Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

The #6 Cup

14.1K 2.2K 86
                                    

"Papaaaa!! Ananda mau minta cutiiii!!" Ananda berteriak begitu sampai di rumah.

Papa yang sedang meminum teh, langsung meletakkan kembali cangkirnya. Ia memandang Ananda yang duduk bersandar lelah di sofa. "Proyek Sandjaya tiga hari lagi, Nak. Kamu ..."

"Dimajuin jadi besok!!" jerit Ananda dengan kesal.

Alexi Sandjaya benar-benar Lucifer berwujud nyata. Malaikat kegelapan dari neraka paling dalam yang ada di perut bumi. Senyumnya yang memikat adalah senjata mematikan yang akan membinasakan mangsanya. Ia masih tidak bisa lupa bagaimana Alexi berkata 'besok' dengan senyum setannya itu.

"Besok? Berarti kamu harus siap-siap. Kamu harus terbang malam ini. Papa pesankan tiket sekarang," kata Bagus sambil meraih ponselnya dengan sigap.

Ananda menatap Papa dan cemberut. "Ananda mau cuti, Papaaa!! Bukan mau pergiii!!"

"No, no, no! Kamu siap-siap sekarang. Papa mesti cepet-cepet cari tiket buat kamu." Jemari pria itu menari dengan lincah di atas layar ponsel. Bahkan lebih lincah dari jari Adinda saat berburu flash sale online shop.

"Pa, ini terlalu mendadak! Ananda belum kasih tahu tim kita. Ini..."

"Nah! Tiket pesawat sudah dapat! Sudah sana siap-siap! Tim kita sudah di sana sejak dua hari yang lalu!"

Oh, astaga! Dua hari lalu? Kenapa dia tidak tahu tentang itu?

"Kok, Papa nggak bilang, sih, sama Ananda?" Ia menyipit menatap papanya.

"Nak, ini proyek maha besar kita yang pertama. Papa juga mesti turun tangan. Apalagi kamu berantem terus sama Alexi. Itu bisa mempengaruhi penilaian perusahaan kita."

"Papa, tahu dari mana?"

Papa tertawa dan kembali meraih korannya. "Papa tahu kamu hebat, tetapi bukan berarti Papa lepas tangan. Papa ..."

"Papa, ketemu sama Alexi?"

"Bukan. Papa beberapa kali bertemu Reynald. Yah, kamu sama Alexi 'kan tetap harus diawasi orang dewasa."

"Tahu gitu Ananda nggak usah capek-capek gambar semaleman, presentasi nggak jelas. Ngomel-ngomel."

"Nak, semua itu perlu untuk pengalaman kamu. Kamu jadi lebih berhati-hati dalam bekerja. Apalagi menangani proyek sebesar ini dengan perusahaan ternama seperti Sandjaya. Biasakan bekerja dengan cepat dan cermat."

Ananda tersenyum menatap Papanya. Ia pikir Papa benar-benar serius menyuruhnya menangani proyek sebesar ini sendirian. Selama ini, Papa selalu mendampinginya. Ananda menjadi sangat stress ketika tahu harus menghadapi proyek sebesar ini sendirian.

"Ananda sayang Papaaa!!" teriaknya sambil memeluk ayahnya itu.

"Dih, manja! Mesti ada maunya."

Ananda menyeringai sambil menatap pria yang berwajah sangat mirip dengannya itu. "Tambahin ongkos!"

Bagus tertawa sambil mencubit hidung Ananda. "Kamu itu, lho. Sudah gede masih minta ongkos aja. Harusnya kamu itu sudah waktunya kasih Papa."

"Kasih apa?"

"Menantu."

Ananda bangkit dari duduknya dengan secepat kilat. "Daaah, Papaaa, Ananda mau beres-beres."

*****

"Astaga, aku tidak percaya kau sekejam itu! Itu berarti Ananda harus berangkat ke Bintan malam ini!"

Alexi terkekeh menatap kakaknya. "Tepat sekali! Itu hukuman untuk orang yang bicara macam-macam di belakangku. Dia menyumpahiku tidak mendapat jodoh, Kak!!"

Aku, Kamu, dan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang