[ WNDY · POV ]
|
S I D E
C H A P T E R
|Keadilan.
Salah satu komponen kehidupan yang memiliki penyelesaian paling rumit nan juga terlampau sulit untuk ditegakkan. Selalu ada pihak yang merasa rugi walau dia tidak sepenuhnya salah.
Tepat seperti yang aku rasakan saat ini; di tempat mengerikan ini.
Memperhatikan segala kejadian yang berjalan detik demi detik, emosiku terasa tidak dapat lagi ditumapahkan —ah, salah. Bukannya tidak dapat, tapi tidak mau.
Melihat tubuh mungil terbaring rapi didalam peti kayu coklat yang perlahan diturunkan kedalam galian tanah, aku sudah tahu bila tanggung jawabnya secara otomatis diturunkan padaku atau pada Seulgi.
Benar. Melainkan menangis, aku dan Seulgi membiarkan bahu kami menjadi tempat pelampiasan kepedihan Sooyoung serta Yerim.
Sakit? Iya.
Sedih? Tentu saja.
Siapa juga yang akan tertawa gembira kala melihat kakakmu sendiri menutup mata untuk selamanya dan tubuhnya akan perlahan membusuk hingga hilang di kedalaman bumi?
Jawabannya : tidak ada. Hanya psikopat yang tersenyum lebar saat keluarganya mati.
Tapi aku sudah bilang, kewajiban diwariskan padaku. Kewajiban untuk menjadi pribadi yang selalu kuat apapun kondisinya; kewajiban untuk melindungi sisa anggota yang ada tak peduli seberapa terlukanya diri sendiri.
Dan soal pandangan mengenai keadilan yang aku jelaskan, aku tidak bohong.
Lihat sekarang.
Lebih dari 30 orang mengelilingi peti mati kak Joohyun sedangkan tidak ada satupun manusia di sisi gundukan tanah tempat lelaki itu beristirahat.
Bodoh memang, tapi aku begitu ingin memberinya kelegaan sampai - sampai rela meninggalkan prosesi penguburan kakak kandungku dan memilih berdiri di sisi batu bertulis tanpa ditemani.
Hanya aku.
Dan kak Suho.
"Aku belum sempat mengatakan ini, tapi aku sudah tahu kalau kak Suho yang berhasil membatalkan beberapa peristiwa mengerikan di mimpiku. Terimakasih banyak. Aku minta maaf tidak sempat mengatakan hal ini saat kau masih hidup."
Terlihat seperti orang gila, berbicara sepanjang ini pada sebuah kubur manusia.
Kau tahu? Banyak orang masih beranggapan bila menangis berarti lemah.
Sungguh persepsi tak berdasar.
Kalau boleh jujur, aku ingin menangis sepanjang hari menumpahkan sesuatu yang bergejolak di dalam sana. Tapi bahkan untuk melepaskan satu tetes saja aku tidak bisa. Semua cairan didorong oleh pemikiran tolol yang menjabarkan siapa dan apa predikatku di keluarga ini setelah kak Joohyun pergi.
Mataku kembali terfokus kepada tiga saudariku jauh disisi yang lain area pusara ini.
Wajah Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔
Fiksi PenggemarBae Joohyun atau Irene. Perempuan dingin elegan dengan segala aura kuat yang terpancar dari dirinya. Bersama tanggung jawab empat gadis yang merupakan adiknya, Irene berusaha sekuat tenaga menjaga kebahagiaan mereka senantiasa berputar di lingkaran...