Akhir dari Kebohongan

4.7K 211 35
                                    

Happy reading

Jangan lupa untuk vote and comment ya ^^

Jangan lupa di putar ya lagunya ^^

Song : Fiersa Besari-Waktu Yang Salah.

-----------------------------------------------

Aku menutup mataku, meyakinkan diriku bahwa aku bisa melalui permasalahan ini, sama seperti yang sudah kurencanakan sebelumnya. Ralat, bukan sama, tapi berbeda sejak fakta yang menohok itu terungkap. Jika sebelumnya rencanaku adalah memohon maaf darinya, tapi sekarang dengan tegas kukatakan tidak! Aku tidak akan mengatakan itu sekarang, karena aku juga berhak marah padanya, Kami sama-sama bersalah.

Aku menghela nafas berat, lalu menatap Althaf dengan sengit. "Menurutmu? Bukankah itu sudah jelas?! Aku tidak akan bersusah payah membual hanya untuk sebuah alasan, yang pada akhirnya akan terdengar seperti omong kosong bagimu."

Althaf mentapku tak percaya, "Huh, Bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu? Aku memang tidak butuh bualanmu, yang aku butuhkan kata maaf dan penjelasan Rania!" Lalu ia menjambak kasar rambutnya. "Kamu, Apakah kamu sadar bahwa kamu sudah membohongi aku dan keluargaku, Rania?!"

Aku tertawa miris, memukul ringan dadaku yang terasa perih. "Apa katamu? Maaf? Ya, aku memang sudah berencana untuk melakukan itu, ketika aku belum mengetahui semua kebusukanmu!"

Aku melepas kasar jarum infus ditanganku, lalu bangkit mendekati Althaf. "Tapi sekarang, sorry aku ga sebodoh itu untuk memohon kata maaf darimu. Aku juga berhak marah disini!"

Wajah Althaf semakin keras. Suaranya semakin meninggi, seperti amarah yang ia tahan sejak tadi akan segera meledak. "Apa maksudmu ran? Kebusukanku hah? Apakah itu salah satu caramu untuk bisa kabur dari permasalah ini? Kebohongan apalagi yang mau kamu ciptakan?"

Perkataan Althaf bagaikan panah yang menembus diriku terdalam, tajam dan mematikan. Mataku mulai memanas, ternyata hatiku belum siap kembali terluka. "Kebohongan? Kamu sungguh lucu Althaf! Kamu marah denganku seakan hanya aku yang berbohong disini?! Sadar kamu juga berbohong!"

Tanpa bisa kutahan lagi, air mata ini kembali turun. "Aku sudah tahu hubunganmu dengan adikmu. Menurutmu kenapa aku tiba-tiba marah denganmu saat di coffee shop tadi? Apakah menurutmu aku melakukan itu tanpa alasan hah? Tentu saja tidak, sudah jelas bahwa aku mendengar percakapanmu!"

Althaf seketika tertegun. Matanya yang tadinya menunjukan rasa amarah tergantikan dengan tatapan bersalah. " Kamu, kamu benar mendengarkannya sampai akhir?"

Aku menggeleng. "Tidak, aku tidak perlu mendengarkannya sampai akhir karena aku sudah bisa menyimpulkan itu semua. Kamu menjijikan! Bagaimana bisa kamu jatuh cinta dengan adikmu sendiri hah?" Cercaku.

Althaf melotot tajam, ia mengarahkan telunjuknya padaku. "Tutup mulutmu rania! Kamu ga berhak ikut campur dengan kehidupanku! Kamu tidak tau apapun!"

Aku menatapnya tak percaya, bagaimana bisa ia berkata aku tak berhak disaat aku masih menjadi istrinya? "Tidak, aku tidak akan buta tentang semua hal ini. Terlebih, saat adikmulah yang menjadi awal dari kebohonganku."

"Diam! Apakah kamu mulai melemparkan semua kesalahanmu pada adikku? Sungguh memalukan! You're too pathetic!"

Aku menghapus air mataku dengan cepat, lalu menyanggah perkataanya"Melempar kesalahan? Buka matamu Althaf, adikmu tidak sebaik yang kamu pikirkan! And you told me that i'm too pathetic? Hah, justru kamu yang menyedihkan! Sangat menyedihkan dengan menghianati kebenaran yang ada!"

Althaf tertawa sinis. "Kamu pikir aku percaya dengan semua omong kosongmu? Tidak, aku hanya mempercayai apa yang aku lihat. Dan yang kulihat adalah kebohonganmu! Bagiku, cukup satu kebohongan saja untuk mempertanyakan semua kebenaran yang ada! Bukankah benar seperti itu?"

FAKE PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang