Selamat membaca🍁
"Astaghfirullah" gelas yang berada di tangannya kini sudah pecah di atas lantai.
"Ada apa Bun?" Tanya lelaki paruh baya itu panik karena mendengar suara pecahan gelas.
"Pa, kok perasaan bunda jadi ga enak ya" ucapnya sambil mengelus dadanya. Ia jadi teringat pada anak sulung nya.
"Perasaan apa bunda?" Ia pun membawa istrinya duduk di sofa ruang tamu sambil menenangkan istrinya.
"Bima..., Bima jam segini belum pulang pa. Apa yang terjadi sama anak kita" ucapnya kini air matanya berhasil meluncur dan membasahi pipinya.
"Pasti dia lagi dijalan bun, udah bunda tenang aja ya" Bram papa nya Bima segera mengambil air putih agar istrinya itu tenang.
Dengan cepat Bram memberikan putih itu, dan Disa bunda Bima dengan cepat meminumnya dengan tangannya yang kini sudah gemetar.
"Bunda tenang ya, biar papa hubungi dia dulu" Bram pun merogoh handphone nya yang berada di saku celananya. Lalu menekan nomor Bima untuk di hubungi.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
Tutt tuttt
Bram mengacak rambutnya frustasi, karena orang yang ia hubungi nomornya sedang tidak aktif.
"Kenapa pa, Bima tidak menjawab?" Disa sudah semakin cemas dengan anak sulungnya itu.
"Ah, papa hubungi temannya dulu." Ucapnya lalu beralih pada gadget nya dan mencari nomor Alif.
Nomor yang anda tuju sedang tid.....
Bram langsung mencampakkan gadgetnya dengan asal.
Semua yang ia hubungi tidak ada satupun yang menjawab.
"Pa, kita kerumah mbak Dian saja pa" ajaknya setelah mengingat ngingat tujuan anaknya saat pergi adalah kerumah Alif.
"Tapi Bun, diluar masih hujan nanti bunda sakit"
"Pa, anak kita belum pulang. Kita harus kesana dan bunda ikut!." Disa takbisa berdiam diri dirumah ia hanya ingin mengetahui keberadaan anaknya.
Mereka pun segera menuju rumah Dian mama Alif.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan.
"Wa'alaikumussalam, eh mbak Disa. Ada apa ya mbak?" Tanya Dian, biasanya juga kalau orang tua Bima ingin berkunjung pasti akan memberitahu lebih dulu.
"Mari masuk dulu mbak" ajaknya, mereka pun sudah berada di ruang tamu.
Alfa yang juga berada di ruang tamu, kini baralih pada kedatangan orang tua dari teman anaknya, sekaligus sahabatnya.
"Ada apa pak Bram? Kenapa istrimu terlihat begitu cemas?" Tanya nya terlebih dahulu sambil mempersilahkan kedua insan ini duduk.
"Bima belum pulang, katanya dia ingin pergi bersama anak bapak Alif, an Bima juga sudah berpamitan sama bundanya." Ujarnya yang sekarang masih menggenggam kedua tangan istrinya itu agar lebih tenang.
"Iya, mbak Disa benar. Bima yang menjemput Alif, tapi sampai sekarang belum pulang juga." Dian menjelaskan namun kini ia juga sudah merasa cemas dengan keadaan anaknya yang belum juga pulang. Apa sebenarnya yang terjadi?
Sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing, tak tahu dimana keberadaan anak mereka.
Sudah di hubungi beberapa kali, namun hasilnya nihil tidak ada satupun yang dapat di hubungi. Baik itu Bima, Alif, Dion, Gogo, ataupun Iham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coeur fort
RandomBersabarlah karena di setiap kesulitan ada kemudahan darinya. Dan berdoalah karena semuanya akan indah pada waktunya.