Kegilaan Anggia

1.9K 115 8
                                    

Sambel lalapan dikebuli
Pepes ikan dikeranda

Selamat datang kembali
Para pembaca tercinta

H A P P Y R E A D I N G

WARNING : Banyak adegan kekerasan.

------------------------------

Sayup-sayu aku mulai membuka kedua mataku, menerima keremangan cahaya malam. Kepalaku terasa begitu pening dan berat, belum lagi bau anyir yang datang menyapa.

Bulu romaku mulai berdiri, tak kala mendengan suara petir yang bersahutan diiringi dengan hujan lebat. Suara itu berhasil membuat suasana yang kurasakan semakin mencekam.

Dengan gelisah, aku mengusap kepalaku, mencoba meredakan rasa pening yang tengah mengguasai. Hanya saja, tangaku tiba-tiba merasakan cairan yang lengket datang dari kepala belakangku. Saat kulihat, ternyata itu darah, yang sepertinya keluar saat terkena pukulan tadi.

Aku kembali mengedarkan pandangaku, menatap objek disekitarku, terdapat sebuah kursi yang tak jauh darinya ada kamera bediri tegak dengan bantuan tripot. Selain itu, sisanya hanya ada tumpukan kursi dan meja yang sudah rusak.

Aku dimana?

Tak lama sebuah suara datang mengagetkanku.
"Si jalang ternyata sudah bangun ya."

Susah payah, kualihkan pandangku menatap sumber suara, ternyata itu adalah Anggia. Kali ini ia tidak sendiri, terdapat dua orang, yang menutupi mukanya, berdiri disebelahnya.

"Angia,"kataku lemas. "Ka—kamu menyekapku?"

Anggia tersenyum sinis, lalu ia memerintahkan kedua orang yang berada disebelahnya sambil menunjukku "angkat Dia!"

Perintah Anggia langsung disambut patuh kedua orang itu.

Merasa bahaya akan datang, aku segera bergerak mundur kebelakang. Tapi apa daya tubuhku terlalu lemah untuk kabur dari mereka. Mereka menangkapku, lalu menyeretku untuk menduduki sebuah kursi. Aku terus melawan. Kesal dengan perlawananku, akhirnya mereka mengikat kedua tangan dan kakiku di kursi.

"Anggia lepaskan aku—"teriakku padanya.

Bukannya menjawab Angia malah tertawa meledek, "kenapa aku harus melepaskan kelinci perburuanku, yang sudah susah payah kutangkap."

"Berengsek, kamu pikir aku hewan! Gila kamu!"

"Gila? Ya aku memang gila, bukankah kamu sudah mengetahuinya dari lama?"

Aku menatapnya tak percaya, apakah ia benar-benar sudah hilang akal sehatnya?

"Apakah kamu tidak tau, kalau ini merupakan tindakan illegal? Kamu bisa masuk penjara, Anggia!"

Anggia kembali tersenyum sinis, "penjara? Kamu pikir selama ini, aku tinggal dirumah sakit jiwa itu bukan penjara? Itu penjara sialan! Hari-hari yang kulewati disana bagaikan neraka, mereka mengikatku, menyuntiku, dan memperlakukanku seolah-olah aku orang sangat berbahaya. Sekeras apapun aku berteriak, sederas apapun aku menangis, mereka tidak akan pernah melepaskanku! Gila? Ya, aku memang menggila karena itu semua."

Aku hanya diam. Menatap mata Anggia yang diselimuti amarah membara. Jantungku terus berdetak dengan cepat, sungguh sebenarnya aku sangat takut menghadapi keadaan ini, tapi aku harus tetap tenang.

Tak lama, Anggia berjalan mendekat kepadaku, "dan neraka kegilaan itu semua terjadi karenamu! Karenamu, Jalang!" Ia mencengkram keras rahangku, "Kamu menghancurkan segalanya! kamu merebut cahaya kebahagian diriku. Kamu membuatku dijauhi keluargaku dan satu-satunya cintaku, Althaf. Sekarang, mereka semua sudah membuangku. Menurutmu, apakah hidupku sekarang ini bukan penjara?"

FAKE PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang