[ SIDE CHAPTER 2 ] Closing The Old Wound Opened A New Gate

1.5K 112 42
                                    

A.N. Karena ini chapter terakhir banget, aku jadi puas2in nulis yang aku pengen terus jadi panjang buaangeeett. Jadi kalo bosen, sambil dengerin musik yaa :v
Selamat membaca

[ 아 · 이 · 린 ]
|
|

Tap

Seorang wanita mungil ditemani lelaki jangkung dengan tunggi terpaut jauh disisinya, berhenti di depan bangunan besar dan mendongak untuk menikmati sesaat angin sore nan berhempus tanpa ragu menabrakkan diri ke wajah halusnya. Memuaskan mata melepas rindu setelah empat tahun meninggalkan tempat beserta seluruh kenangannya untuk sedikit menyembuhkan luka batin, wanita itu mengakui bila suasana baru memang bisa menyegarkan kembali perasaannya walau Ia tahu bekas cedera akan tetap ada.

Berbeda dengan wanita yang kini tersenyum lebar tanpa mengalihkan pandangan kemanapun selain objek di hadapan, lelaki disebelah kanan nan tak pernah melepaskan rangkulan di bahu wanita tersebut menatapnya dengan sedikit kecemasan tersirat.

"Kau yakin akan tinggal disini lagi?"

"Yeol, selama ini Seulgi tinggal disini sendirian."

Wendy mengusap benda terbuat dari emas putih yang melingkar di jari manis Chanyeol kala lelaki itu berpindah membelit lembut pinggang kurusnya; merasakan kekhawatiran mendalam Chanyeol nan berusaha lelaki itu salurkan pada Wendy.

"Tapi kau sedang hamil, sayang."

"Lalu kenapa? Ini rumahku, Yeol. Kau berkata seolah ini markas penjajah."

Menangkap nada bicara Wendy mulai terdengar kesal yang Chanyeol pun paham akhir - akhir ini emosinya sangat sering berubah karena kehamilan, Chanyeol bergerak ke belakang Wendy lantas melingkupi perutnya dengan kedua tangan disusul mencium puncak kepala Wendy sebegitu mudah akibat selisih tinggi badan nan amat jauh itu.

"Maafkan aku jika terdengar seperti yang kau katakan. Tapi rumah ini juga yang dulu membuatmu ingin pergi, bukan?"

"Yeol, aku mohon."

"Tapi kau harus berjanji untuk tidak terlalu memikirkan hal - hal berat, okay?"

Seiring Chanyeol membungkuk meletakkan dagu diatas pundak Wendy, wanita itu menoleh cepat sembari tersenyum lalu mencium singkat pipi lelaki yang mengikat janji suci dengannya satu setengah tahun silam itu.

"Janji!"

• 아 · 이 · 린 •

Wendy menaikkan satu alis kala matanya tak menemukan keberadaan Seulgi di kamar kembarannya di lantai bawah itu. Namun ketika mendengar suara guyuran air seperti seseorang yang sedang mandi dari lantai atas, Wendy langsung menghembuskan nafasnya berat.

"Yeol, beristirahatlah dulu. Aku akan menyapa Seulgi."

Chanyeol mengangguk patuh. Dirinya pun paham maksud dari 'istirahat' adalah agar Ia memberikan waktu Wendy berbicara empat mata dengan saudarinya. Oleh karena itu Chanyeol hanya menatap punggung Wendy yang menjauh menaiki tangga dan menghilang dibalik lorong remangnya.

Benar saja.

Tepat ketika Wendy menutup pintu kamar Irene setelah berhasil masuk, saat itu pula Seulgi keluar dari kamar mandi dengan bathrope menempel di tubuhnya. Mimik sedikit terkejut tapi tetap saja terlihat sendu itu membawa Wendy pada kesedihan masa lalu menyadari wajah Seulgi semakin tampak kelelahan. Wendy pun tahu Seulgi sebisa mungkin memaksakan senyumnya jadi begitu nyata. Mungkin orang lain akan menganggap Seulgi telah baik - baik saja usai empat tahun berjalan; tapi mata Wendy seakan berbeda dari orang - orang biasa jika sudah tentang saudaranya. Dalam satu kedipan, Wendy dapat langsung mendeteksi lubang besar di hati nan tak kunjung mengatup melalui tatapan kembarannya.

Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang