Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

The #9 Cup

13.8K 2.1K 113
                                    

Alexi menatap kepergian mereka dengan bersungut-sungut. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Adrienne sangat menyukai gadis-gadis galak seperti Ananda. Ia sudah menduga bahwa Adrienne telah menemukan teman baru, meskipun usia dua perempuan itu terpaut agak jauh. Meskipun Adrienne sudah kepala tiga, ia masih pecicilan seperti ABG.

Karena itulah, Alexi sebisa mungkin menjauhkan Adrienne dari pembangunan. Namun sialnya, Max datang kemari. Dan, tentu saja, ketika tidak menemukan suaminya dalam jangkauan mata, Adrienne akan segera mencari belahan jiwanya itu.

Seharusnya Alexi yang pergi makan siang dengan mereka. Ia merindukan Adrienne. Bukan Ananda. Gadis itu seharusnya ada di sini mengawasi pekerjaan anak buahnya.

Alexi cemberut. Ia memanggil manajer konstruksi, lalu memerintahkannya untuk mengawasi. Ia tidak bisa berdiam diri di sini berpanas-panasan, sementara mereka bertiga asyik makan dan menggosipkan dirinya. Ya! Mereka pasti membicarakannya.

"Kau juga memegang landscape-nya? Astaga! Luar biasa sekali!"

Alexi mendengar seruan kagum Max ketika ia hampir mendekati meja mereka bertiga. Pria itu berhenti melangkah lantas berdiri di balik tanaman palem untuk mengamati. Alexi akan muncul ketika Ananda mulai menjelek-jelekannya seperti dulu lagi. Gadis itu pasti akan memanfaatkan situasi dan menjelek-jelekkannya di hadapan kakaknya.

"Interior juga?" Kali ini Adrienne yang bertanya.

Ananda menggeleng. "Interior-ku sangat parah. Setiap kali ada proyek, temanku yang menangani itu."

"Dia di sini juga?"

"Tidak. Masih ada pekerjaan di Jakarta yang harus diselesaikan."

Selanjutnya, mereka bertiga semakin asyik mengobrol tanpa sekalipun menyinggung nama Alexi. Hal itu justru membuat Alexi kesal. Kenapa mereka tidak membicarakannya sama sekali? Justru membicarakan pekerjaan? Sejak kapan Adrienne tertarik pada hal seperti itu?

Merasa mereka tidak akan menyebut namanya, Alexi bersiap untuk bergabung, hingga ia mendengar Adrienne bertanya, "Adikku pasti sangat menyusahkanmu 'kan? Dia benar-benar rewel, aku tahu itu."

Alexi kembali mundur dan mendengarkan. Ini dia. Setelahnya, Ananda pasti akan mulai menyumpahinya seperti dulu.

"Tidak juga. Yah, untuk perusahaan besar seperti Sandjaya Groups, kupikir wajar dia bersikap demikian. Lagipula perusahaan kami memang tidak sebanding dengan Sandjaya."

Jawaban itu membuat Alexi mencibir. Apa yang Ananda ucapkan pasti berbeda dengan apa yang ia katakan dalam hati. Dalam hati, Ananda pasti menyumpah-nyumpah agar dirinya bangkrut dan tidak mendapat jodoh.

"Tidak usah bohong padaku! Aku tahu, dia direktur utama paling kejam di Sandjaya Groups."

"Itu karena dia belum menemukan pawangnya, Sayang." Max menyahut, membuat mereka bertiga tertawa.

"Seperti kau dahulu 'kan?"

"Tidak. Aku sudah menemukanmu sejak dirimu masih ompong. Aku hanya pura-pura saat itu, Chérie."

Adrienne memutar bola mata, lalu berpaling pada Ananda. "Kau tahu, dia sama seperti adikku. Tukang marah-marah dan menyebalkan."

Ananda tertawa. "Tetapi sepertinya masih lebih galak adikmu, ya?"

Alexi memutuskan untuk bergabung sekarang. Ia sengaja menarik rambut panjang Ananda sebelum ia duduk. "Menjelek-jelekkanku lagi, hmm?"

"Lagi?"

"Dia pernah menyumpahiku tidak mendapat jodoh, Kak!"

Max dan Adrienne tertawa membahana. Yah, ia juga sudah menduga itu, mengingat Reynald dan Stephanie juga bereaksi sama.

Aku, Kamu, dan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang