[ 아 · 이 · 린 ]
|
|Cklek
Irene tersenyum singkat lalu kembali menolehkan kepalanya, menatap keluar jendela seraya menyilangkan tangan di depan dada kala Ia tahu siapa yang masuk.
"Bagaimana perjalanan bisnismu?"
Tanya Irene lalu menutup mata saat merasakan sebuah lengan merengkuh erat pinggangnya dari belakang disusul beban dari kepala lelaki itu yang dia letakkan diatas pundak Irene.
"Aku melihatnya, Rene. Semua berita itu. Apa kau tidak punya takut, hmm?"
Irene kembali membuka matanya kemudian membuang nafas kasar lantas menyelipkan jemarinya di ruas jari Suho nan setia memeluknya.
"Aku lapar. Ayo makan."
Jarak mulut Suho yang begitu dekat dengan telinganya membuat Irene dapat dengan jelas mendengar hembusan nafas panjang lelakinya. Walaupun tidak diungkapkan; hanya dengan sebuah pelukan erat, Irene bisa merasakan rasa khawatir yang tersalurkan dari diri Suho. Tapi Irene tetap bersikeras untuk tidak membahas hal ini dengan Suho, apalagi disaat lelaki itu merasakan lelah setelah perjalanan bisnisnya. Tidak mungkin Irene langsung mencurahkan perasaannya padahal Ia tahu Suho pun juga perlu mengistirahatkan pikiran.
"Pas sekali. Aku sudah meletakkan tteokbokkinya di meja."
Irene kira setelah Suho melepaskan backhugnya, mereka berdua akan langsung menuju meja yang bersandingan dengan sofa tamu. Tapi sepertinya Irene salah menebak karena ketika dirinya berbalik, Suho justru kembali memeluknya; kali ini sembari mengusap pelan punggung Irene dan menyandarkan pipi ke kepala Irene. Irene tidak membalasnya. Bukan tidak ingin; hanya saja Irene merasa begitu lemas hanya untuk mengangkat tangan. Semua masalah ini, tanpa Irene sadari, membuat fisiknya ikut melemah. Irene berakhir menutup mata lagi menikmati harumnya fabric softener nan selalu menjadi salah satu hal favorit Irene di tubuh Suho. Merasakan sebuah usapan kecil di kepalanya, Irene semakin menenggelamkan wajah di bahu Suho tanpa ingin membuka mata barang sedetikpun.
"Aku merindukanmu."
"Aku ju..—"
"Dan mencemaskanmu."
Perlahan kelopak mata Irene terangkat. Walau hatinya terasa seakan dilegakan mengetahui masih ada orang yang memikirkan keadaannya selain adik - adiknya, Irene tetap tidak suka kata itu secara frontal diucapkan padanya.
Benar. Bae Joohyun.
Seorang wanita yang ingin selalu bersikap tegar; tak senang orang - orang menatapnya lemah. Kata - kata seperti 'khawatir' atau mungkin 'cemas' yang ditujukan dengan gamblang padanya, secara tidak langsung membuat Irene merasa amat kecil. Dan Ia tidak suka itu karena ketika Ia merasa kecil, otaknya harus lagi - lagi menstimulasi cara agar dirinya kembali besar dan kuat sampai orang bahkan tidak berpikir untuk mencemaskannya.
"Suho, aku lapar."
"Baiklah, baiklah."
Suho tersenyum tipis melihat Irene dengan lahapnya memasukkan makanan kesukaan gadis tersebut kedalam mulut kecilnya dan sesekali ibu jari Suho mengusap noda saus yang belepotan di sekitar bibirnya. Menghabiskan satu wadah besar tteokbokki berdua kurang dari 10 menit, Irene lalu membersihkan bibirnya dengan tisu yang selalu tersedia di meja itu. Suho menaikkan sebelah alisnya kala mendapati Irene melirik cepat kearahnya seolah ingin mengatakan sesuatu. Lantas ketika Irene meletakkan papercup berisi air putih dalam genggamannya keatas meja kemudian menunduk dalam, Suho tahu jika gadis itu terbebani oleh sesuatu dalam hatinya hingga tangan Suho tergerak untuk mengusap lembut kepala sampai punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet Fraternity 5 : IRENE ✔
FanficBae Joohyun atau Irene. Perempuan dingin elegan dengan segala aura kuat yang terpancar dari dirinya. Bersama tanggung jawab empat gadis yang merupakan adiknya, Irene berusaha sekuat tenaga menjaga kebahagiaan mereka senantiasa berputar di lingkaran...