[XXI] Can We Give A Little Time To Forget All This For A Moment?

733 85 13
                                    

A.N. Bagian ini sedikit lebih panjang dari yang biasanya aku bikin. Dan bahasa - bahasanya juga terlalu simpel soalnya nggak ada celah buat masukin kata - kata yang 'dalem'. Jadi hati - hati kalo bosen hehe
Oke kalau gitu,
Selamat membaca :))

[ 아 · 이 · 린 ]
|
|

Irene menggeleng pelan kala Seulgi yang berada sedikit di belakang Suho mengangkat ponselnya dengan ekspresi terkejut bercampur khawatir; mengisyaratkan pada adiknya itu untuk tetap diam tanpa mengucapkan sepatah kata sekalipun matanya sudah berkilat emosi dan hampir menangis.

Sekilas memperhatikan Joy dan Yeri yang masih saling mengobrol nan sesekali membuka ponsel, Irene menghela nafas lega saat mereka berdua sepertinya belum menyadari apa yang terjadi. Irene pun dengan cepat kembali beralih pada Suho yang semakin mendekat. Tapi tampaknya keberuntungan tak ingin sedetik saja berpihak padanya jadi Suho dapat menyadari ekspresi panik Irene.

"Rene, ada apa?"

Suho yang tadi bermata sayu kini merubah sorot matanya menjadi penuh tanya sekaligus cemas.

"Wajahmu. Kau baik - baik saja?"

"Aku bertanya lebih dulu, Rene. Apa terjadi sesuatu?"

Irene menggeleng was - was diikuti tawa hambar yang Ia kira bisa membantunya berbohong tapi tanpa Ia sadari malah semakin menunjukkan kegugupan dalam setiap gelagatnya.

"Aku hanya mencemaskan waja..—"

"Kak Joohyun, ini... apa?"

Irene menutup matanya pasrah kala Suho menoleh kearah dua adik yang duduk di sofa memamerkan layar ponsel Joy nan sengaja ditujukan padanya. Irene menunduk dalam seraya memijat dahi saat Suho berdiri dari pinggir ranjangnya untuk meraih benda persegi panjang milik Joy itu.

Tidak sampai satu menit, tundukan kepala Irene semakin dalam ketika Ia merasakan seluruh pasang mata dalam ruangan itu tengah menatapnya dengan sorot yang berbeda - beda, menunjukkan karakter masing - masing. Seulgi dan Joy dengan kecemasan terpampang jelas disana, serta Suho juga Yeri nan tanpa takut menusuk Irene dengan pandangan penuh tanya itu.

"Kim Group memang brengsek!"

"Suho."

Panggil Irene dengan susah payah mengangkat kepala nan terasa amat berat hanya untuk menatap Suho yang sudah melangkah menuju pintu ditemani kepalan dari dua tangannya.

Suho berhenti. Irene tetap dan bakalnya selalu menjadi kelemahan yang tak pernah bisa Ia lawan. Mendengar nada lembut namun sarat akan keputus-asaan itu tentu menghapus seluruh rencana membunuh CEO Kim Group saat itu juga di kepalanya dan memilih berbalik menatap Irene dengan netra yang tadinya tajam berangsur melembut.

"Kemarilah. Aku takut."

Suho lantas memijat dahi disusul menjambak rambut frustasi ketika melihat Irene mengangkat tangan untuk diulurkan pada Suho; berintensi agar Suho mau meraih tangan kecilnya itu dan menggenggamnya erat tanpa melepasnya barang sedetikpun.

Irene tidak bohong.

Ia sungguh takut untuk menghadapinya sekarang. Selain masih membutuhkan waktu supaya tubuhnya pulih total, Irene sebenarnya juga sedang menyiapkan sebuah rencana di kepalanya untuk menghentikan semua ini.

Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang