[IX] Lying On Lies

775 90 4
                                    

[ 아 · 이 · 린 ]
|
|

"Aw!"

"Maaf."

Irene menunjukkan cengirannya setelah mendengar rintihan Suho kala tangan Irene yang memegang kapas nan sudah merah, menyentuh bagian sobek di siku Suho.

Menoleh sesaat, Irene juga mendapati ekspresi khawatir Joy saat memberikan obat yang sama ke lutut Suinn.

Pikiran Irene sudah tidak bisa fokus pada satu pekerjaan saja semenjak kejadian tadi. Irene yakin sekali wajah yang Ia lihat adalah seorang tahanan 7 tahun lalu, dipenjara karena tertangkap melakukan perdagangan anak. Tapi setelah dipikir - pikir, Irene, Wendy, bahkan Chanyeol sendiri memang benar - benar melepas lelaki hina itu usai mendengar kabar jika ayah Chanyeol dipenjara. Tak sekalipun berminat untuk tahu berapa lama, Irene menyadari dirinya kembali ceroboh.

Lantas sebuah sentuhan di lengan membuat Irene sadar dari lamunan, memandang Suho yang megangguk seolah meyakinkan Irene untuk melakukan apapun yang ingin Irene lakukan.

"Aku bisa mengobatinya sendiri. Bicaralah dengannya. Dia adikmu, sudah merupakan kewajiban untuk menenangkan mereka, hmm?"

Irene tersenyum, mengecup lembut pipi putih Suho sebelum akhirnya mendekati Joy dan Suinn. Tepat ketika Irene berdiri dihadapan keduanya, Joy tengah melakukan prosedur terakhir yaitu menempelkan perban pada bagian tubuh Suinn yang terluka.

Mengusap rambut Joy penuh kasih, Suinn tersenyum.

"Hei, aku baik - baik saja. Sekarang kau boleh kembali ke kamarmu, hmm?"

"Kak Suinn memiliki riwayat cedera tulang belakang, bagaimana bisa kakak baik - baik saja setelah jatuh seperti tadi huh? Ini salahku. Bisa - bisanya aku bercanda sampai..—"

"Joy, lihat aku."

Meraih tangan kiri Joy lantas meremasnya pelan tak peduli Irene memperhatikan, Suinn menghipnotis Joy hingga gadis itu dengan mudahnya jatuh di kedalaman mata Suinn.

"Aku baik - baik saja. Lagipula besok kita masih bisa bertemu, kau harus istirahat juga."

Meski mengerucutkan bibirnya, Joy berakhir mengangguk kemudian menyambut tangan Irene yang sudah terulur cukup lama, bermaksud menggandeng tangan besar adiknya.

"Cepat sembuh, Suinn."

"Terimakasih, Kak Rene."

Begitu keluar dari kamar para lelaki, Irene dapat semakin merasakan kegelisahan Joy ketika genggaman tangannya mengerat seiring langkah yang mereka ambil menuju kamar mereka. Irene tanpa aba - aba memasukkan tangan Joy di genggamannya kedalam saku mantel panjang yang Ia pinjam dari Suho dengan tidak sama sekali menatap adiknya tersebut.

Awalnya Joy terkesiap atas gerakan tiba - tiba Irene ini, namun seiring waktu berjalan Joy mengerti tujuan Irene adalah untuk memberikan ketenangan diatas seluruh kegusaran hatinya.

"Dia akan baik - baik saja, hmm?"

Terdengar helaan nafas berat Joy sebelum Ia menanggapi Irene.

"Apa kekhawatiranku berlebihan, Kak?"

Entah apakah ada yang salah dengan perkataan Joy, namun membuat Irene mendadak menghentikan langkahnya. Sesungguhnya Irene tidak ingin menatap Joy sedari awal karena Ia tidak ingin hatinya hancur kala menangkap ekspresi penuh rasa bersalah yang sejak tadi Joy tampakkan itu. Namun mendengar suara bergetar Joy, lagi - lagi Irene mengorbankan dirinya. Memberanikan diri menghadapi besarnya luka yang sudah bersiap menerjangnya melalui tangisan Joy.

"Bukan begitu. Hanya saja..—"

"Apa semua sungguh akan baik - baik saja, Kak? Karena aku mulai meragukan kata itu saat ini."

Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang