Buntung atau Untung?

5.2K 188 6
                                    

Balik lagi sama gue ^^

Happy Reading guys

Jangan lupa Vote please ya reader, I luv u.

----------------------------------------------------

Ketika suara gelas pecah berdeting kuat ditelinga, seolah alarm bahaya bagi orang yang mendengar. Terlebih lagi disambut dengan suara teriakan wanita, menggundang hawa penasaran manusia. Para pelayanan berbondong-bondong berlari menuju sumber suara, bersiap akan datangnya bahaya. Tapi setelah sampai ditempat, mereka dikejutkan dengan adanya bau semilir darah.

Seorang wanita berbaring tak berdaya, dengan mata sayu memohon pertolongan.  Di tubuhnya terlihat luka sobekan yang menggurat dahi dan lengannya. Tak berbeda jauh, kedaan seorang lainnya terlihat mengenaskan, ia tampak shok sambil mengusap pipinya yang terlihat memar. Akan tetapi keadaannya yang lebih baik mengundang tatap curiga bagi orang yang melihatnya.

Seorang yang diketahui sebagai kepala pelayan memberikan intruksi kepada bawahannya untuk memanggil sang majikan. Tidak perlu lama, sang empu yang ditunggu datang diikuti dengan tiga orang lainnya. Ya, itu adalah ibu mertuaku, suamiku, dan adik iparku. Mereka terdiam sesaat, shok melihat keadaan yang terjadi.

Ayah mertuaku memandang anggia, seolah meminta penjelasan "Ada apa ini?".

Tapi anggia masih setiap menatapku menandakan perang tak kasat mata ini masih belum usai.

Berbeda dengan ibu mertuaku yang terlihat sangat lemas,ia bersandar dalam pelukan ayah mertuaku, "Cepat Panggil dokter!" intruksinya terhadap salah satu pelayan.

Sedangkan Althaf, ia mendekat ke arah anggia dan memegang kedua bahunya, "Kamu ga papa de?"

Anggia menggangukan kepalanya dan mulai meneteskan air mata buaya.

sesaat aku merasa kecewa dengan tindakan althaf yang terlihat lebih mengkhawatirkan anggita dibanding diriku, istrinya. haha istri? Ya, seorang istri yang dinikahinya demi melindungi kebahagian adikanya.

Setelah itu althaf mendekatiku, menggedong tubuhku dan meninggalkan tempat perkara. sekilas aku mendengarnya berkata, "Masalah apalagi yang kamu buat ran"

Nafasku tertahan, jadi althaf nyalahin aku setelah ia melihat kondisiku dan menyaksikan kelakuan anggia yang menyudutkanku di meja makan? Sial, sejujurnya aku berharap ia membelaku. Seharusnya aku tahu diri walaupun sikap althaf seringkali membingungkanku. Terkadang ia terlihat sangat mencintaiku sampai tak ingin aku pergi, tapi terkadang ia bisa menyudutkanku dengan dingin.

"Althaf, bawa anggia ke kamar yang disitu!" perintah ayah mertuaku sambil menunjuk sebuah kamar disebelah ruang tamu.

Althaf membalikan badan, "Ayah kelamaan kalau kita menunggu dokter. Aku takut kandungan rania kenapa-napa. Jadi lebih baik aku langsung ke rumah sakit aja." althaf kembali menuju mobil diluar tanpa memperdulikan tanggapan ayahnya.

Shit, kenapa bisa lupa bahwa aku sedang hamil. Gawat kalau sampai kerumah sakit, bisa-bisa aku ketahuan ga hamil. Duh gimana dong?

"thaf mamah ikut kerumah sakit"

" Ga usah mah biar aku aja. Aku tau mamah masih shok lihat kejadian ini. Lebih baik mamah istirahat aja".

Ibu mertuaku hendak menyela, tapi ditahan ayah mertuaku "Betul mah kata Althaf, lebih baik kita dirumah aja. Kalau kita ikut, nanti kita malah bikin repot dia. Lebih baik kita bantu doa disini"

Mamah mertuaku mengangguk setuju dengan tatapan kecewa.

Sesampainya diluar, Althaf kembali ditahan, "Kak, kakak disini aja temani aku, biar rania dianter mang ujang-supir- kerumah sakit. Ya kak? aku takut, aku butuh kakak sekarang! Aku mohon" ujar anggia sesegukan.

FAKE PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang