Say something

11.4K 836 100
                                    


Ceritanya kehapus😭

Aku ulang lagi di sini😭😭

Langsung ke part 2 aja ya


Jungkook sudah menyerah untuk mencari tahu, bahkan sudah tidak peduli lagi dengan gadis itu. Setelah tarik-menarik dua hari yang lalu, Jungkook memang sering berdiam diri di balkon untuk belajar, sekalian juga mengamati pintu balkon yang selalu tertutup di seberang. Dan gadis itu tidak pernah muncul. Demi Tuhan, Jungkook benar-benar kesal, entah karena gadis itu yang kelewatan menutup dirinya atau dirinya sendiri yang terlalu penasaran sehingga harus terlihat konyol di mata ayahnya karena sering mendapati Jungkook menatap rumah itu.

Ini akhir pekan. Jungkook dapat pesan dari Natt yang mengatakan akan datang, tapi Jungkook menolak, ia tidak sedang dalam mood baik. Dan Jungkook menyibukkan dirinya dengan game di komputer sebelum ayahnya memanggil dengan teriakan.

“Jungkook, buka pintunya. Aku di kamar mandi.”

“Ya Tuhan, Natt,” desis Jungkook, beranjak turun dari kamar tidurnya.

“Jungkook!”

“Aku sudah di bawah.” Jungkook mengetatkan rahang saat bel pintu masih berbunyi, Jungkook membuka pintu dengan hentakan kuat, marah.

“Selamat pagi.”

Bukan Natt.

Jungkook terpaku.

“Maaf, apa mengganggu?”

Jungkook menggeleng.

“Ini, kue beras. Kami harusnya memberikan ini sejak beberapa hari yang lalu, tapi aku terlalu sibuk.”

Jungkook diam, melirik perempuan yang menunduk di samping wanita yang sedang bicara.

“Tidak suka kue beras ya?”

Jungkook segera menerima makanan itu. “Terimakasih.”

“Aku Dira.” Wanita itu tersenyum hangat, menarik tangan perempuan di sampingnya. “Ini Lili, dia adikku.”

Lili? Jungkook akhirnya tahu namanya.

“Hei..” Ayahnya datang menyapa. Dira tersenyum lagi, sementara Jungkook sibuk menatap lurus-lurus Lili yang sempat mendongak lalu menunduk lagi.

“Kue beras? Terimakasih. Aku suka kue beras,” ujar ayahnya terkekeh ringan.

“Maaf baru menyapa kalian sekarang,” sahut Dira.

“Tidak apa, ngomong-ngomong kami tinggal berdua di sini. Ini putraku, Jungkook.”

Dira mengangguk-angguk.

“Selamat akhir pekan.”

“Ya, terimakasih.”

Ketika kedua wanita itu pamit untuk pergi, Jungkook masih bergeming memegangi pintu. Haruskah ia mencegah mereka sekarang? Apa gadis itu masih takut padanya? maukah gadis itu bicara dengannya?

“Jungkook, ini enak. Cobalah.” Geming itu segera lepas ketika ayahnya terlihat senang setelah mencoba kue beras pemberian tetangga baru.

Jungkook mengambil satu, sesuatu yang jarang terjadi sebab Jungkook tidak pernah mencoba hal yang ditawarkan ayahnya. Mungkin, karena ini dari kedua wanita itu?

“Enak kan?” Jungkook mengangguk, mengambil satu lagi untuk dibawa ke kamar.







🌷🌷








Jungkook sudah lima jam duduk di balkon, pura-pura sibuk dengan buku saat pintu balkon milik tetangga terbuka setengah. Bisa saja ia melompat ke sana seperti biasa, tapi gadis itu mungkin akan semakin jauh, dan pintu itu akan selamanya tertutup. Jungkook tidak akan memiliki peluang.

Jungkook ingin menemui gadis itu, bicara, menjelaskan kejadian waktu itu lalu menyuruh gadis itu agar setidaknya membuka pintu balkon lebih sering.

“Sial..” Jungkook mendecak karena seperti biasa gadis itu selalu menutup dirinya di rumah.

