Sandaran

4.3K 225 13
                                    

Happy reading readers

Don't forget to Vote and Comment

Song : Lewis Capaldi - Someone You Loved

--------------------------------------------------

Aku semakin terisak dalam dekapan adam, usapan dan pelukannya cukup membuatku nyaman untuk meluapkan segalanya. Setelah puas, aku terdiam, rasa sakit kepala mulai menyergapku.

Adam melepaskan pelukannya, lalu menghapus sisa air mataku dengan ibu jarinya. Ia mengusap lembut pipiku, "Kamu lucu!" katanya menahan tawa. "Mata kamu sembab, hidungmu merah berair, dan pipimu juga memerah. But you still look beautiful."

Aku mengelap basah hidungku dengan lengan baju Adam. "Diem ah, lagi males denger gombalan!"

Adam menarik paksa tangannya, lalu mendecak sebal. "Ih kamu nih, kebiasaan banget dari dulu kalau ngelap apa-apa ke baju aku"

Aku terkekeh.

Adam memberikan sebuah sapu tangan dari balik jasnya. "Nih, pake ini aja."

"Makasih"

Kemudian Adam melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuhku yang mulai mengigil akibat terpaan rintik hujan tadi.

"Ran, lebih baik kita pergi dulu dari sini." Kemudian ia mengedarkan pandangannya kesekitar, "Kamu lihat deh, kita jadi pusat perhatian hahaha. Pelukan ditengah jalan sehabis hujan-hujanan. So sweet bangetkan kita?"

Aku mendegus sebal. "Hih kamu, masih bisa-bisanya aja bercanda!" Kemudian aku melangkah pergi meninggalkan Adam yang terkikik.

"Ran salah jalan" Adam menahan tanganku, lalu ia menariknya berlawanan arah. "Harusnya kesini. Soalnya mobilku diasana." Ujarnya sambil menunjukan mobil yang terparkir asal diujung sana.

Kemudian kami menuju mobil tersebut dan memasukinya.

"Adam, kok kamu bisa tau sih aku disini? Kamu ngikutin aku ya?" Tanyaku pada adam yang sedang sibuk mengemudikan mobil ini.

"Iya dong, aku kan fans berat kamu yang ngikutin kamu kemana-mana."

Aku berdecak kesal, lalu memukul pelan lengan Adam."Ih serius!"

"Iya, iya, ampun deh. Jadi gini, sebenarnya aku baru balik dari jogja sore ini, dan membawakan oleh-oleh untukmu, yaitu sate kelinci kesukaanmu. Setelah sampai didepan rumahmu, baru saja aku ingin menelponmu, kamu sudah keluar dari rumah dan langsung memasuki taxi. Awalnya aku diam, tapi tiba-tiba aku terpikir, Kenapa kamu pergi pakai taxi sedangkan dirumahmu saja banyak sekali mobil dengan supirnya? Ini sangat aneh. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung pergi mengikuti kamu. Terus, kamu tiba-tiba berhenti dan keluar dari taxi, lalu menangis hampa di jalanan seperti orang yang kehilangan arah, padahal itu bukan gaya kamu banget. Nah disitu deh aku sadar bahwa kamu sedang mempunyai masalah dengan orang yang sangat kamu sayangi, ya siapa lagi coba kalau bukan si Althaf. Tebakan aku betulkan? "

Aku terkesima dengan penjelasannya yang panjang dan tepat pada sasaran.

"Wow, tumben tebakanmu tepat Adam." Kataku sambil mengangkat kedua jempol.

Adam menyengit binggung. "Oh, jadi selama ini aku selalu salah gitu?"

Aku tertawa menanggapinya, untuk sesaat aku berhasil melupakan kesedihan ini. "Haha iya. So, mana sate kelinci yang kamu bawakan?"

Adam menjawabnya dengan menunjuk kursi belakang yang terdapat 2 plastik hitam. Aku segera mengambil tersebut dan membukanya. Kali ini perutku cukup keroncongan, karena seharian ini aku hanya minum teh.

FAKE PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang