal mengawasi mereka. Pastikan tidak ada kesalahan. Kau bisa merugi, jika ada kesalahan sedikit saja. Aku ingin proyek ini sempurna. Dan jika ada kesalahan, kau harus mengulang semuanya dari awal. Semuanya."

"Iya, Sir. Kami akan mengerjakan proyek ini sebaik-baiknya," jawabnya dengan sopan. Meskipun Ananda tidak ingin bersikap sopan, ia harus melakukannya.

Alexi mengangkat alisnya. "Sir? Kau kurang tidur? Bukankah kemarin kau memanggilku Raja Beruang?"

Ananda menarik napas. Ia mulai sedikit kehilangan kesabarannya. "Sekarang waktunya bekerja, saya rasa saya harus sedikit menghormati Anda. Tampaknya Anda gila hormat."

"Apa? Gila hormat katamu?" teriak Alexi, hingga Ananda mundur satu langkah. "Atas dasar apa kau berkata seperti itu??"

Oh, Ananda sungguh ingin bersikap sopan karena ini area pekerjaan, tetapi pria ini sangat menguras kesabarannya. Sejak mereka pertama bertemu, hingga saat ini. Semua yang dilakukannya terasa salah di mata Alexi.

"Kau bersikap seolah-olah tahu segalanya dan memerintah ini itu dengan menyebalkan. Tidakkah itu bertujuan agar semua orang tahu siapa pemimpin di sini??" Teriak Ananda ketika benar-benar tidak bisa menahan diri lagi.

Mata Alexi menyipit menatapnya. "Jadi kau berpikir seperti itu tentang aku?? Kau mengira aku gila hormat?"

"Memangnya apalagi? Kau klien di sini! Oke, ini memang proyekmu! Uangmu! Tetapi aku kepala proyek di sini! Bukan tugasmu menyuruh mereka ini itu!!"

Selama beberapa saat, wajah Alexi tampak memerah. Ia juga tampak ingin menelan Ananda bulat-bulat. Akan tetapi, beberapa detik kemudian, Alexi menjaga kembali kedataran ekspresinya seperti yang selama ini selalu ia perlihatkan.

"Fine! Aku tidak akan mengambil pekerjaanmu lagi. Aku juga tidak akan mengganggumu. Hanya pastikan tidak ada kesalahan sekecil apa pun. Sekali aku menemukan satu kesalahan, tidak ada ampun untukmu!"

******

Gila hormat? Ananda bilang, dirinya gila hormat? Hanya karena ia memberikan instruksi pada anak buah Ananda?

Selama ini, Alexi tidak pernah peduli dipanggil Raja Setan, Lucifer, Iblis, dan bahkan Raja Beruang. Ia tidak peduli.

Akan tetapi, gila hormat?? Tidak pernah ada orang yang menyebutnya gila hormat! Ia dihormati karena memang sudah seharusnya seperti itu. Namun, dia tidak pernah mengemis perhatian orang hanya karena ingin dihormati.

Tampaknya ia salah telah menerima usul Kak Reynald untuk bersikap sedikit lebih lunak dan membantu Ananda dalam pekerjaannya.

Ya, Alexi bersikap seperti ini memang atas perintah kakaknya. Kak Reynald bilang, ia terlalu keras dan keterlaluan pada Ananda. Kak Reynald memang benar. Alexi akui dirinya salah. Biasanya ia memang sedikit lebih toleran.

Namun, sejak melihat Ananda, ia merasa menemukan lawan sepadan, sehingga Alexi merasa harus menunjukkan siapa yang lebih berkuasa di sini. Perusahaan Ananda membutuhkan Sandjaya Groups untuk bisa dipandang sebagai perusahaan bonafide.

Namun apa yang ia dapat sekarang? Gadis itu mengatainya gila hormat? Dasar gadis bermata coklat menyebalkan! Lihat saja, nanti ia akan menemukan kesalahan pekerjaan mereka. Dan, Alexi sungguh-sungguh tidak akan memaafkan gadis itu.

Alexi mengamati ketika Ananda mulai memberikan anak buahnya instruksi untuk mulai bekerja. Tidak seharusnya gadis itu di sini. Lingkungan kerja lapangan adalah lingkungan yang kotor dan keras. Tempat yang cocok untuk Ananda adalah kantor mewah berpendingin udara.

Kenapa aku peduli? Di mana pun Ananda berada, itu bukan urusannya sama sekali.

Ponsel yang ada di saku Alexi bergetar, hingga membuatnya mengalihkan perhatiannya dari Ananda. Ia menghela napas sebelum melihat siapa yang menelepon dan senyumnya perlahan terbit.

"Kakak!!"

"Kau di mana? Aku baru sampai di Bali dan kau tidak ada. Kau di Jakarta??"

"Kenapa tidak bilang padaku kalau mau pulang? Aku ada di Pulau Bintan sekarang."

Seandainya Alexi tahu Adrienne akan pulang, tentu ia tidak akan memajukan proyek ini. Baginya, Adrienne lebih penting dari apa pun.

"Anak-anak memaksa ingin kemari. Sekalian menunggu Steph melahirkan."

"Tetapi usia kehamilan Kak Steph belum sembilan bulan!"

Adrienne terkekeh. "Seakan kau bisa menolak keinginan anak-anakku. Mereka campuran Sandjaya dan Blanc, ingat?"

Alexi ikut terkekeh. Tiga setan kecil itu paling berkuasa saat ini di klan dua keluarga.

"Aku akan pulang sore ini. Aku hanya perlu menyelesaikan sedikit pekerjaan di sini."

"Tidak. Kau tidak usah pulang. Aku yang akan ke sana sore ini! Tunggu aku, Baby Boy!"

Aku, Kamu, dan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang