[I] A Coveted Calm

3.8K 161 23
                                    

[ 아 · 이 · 린 ]
|
|

Cahaya matahari pagi menyegarkan seperti hari - hari biasanya menyapa wajah halus seorang perempuan dengan tinggi rata - rata nan tengah membuka gorden berwarna ivory kamar yang didominasi warna putih itu.

Senyum sempurna tercipta diatas lengkung bibir tipis merah muda, menambah kesan dewasa namun berkelas yang telah terpancar di permukaan kulit perempuan itu semenjak dilahirkan.

Memanjakan sesaat mata gelap nan tajam yang diam - diam menyembunyikan kerapuhan dibaliknya, Irene menarik nafas panjang, mengumpulkan energi agar siap menjalani sepanjang hari ini.

Tak butuh waktu lama, kini Irene sudah memegang cangkir abu - abu berisi kopi instan sembari berdiri mendongak, menatap bingkai besar yang didalamnya memuat foto dirinya tengah merangkul empat gadis menggunakan dua lengan kecilnya. Mulai memutar ulang memori dimana Ia dan kedua adik kembar-nya mendatangi acara wisuda dua bungsu yang saat itu sukses menyelesaikan studi sesuai target, 4 tahun.

Hatinya menghangat kala mengingat semua sudah seperti semula selama 7 tahun terakhir. Selalu mendengar kabar setiap bulan bahwa cafe yang Yeri kelola semakin besar sampai mengambil langkah untuk membuka cabang yang tak kalah ramainya hingga membuat para sutradara terkenal tertarik untuk menggunakan tempat itu sebagai salah satu spot pengambilan adegan film yang kini sudah meraih berjuta - juta penonton. Tentu saja Yeri diuntungkan dengan menarik minat para penonton untuk datang ke cafe nya. Hal itu jelas membuat Irene tidak menyesal telah melepas adik dari kurungannya selama ini.

Beralih memfokuskan mata pada bungsu yang lain, Irene tersenyum tipis ketika sebuah adegan terputar dalam ingatannya dimana Joy mendatanginya penuh semangat untuk memberitahukan bahwa dirinya menemukan pujaan hati yang selama ini dengan bodohnya Ia tunggu tanpa kabar. Berakhir dengan membangun agensi modeling di kota dimana Ia menemukan Suinn, Joy berhasil membuat Irene bangga dengan pencapaian - pencapaiannya sejauh ini.

Irene menyesap sedikit kopinya diikuti desah kepuasan akan rasa pahit namun juga dilapisi manis yang memanjakan lidahnya. Memutar tubuh, senyum Irene semakin lebar hingga matanya ikut melengkung saat menangkap sesosok tubuh mungil tengah meletakkan piring disusul menaruh roti isi diatasnya.

Son Seungwan. Satu - satunya orang yang pernah terasa begitu jauh darinya. Bukan dalam artian jarak fisik, namun hati mereka. Perempuan dengan karakter diluar dugaan dimana tidak sekalipun berpikir untuk menyerah semasa agensi musiknya diambang kehancuran. Namun melihat kini CEO muda yang terkadang turun tangan untuk mengatur musik para artis di bawah labelnya itu telah semakin merangkak dan menjadi salah satu agensi terbesar di negara ini, tak ada lagi yang harus Irene khawatirkan. Karena Ia tahu Wendy dapat selalu mengubah sesuatu menjadi lebih baik.

"Ah, aku lelah sekali."

Irene mendekat ke arah meja makan lantas mendengus mengejek dengan senyuman tak ingin pergi dari wajahnya. Memperhatikan sejenak adiknya nan tidak pernah marah tapi diam - diam memiliki pemikiran yang sama dewasanya dengan Irene tersebut, kerutan di mata Irene terlihat dalam seiring lengkung bibirnya semakin lebar. Sebuah potret manusia berjiwa bebas tak ingin diatur sangat tampak diatas lembaran ekspresi beribu - ribu macamnya milik Kang Seulgi, sutradara kawakan yang terus menerus memotivasi diri sendiri untuk membuat sebuah rasa dalam sepotong film bisa tersampaikan dengan baik di kalangan para audience. Beberapa penghargaan Seulgi yang tidak main - main besarnya, menjadikan gadis itu dipercaya banyak produser untuk memanage proses syuting dan menciptakan sebuah hasil luar biasa menggembirakan. Ditambah lagi percintaan Seulgi dengan sekretaris terpercaya Irene nomor dua, Oh Sehun, membuat anak sulung di keluarga sederhana ini dilegakan dengan fakta bahwa Seulgi sudah baik - baik saja.

Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang