Fakta yang Terungkap

4.3K 174 19
                                    

Happy reading guys

Jangan lupa untuk Vote and comment

LUV :*

--------------------------------------------------

Bar adalah suatu tempat yang tak asing bagi khalayak pecinta malam. Tempat itu identik dengan pencahayaan minim, alunan musik sendu, dan bau khas alkohol yang begitu mencuat. Tapi itu tak ayal membuat para penghuninya pergi. Bagi mereka, tempat itu adalah spot ternyaman untuk menghilangkan keluh kesah, walaupun hanya bersifat sementara.

"One more whisky please" pintaku kepada bartender yang ada di depanku sambil menyerahkan shot glass.

Bartender tersebut mengambil gelas itu dan menaruhnya kembali diatas meja. "Enough Miss." ujarnya mencoba menghalau kehendaku. " I think you already drunk"

Aku menghela nafas berat. Mengusap kepalaku yang terasa pening dan dadaku yang terasa sesak. Pada saat seperti ini, masih saja rasa frustasi itu kian mendominasi dalam setiap hembusan nafas. Begitu nyata dan menyakitkan.

Sejak malam insiden itu, dimana aku menolak Althaf. Bukan karena aku tidak mau, tapi karena aku terlalu takut untuk menyatakan kebenaran. Tersadar terperosok semakin jauh dalam kebohongan ini, membuatku kembali berpikir. Langkah apa yang harus ku ambil untuk mengakuinya?

Bagiku, orang yang melakukan kebohongan ada dua jenis. Jenis pertama, ia sangat menikmatinya hingga muncul kebohongan-kebohongan kecil yang lain. Jenis kedua adalah seseorang yang semakin merasa frustasi karena dihantui oleh rasa bersalah. Tapi ku yakin, dari kedua jenis itu, pasti akan datang waktu dimana kebohongan itu terungkap. Hanya saja itu akan terjadi diwaktu yang tepat.

Selama ini aku sadar, bahwa aku bukan tidak ingin mengakuinya, tapi aku hanya terlalu takut. Takut untuk mengecewakan semua orang yang begitu tulus menyayangiku. Jujur, rasa takut untuk mengecewakan itu lebih rumit dan sulit dari pada yang dikatakan. Itulah yang membuatku ditumbuk dengan rasa bersalah sekaligus frustasi.

Setelah melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya kuputuskan untuk mengatakan kebohongan ini kepada althaf setelah ia kembali dari perjalan bisnisnya. Aku tidak akan berpikir mengenai bagaimana ia akan bereaksi, karna aku tak ingin terus takut pada suatu hal yang tak pasti. Ya suatu hal yang belum tentu terjadi.

Denyutan di kepalaku semakin terasa pedih, membuatku menelungkupkan wajahku diatas meja, berharap bahwa posisi ini bisa mengurangi sedikit sakitnya.

"Hey baby. I miss you so bad."

Dalam sisa kesadaranku, samar-samar ku mendengar sebuah suara yang begitu familiar. Kuangkat sedikit kepalaku yang terasa begitu berat, menghadap ke sumber suara. Sayup-sayup mataku mulai menangkap siluet wajahnya. Wajah seseorang yang berulang kali mencari problem denganku. Yes, She is. Anggia.

Segara kutundukan kembali wajahku. Ingat ini bukan karena aku takut padanya, tapi karena aku sadar tidak sedang menggunakan perut silikon, jadi aku bisa saja ketahuan. Walaupun aku sudah berniat untuk mengungkapkan kebohongan ini, tetap saja aku tak ingin hal ini diketahui pertama kali oleh iblis itu. Bisa-bisa rencana pengakuan yang sudah kurancang dengan baik akan hancur seketika karnanya.

"Oh My God. Is this you? Gila udah lama banget lo ga kesini bitch! Ada urusan apaan lo?" Suara yang terdengar begitu serak dan berat, menandakan bahwa jenis suara ini umunya dimiliki oleh kaum lelaki.

"Haha. Gak ada urusan apa-apa ko, gue cuman pengen ketemu lo! Udah lama kita ga having sex."

What? Having Sex? Jangan bilang dia selingkuh dibelakang adam?

FAKE PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang