13.||

19 5 29
                                    

Minggu

Lisa sudah bersiap siap dengan mengenakan baju syar'i nya yang berwarna hijau botol juga Khimar yang senada dengan baju nya.

Hari ini mereka sekeluarga akan pergi mengantarkan Hanif kembali ke Kairo melanjutkan study nya.

Yah, waktu liburnya telah usai tak ada lagi penolakan untuk kembali ke Kairo.

Lisa sedari tadi tak pernah melepaskan tangannya dari lengan Hanif. Ia masih betul betul belum siap harus di tinggal lagi oleh Abang ke sayangannya itu.

Sedangkan aswa beserta Farhan sudah lebih dulu mendahului mereka ke bandar karena ingin memeriksa kembali tiket putranya itu.

"Dek jadi kapan tuh mulai lomba public nya?" Tanya hanif yang masih dengan posisinya yang sama berjalan dan beriringan dengan adik Humairah nya itu.

Siapapun yang melihat mereka berdua pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih ataupun suami istri karena mereka berjalan seiringan.

"Satu Minggu ke depan bang, doa-in ya" ucap Lisa lembut lalu menyenderkan kepalanya di pundak Hanif. Mereka sedang duduk di ruang tunggu, sambil menunggu Abi dan uminya.

"Aamiin" Hanif memberikan senyum simpulnya. Sebenarnya ia ingin sekali menemani adiknya dalam mengikuti acara perlombaan itu tapi sayangnya Allah berkehendak lain. Mungkin di lain waktu ia akan menemani  adiknya dalam waktu yang sangat lama.

"Bang, kalau udah disana jangan lupa sholat lima waktunya terus ngaji juga lebih rutin lagi apalagi usai sholat" pesan Lisa. Hanif pun mangut mangut lalu tersenyum hangat kepada adiknya itu.

"Iya Humairah nya Abang" ucapnya sambil mengacak puncuk kepala Lisa yang tertutup khimar.

"Eh, Abang udah siap belum?" Tanya umi saat sudah berada didekat ke dua anaknya juga diikuti farhan.

"Insya Allah siap mi" Hanif tersenyum lalu melihat ke sebelah kanannya terlihat Humairah nya murung.

"Humairah" ucap Hanif dengan mengangkat dagu adiknya itu menggunakan tangannya.

"Abang janji akan cepat nyelesaiin kuliah terus balik lagi ke Indonesia jangan sedih ya". Ucapnya Lisa mendengar nya sangat terharu. Begitu juga dengan Abi dan umi mereka terharu melihat interaksi kedua anaknya yang saling menyayangi satu sama lain.

Hanif melambaikan tangannya juga senyumnya yang tak pernah pudar dari wajahnya yang ia hadiahi untuk kedua orang tuanya juga adik Humairah nya.

Aswa melihat putrinya itu, tanpa terasa Lisa mengeluarkan bulir bening yang jatuh di pipinya.

Aswa meraih tubuh Lisa dan mendekapnya disitu Lisa tak bergeming. Setelahnya ia tersenyum hangat kepada uminya lalu beralih pada abinya.

Abinya ikut tersenyum lalu mengelus pelan puncuk kepala putrinya.

Mereka pun pergi dari bandara tempat dimana mereka mengantar Hanif untuk melanjutkan study nya.

Lisa sudah berada di kamarnya ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya. Saat perbincangannya dengan abangnya di bandara ia jadi teringat akan perlombaan yang mana pihak sekolah telah memilihnya juga Reza sepupunya dan satu orang lagi ia belum tahu pasti siapa dia.

Padahal mereka sudah latihan jauh jauh hari namun siswa yang satu lagi masih belum ikut untuk latihan.

Lalu kejadian kemarin pun ia belum paham, laki-laki yang ia temui pingsan di tengah jalan bersama Hanif abangnya tiba tiba saja ingin sekali berbicara padanya.

Alif namanya, namun belum sempat ia membuka suara laki-laki yang Lisa ingin hindari juga ternyata sedang berada di restaurant tempat ia berada bersama Desi juga Alif.

Coeur fort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang