Balapan II

41 9 10
                                    

Warna orange menghiasi sore indah ini. Sore kali ini berbeda dari biasanya. Lebih indah rasanya, seperti hanya ada kebahagiaan dimuka bumi ini.

Mobil di tahun 2047? Memang sudah tidak zaman mobil sudah kalah teknologi dengan Flicar.Namun siapa tahu ini menjadi hal yang menarik bagi seseorang. Bahkan banyak orang yang berbondong bondong pergi ke suatu tempat hanya ingin melihatnya. Karena mobil merupakan barang antik di tahun 2047. 

Orang orang berkumpul untuk menyaksikan sebuah balapan mobil. Suara sorakan dan dukungan memenuhi area ini. Untuk menghilangkan rasa penat dan bosan karena selalu melihat Flicar berlalu lalang, mereka memilih menghadiri perlombaan mobil yang sekarang menjadi barang antik.

Setiap pengunjung memberikan keuntungan bagi pemilik tempat balapan ini dan para pembalapnya. Setiap yang menang dan yang kalah mendapatkan bayaran dari sang pemilik dari hasil penjualan tiket.

Menggiurkan bukan? Balapan dengan jaminan, tetap mendapat uang walaupun kalah. Tidak seperti balapan liar yang akan mendapat kerugian jika kalah.

Dan pemilik tempat ini pasti memiliki otak yang cerdas dan sangat meminati bidang ini. Ya siapa sangka salah satu dari sang pembalap yang akan menghibur para penonton adalah pemilik tempat ini, ya dia Dylan. Walaupun juga untuk pengembangan di daerah lain ia masih memerlukan bantuan Zani. Dia tetap hebat.

'Citttt.'

Zani menghentikan mobil nya hingga membentuk dua garis hitam pada jalan. Sesegera mungkin dia keluar disusul oleh Rani dan Kara yang berada di belakang.

"Gila woyy belum balapan aja kek gini," Kara mengelus dadanya sambil menatap tajam Zani, walau hanya dianggap angin lalu.

"Jantungan gue," Rani berkacak pinggang dan menampilkan wajah lega.

"Salah siapa tadi mau ikut?" Andrea baru saja keluar dari mobil sambil terkekeh.

"Ya kitalah," Kara dan Rani serempak membusungkan dada.

"Woy lo pada, kita dah nungguin dari lemot lo pada!!" seru Afta atau host acara hari ini sambil menepuk pundak Dylan yang sedang membelakangi nya. Dia seorang anak korban broken home, untungnya Dylan mengenalnya dan memberinya perkerjaan hingga ia tidak terjerumus kedalam pergaulan gelap.

" Oke sorry,gue sama mereka ada masalah dikit," Dylan sambil melirik kepada Seven's mengajak berkompromi.

'Masalah apaan? Malahan dia yang ngajak debat tadi,' batin Seven's kecuali Dylan tentunya. Namun mereka hanya mengangguk mengiyakan.

"Yaudah yuk tim lawan lo udah nanyain lo dari tadi, nomer lo sih gak aktif," Afta melangkah lebih dulu membiarkan Seven's mengikutinya.

Semua kembali masuk ke mobil seperti semula. Dylan dan Zani menjalankan mobilnya perlahan. Cahaya matahari yang masih tampak menyinari cat mobil mereka yang membuat mobil mereka berkilau. Semua orang yang berada di jalan untuk melihat sang lawan yang sedang marah marah kepada kru langsung menepi membiarkan kedua mobil balap itu lewat.

Seven's keluar dari mobil balap dengan wajah datar dan dingin. Kemudian mereka berjalan dengan pola 'segitiga pascal' seperti biasanya. Bedanya kali ini yang berada di depan adalah Dylan yang sudah memulai masalah ini. Memang begitu peraturannya yang membuat masalah akan bertanggungjawab. Baik laki laki atau perempuan

"Hoy hoy, gak usah marah marah kali," Dylan mengarahkan tangannya ketangan sang lawan yang sedang mencengkram kerah seorang crew untuk melepaskannya.

"Lo siapa?! Ngapain lo nyuruh nyuruh gue?!" sentaknya dengan emosi yang menggebu-ngebu.

"Lawan lo," Afta berucap santai yang entah sejak kapan berada di samping Dylan.

"Lo yang bikin gue nunggu 4 jam?!" sentak nya lagi sambil menarik kerah seragam Dylan.

Pahlawan Kastel TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang