[ 아 · 이 · 린 ]
|
|Irene membuka matanya perlahan. Langsung disuguhkan dengan pemandangan Joy yang terduduk di lantai kamar sisi ranjang sembari menyandarkan pipi kepermukaan kasur, Irene dengan cepat membangkitkan dirinya tidak mempedulikan pening serasa jarum - jarum menghujam kepalanya.
Membangunkan Joy perlahan untuk menyuruh gadis itu berpindah keatas kasur, Irene mengusap lembut wajah lelah Joy menggunakan punggung tangannya. Merasa bersalah karena terpaksa membuat repot adiknya sendiri bahkan tepat ketika Ia baru sampai di rumah setelah perjalanan jauhnya.
"Hei, bangun sebentar. Badanmu bisa sakit jika terus tidur seperti ini. Berpindahlah keatas."
Merasakan hawa dingin di permukaan pipinya, Joy membuka mata sebagian lantas berpindah keatas kasur dibantu kakaknya karena Ia pun belum sepenuhnya sadar dari tidur.
"Kak Hyun. Jangan sakit, hmm?"
Persis saat Irene berdiri tegak, Ia mencelos mendengar ucapan setengah mengingau adiknya yang disusul dengkuran karena sudah kembali lagi ke alam mimpinya.
Menurungkan niat untuk turun, Irene memilih membenahi selimut yang tak seluruhnya menutup tubuh Joy lalu mengusap rambut kusut adiknya. Tersenyum kecil, Irene tahu Joy sesibuk itu sampai tidak sempat mencuci rambut sendiri. Tapi melihat lingkaran hitam dibawah mata nan masih begitu polos bagaikan bayi, hati Irene serasa dipukul dengan keras oleh palu kepedihan. Rasanya baru kemarin Ia merawat adik yang pura - pura kuat namun sebenarnya begitu manja dan mengais perhatian, namun kini gadis kecil itu telah tumbuh baik dengan karakter pejuang yang tak ingin dengan mudah membeberkan luka.
"Kau sudah bekerja keras. Beristirahatlah sejenak, hmm? Karena aku juga ingin kembali merasakan kebahagiaan seorang kakak yang memanjakan adiknya."
Bergumam sendiri, Irene bergerak membungkukkan dirinya untuk mengecup singkat puncak kepala Joy tanpa tahu bahwa ada seorang gadis lain di depan pintu kayu itu, mendengarkan dengan hati was - was, mendeteksi bau - bau kegelisahan dari diri kakaknya.
Dan benar saja.
Ketika Irene melangkah keluar dari garis batas kamarnya seraya menyugar rambut kebelakang, sesosok manusia bermata sayu yang berdiri tepat di depan pintu sempat mengakibatkan Irene sedikit terlonjak. Menengok Joy sesaat untuk memastikan dirinya tidak membangunkan gadis itu, Irene menatap adik kedua yang kini berhadapan dengannya.
Garis mata Seulgi yang begitu tebal lengkap dengan bulu mata lentik memberikan kesan tegas sesaat menggoyahkan Irene. Namun tidak lama karena Irene sudah cukup terlatih hanya untuk membalas tatapan itu tidak kalah gagah.
"Ada apa?"
Dan dengan kalimat singkat itu Seulgi menemukan satu kesimpulan yang paling tepat.
Kak Joohyun kembali seperti dulu.
"Seungwan memasak sup."
Memicingkan matanya, Seulgi melanjutkan.
"Kakak pingsan diatas tangan Joy semalam."
Menyadari bila Seulgi bukan sekedar menjabarkan fakta namun juga menuntut penjelasan, Irene tersenyum tipis, meletakkan tangan diatas pundak kanan Seulgi.
"Aku hanya kelelahan."
Lantas melewati Seulgi begitu saja, berjalan menyusuri lorong lantai dua untuk sampai ke meja makan. Sebelum Irene menginjak anak tangga kedua dari atas, Ia berhenti kemudian setengah memutar balik tubuhnya agar dapat melihat Seulgi yang masih berdiri di depan pintu hendak membangunkan adik nan bertubuh semampai di kamar Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔
Fiksi PenggemarBae Joohyun atau Irene. Perempuan dingin elegan dengan segala aura kuat yang terpancar dari dirinya. Bersama tanggung jawab empat gadis yang merupakan adiknya, Irene berusaha sekuat tenaga menjaga kebahagiaan mereka senantiasa berputar di lingkaran...