Saat Dira muncul di bawah, menyapa seorang pria dan pergi dengan mobil berwarna hitam, Jungkook tersenyum miring. Segera turun ke dapur dan menemukan ayahnya tengah membuat sandwich sebanyak tiga potong.

“Aku mau.”

“Huh?”

“Aku mau sandwich.” Ayahnya hanya mengernyit saat Jungkook meraih piring kecil lalu menaruh sandwich itu di sana.

“Untukku?” Jungkook tidak mengubris, ia membawa semua sandwich buatan ayahnya lantas keluar dari rumah.

Tiba di depan rumah itu, Jungkook menekan bel pintu, ditekan berkali-kali. Jungkook tahu pemilik rumah akan menggerutu karena merasa terganggu dan itulah tujuan Jungkook yang sebenarnya. Dengan gangguan dari luar, gadis bernama Lili akan segera keluar.

Dan benar dugaannya, gadis itu keluar. Memasang wajah kesal yang kentara, bibirnya maju dan cemberut. Untuk sesaat, Jungkook tersenyum saat melihatnya.

“Sandwich.” Kata pertama yang diucapkan Jungkook dengan senyuman manis.

Gadis itu menatap tiga sandwich yang tertawa rapi di piring kecil, lalu berhenti pada mata Jungkook yang besar.

“Sandwich.” Jungkook mengatakannya lagi. Tidak terlalu paham harus mengatakan kalimat yang bagaimana agar gadis itu menerimanya.

Jungkook tidak pandai bagaimana berbicara yang sopan pada orang yang baru ia kenal, terutama gadis seperti Lili, yang Jungkook rasa kemampuan sosial mereka juga sama-sama buruk. Jika ini Natt, mungkin akan memudahkan Jungkook, cukup merayu gadis itu lalu berakhir dengan sesuatu yang bersifat geli.

Apakah Jungkook harus mengatakan sandwich lagi? atau mendorong-dorong piringnya?

Tangan gadis itu akhirnya terulur, tahu maksud Jungkook yang tolol. Ia menerimanya lalu mengejutkan Jungkook ketika senyuman itu terbentuk. Gadis itu cantik. Melebihi Natt, melebihi bunga-bunga yang ada di depan rumah, yang sering disiram ayahnya agar tidak layu.

“A-aku, Jungkook.”

Gadis itu sudah tahu.

“Aku tinggal dengan ayahku.”

Gadis itu juga sudah tahu.

“Ehm..a-ini..” Senyuman gadis itu semakin lebar ketika Jungkook memerah dan gugup. Menular pada Jungkook, ia juga tersenyum meski wajahnya memanas dan satu hal ia dapatkan lagi. Senyuman itu manis, sangat manis, melebihi gulali, melebihi madu dan Jungkook suka.
Ketika gadis itu masuk untuk meletakkan sandwich pemberian Jungkook, Jungkook juga masuk. Lancang memang, tapi ia sering masuk ke rumah Natt meski wanita itu belum mengijinkan.

Lili terkejut.

Jungkook terkekeh.

“Aku sekolah di Elderd.” Gadis itu ikut duduk di depan Jungkook.

“Di sana bagus, aku masuk klub melukis.” Kemampuan bicara Jungkook semakin bagus.

Ia merasa terganggu karena gadis itu hanya diam dan tersenyum, terganggu yang lain, beda. Ia ingin gadis itu setidaknya mengatakan sesuatu untuk membalas Jungkook, Jungkook tidak punya banyak kosa kata untuk diucapkan.

“Kau masih sekolah juga kan?”
Lili mengangguk.

Jungkook menahan diri, tidak ingin memaksa gadis itu bicara.

“Di mana?”

Saat  gadis itu malah menarik notes dan menulis sesuatu dengan jari-jarinya yang kecil, Jungkook merasa ada gumpalan besar di lehernya.

Home schooling

Gadis itu menulisnya dengan tulisan tangan yang rapi.

Pada akhirnya Jungkook tahu. Tahu bahwa gadis itu…. bisu.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang