New Adventure

50 3 0
                                    

Dylan mendengus. Pagi ini dia terlambat bangun. Jadilah ia berada di urutan terakhir untuk mandi. Bahkan Zani dan Kara sudah memasang sepatu mereka, sudah berniat untuk turun.

"Roy! Cepet!"

Roy yang berada di bilik kamar mandi tak membalas.

Andrea melewatinya begitu saja. Tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk lantaran tidak ada hair dryer. "Gak usah mandi kalo takut telat." Andrea melirik, "Entar kan latian tim. Paling suruh duel. Keringetan, entar harus mandi."

Dylan bedecak sebal, "Gue gak handsome lagi gimana?"

"Ya gak gimana-gimana." Kara melakukan sedikit perenggangan.

Ryu yang sibuk di depan cermin mengimbuhi, "Entar gue yang paling ganteng."

"Idih." Tahu lah respon siapa itu.

Dylan memelas, "Gue pingin handsome."

"Lo udah handsome tanpa mandi," Zani menepuk pundaknya membuat sang empu sedikit bersemangat. "Tapi boong."

Seketika gelak tawa mengisi kamar itu.

Seketika Dylan melemas. Nylekit. Diterbangin tapi tau-tau dijatuhin.

Bersamaan dengan itu Roy keluar dari kamar mandi dengan handuk di pundak. "Maaf, Bro. Airnya habis."

Dylan hampir pingsan. Sudah menunggu lama tapi tidak dapat? Astaga, penyiksaan macam apa ini?

"Bodo amat, gue gak mandi." Dylan mendengus kasar. Dia hanya mengguankan air segayung yang disisakan Roy untuk mencuci muka da kumur-kumur. Segera berjalan ke meja rias untuk menyisir rambut dan menyemprotkan parfum sebanyak-banyaknya.

Dia belagak seperti tidak terjadi apapun, "Ayo."

"Jauh-jauh lo dari gue. Bau parfum lo itu gak enak," Zani memberi ruang untuk dia dan Dylan.

Yang lain semakin tergelak. Sesekali menggigit bibir untuk menghentikan tawa.

Dylan melangkah keluar, "Bodo amat. Tindas aja tindas. Gue gak bagal gepeng."

Berbekal umpatan yang ia ketahui, Dylan merapalkannya dengan sepenuh hati. Ditujukan pada teman-temannya yang kurang ajar padanya. Padahal ia lebih tua dari mereka.

Di bawah, semua orang sudah menunggu untuk sarapan. Sedikit saling berbincang untuk menghilangkan kebosanan.

"Rani!" Dylan memanggil dramatis.

Rani menengok, temannya satu itu tumben-tumbenan turun duluan. Sendiri pula. "Apa?"

"Mereka jahat," Dylan membuat semua atensi berada di bawah kendalinya dengan wajah memelasnya yang sialnya sangat imut itu.

Rani terkekeh, pasti yang lain mengerjainya.

Dengan santainya Andrea berkata, "Jangan deket-deket, dia belum mandi."

"Kalo bukan gara-gara Roy aku uda mandi kok."

Mereka semua mendudukkan diri di tempatnya masing-masing. Mulai menyantap makanan yang dihidangkan. Tak ada suara, hanya hening yang menemani. 

Akasa membuka mulut setelah menyelesaikan makannya, "Kira-kira kita latihan apa ya?"

"Ini latihan tim, bukan? Paling suruh bahas straktegi lagi." Astor menjawab acuh, pasalnya sejak awal mereka terus membahas straktegi dan straktegi.

Ava mengernyit, "Bukakankah itu karena tim di level ini belum penuh. Mungkin kali ini kita akan mendapatkan latihan yang berbeda."

Astor mengedikkan bahu acuh. Tak membalas lagi.

Pahlawan Kastel TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang