[XXV] Still Surrounded by Anxiety

648 87 11
                                    

[ 아 · 이 · 린 ]
|
|

Pukul 6.27

Bergerak menutup kembali pintu kamar Joy usai puas memperhatikan wajah damai adiknya ketika tidur, Irene tersenyum simpul lalu melangkah menuju pintu utama.

Selesai mengenakan sepatu hak tinggi hitam mengkilap, wanita itu berbalik sesaat mengedarkan mata untuk memandangi seisi rumah yang terlihat masih amat sepi.

Masakan lengkap di meja makan tertutup tudung, bantal - bantal persegi di sofa ruang TV, tangga marmer berkilap, balkon lantai dua. Irene seolah tengah menanamkan apa yang Ia lihat sekarang supaya tidak lupa jika suatu saat harus pergi jauh dari tempat penuh kenangan ini.

Menghembuskan nafas panjang dengan senyum masih melekat, Irene memantapkan diri keluar dari persinggahannya.

Tidak ada yang tahu; ada pemikiran berat lain dibalik lengkung bibir tipis itu.

• 아 · 이 · 린 •

Keraguan.

Raut wajah tak terbaca nan telah 10 menit terakhir terus terarah ke papan kayu pembatas ruangan kakak tertua tidak berubah barang sedetikpun.

Kepalanya mendadak bergeleng keras; mencoba mengusir segala variabel negatif di pikiran sebelum memutuskan untuk menjauhi tempat itu.

"Sarapan. Kak Joohyun yang masak?"

Wendy mengangguk pelan lalu meraih salah satu cawan nasi dilengkapi mangkuk kecil sebagai penadah supnya.

Ikut mengangguk, Seulgi mengambil tempat di sisi Wendy.

Setidaknya keduanya sadar bila keadaan jadi sedikit lebih baik daripada kemarin karena pertemuan mendadak dikamar Joy tadi malam.

Yeah, setelah acara menangis bersama - sama yang terdengar agak cringe namun juga dramatis, semuanya kembali ke kamar masing - masing ditemani senyum sederhana.

Walau ucapan Irene masih belum bisa mereka terima sebab terkesan meletakkan beban diatas kedua pundaknya sendiri, mereka tetap tak bisa membantah sebuah fakta, bukan?

"Kau tidak merasa aneh dengan sikap kak Joohyun?"

Pertanyaan Seulgi barusan jelas - jelas membuat semua aktivitas Wendy berhenti; kurang dari 2 detik, gadis itu kembali menyuapkan sesendok makanan ke mulut. Berintensi mengulur waktu supaya bisa menimbang jawaban terbaik.

Palsu bila Wendy mengatakan Ia tidak menyadarinya.

Irene yang biasanya tak memasak dan memilih tidak sarapan jika belum ada yang membuatnya serta keseharian wanita nan selalu berangkat diatas pukul tujuh itu tampak sedikit aneh hari ini dengan segala keterbalikannya.

Lucu sekali Irene membuat sarapan untuk adik - adiknya. Diminta menyuapi saja dia langsung meloloskan ocehan tanpa henti.

"Aneh bagaimana?"

Wendy sengaja tidak menoleh supaya tak berhadapan langsung dengan sorot mata menyelidik Seulgi.

"Jangan bercanda. Kau juga tahu kak Joohyun tidak membuat sarapan."

Seulgi menoleh dengan tatapan bermakna beda dari sebelumnya kala mendengar Wendy meletakkan sendok makannya dengan keras menimbulkan dentingkan memekakkan disusul desahan kasar dan pandangan ke sekeliling kecuali wajah Seulgi.

"Sudah cukup, Seul. Kita baru saja menghentikan ini. Kau ingin memulai lagi?"

Tidak ada tekanan, teriakan, maupun bentakan. Hanya sececah nada lelah nan menjadikan penyesalan seketika tumbuh lagi di relung Seulgi.

Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang