Penasaran

20 8 3
                                    

Kay melangkah masuk kembali ke perpustakaan di ruangan mereka. Tatapannya kembali jatuh di arah yang sama. Dia masih di sana, gadis itu masih berada di tempat yang sama.

Kay memutar otak. Ya, dia tahu siapa orangnya. Ujung bibirnya terangkat membentuk seringaian yang keji.

Dia mulai melangkah, langkah yang sangat perlahan yang tidak memungkinkan seseorang tahu keberadaannya. Kecuali--

"Untuk apa kau kemari?"

Sebuah suara membuat langkahnya terhenti dan pungungnya meremang. Kay tersenyum tipis, "Pendegaranmu tajam."

Zani--gadis itu--mendengus. Melanjutkan kegiatannya sebelum ada yang mengganggunya.

Kay mendudukan bokongnya di hadapan Zani. Mengamati buku yang menutupi hampir seluruh gadis di hadapannya.

Sebuah kisah romansa? Dahinya berkerut, gadis di depannya membaca cerita romansa?

"Apa?"

Kay menahan tawanya, "Kau membaca kisah romansa?"

"Menurutmu?"

Kay melambaikan tangan, "Lupakan sajalah, tak penting."

Keadaan kembali hening, tak ada yang membuka suara. Mereka sama-sama fokus dengan kegiatan masing-masing. Kay yang fokus dengan pikirannya dan Zani yang fokus dengan kegiatan sebelumnya--membaca.

Kay menghembuskan napas, keputusannya sudah bulat. "Aku ingin meminta bantuanmu."

Zani mengangkat sebelah alisnya, "Bantuan apa?"

"Ceritakan tentang duniamu."

Zani mengernyit, "Kau datang pada orang yang salah."

Buk.

Zani menutup buku yang dibacanya. Bangkit lalu meninggalkan orang itu tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Kay menghembuskan napas. Dia yakin gadis ini yang paling tepat untuk membantunya. Namun dia butuh cara. Mereka punya sikap dan sifat yang sama--tanyakan pada kay mengapa dia memperhatikan gadis satu ini--, entah mengapa dia yakin bahwa Zani satu pemikiran dengannya. Dia juga yakin bahwa buku yang dibacanya--Zani--tadi berbeda. Karena diawal tadi Zani sempat membeca buku tentang dunia ini.

Terlalu banyak berpikir membuat kepalanya pening. Kay melenggang meninggalkan perpustakaan ini. Dia harus memikirkan bagaimana cara membujuk Zani. Yah, setidaknya dia yakin bahwa Zani tidak akan menceritakan percakapan mereka.

Kay menutup mulutnya dengan sebelah tangan, dia menguap. Entah mengapa dia merasa ngantuk. Mungkin karen tadi malam dia sempat melamun sampai larut. Ah, sudahlah dia tak peduli.

Aish, kenapa keadaan di luar sangat berisik? Kepalanya sekarang menjadi pening. Tangannya bergerak ke pangkal hidungnya. Memijatnya perlahan, matanya terpejam menikmati pijatan yang dibuatnya sendiri.

Tak bertahan lama, karena ia merasakan sebuah tepukan kecil di lengannya. Matanya secara spontan terbuka dengan kepala yang sedikit tersentak kebelakang.

Lagi-lagi otaknya terpaksa harus digunakannya. Dia lupa nama gadis didepannya ini. "Ada apa?"

Gadis di depannya tersenyum canggung, "Maaf mengganggumu, tapi Cia memintaku memenggilmu. Kami tadi sempat membuat sesuatu, dia memintamu mencobanya."

Sempat gagap pada beberapa katanya. Tetap saja pada akhirnya Kay mengangguk. "Ayo."

Gadis itu mengangguk, "Kau duluan."

Kay kekeh menggeleng, "Perempuan dahulu."

Gadis itu tersipu. Lantas mulai berjalan dengan kaku.

Pahlawan Kastel TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang