Hurry

4.5K 599 71
                                    


Terik matahari saat itu tidak terlalu buruk, beberapa orang melangkah biasa saja, tidak banyak yang berlomba-lomba untuk berteduh atau menutup kepala dengan buku maupun tas. Keberadaan angin membuat panasnya tidak menusuk, jadi semuanya menjadi terlihat baik-baik saja.

Jeon Jungkook, menahan tangannya di canvas. Ayunan jari yang kini membentuk gambaran paha atas perempuan membuatnya terdiam.

Kemarin, Jungkook pergi. Cukup terburu-buru.

Kata bisu melunturkan senyumnya pada detik itu juga.

Ia meninggalkan Lili saat gadis itu baru saja akan menulis kalimat lain di dalam notesnya.

Jungkook tidak yakin akan bertahan dengan gadis bisu. Pertama, Jungkook tidak suka diribetkan dengan membaca. Kedua, Jungkook benci menunggu. Ketiga, Jungkook punya kelemahan untuk memulai percakapan, dan menunggu gadis bisu itu bicara adalah hal yang mustahil.

Bisu adalah hal yang Jungkook sangat ingin pisahkan jauh-jauh dari kehidupannya.

Rencanaya hari ini cukup lengkap, seperti biasa, ia akan menemui Natt.

Ia merindukan perempuan itu. Senyum lebarnya, bibir merahnya, dan….tubuhnya. Natt luar biasa.

Jungkook meletakkan kuas di samping pisau palet, bergegas menelepos Natt yang mungkin sudah mempersiapkan dirinya di rumah.

“Hai….”

“Are you busy?”

“Ya, cukup. Aku mempersipkan diri untuk seseorang.”

“And I know who you mean.”

Natt terkekeh.

Jungkook tersenyum lebar, berjalan ke balkon dan…menemukan Lili sedang berada di balkon lain, segera masuk karena melihat Jungkook.

“So, apa yang sudah kau persiapkan?”

“Uhm..you have to guess..” Suara Natt benar-benar membuat Jungkook tergoda.

“Panties?"

“Ya, of course..and?”

“You have to take off your panties..”

“I did.”

“You did?”

“Yes.”

Kerongkongan Jungkook mengering tiba-tiba, membayangkan Natt yang luar biasa dan without panties?

“Aku harus ke sana sekarang.”

“Hurry..”

“I will fly.”

“With me..”

Jungkook buru-buru mengakhiri telepon. Dan gadis bisu di seberang masih seperti tadi, muncul dan segera sembunyi saat Jungkook melihatnya.

“Ke mana?” tanya ayahnya saat Jungkook turun.

“Rumah Natt.”

“Kau terlalu sering menemuinya.”

Jungkook menoleh, menatap dingin ayahnya kemudian memasang sepatunya yang tersusun di rak.

“Kau lupa nilaimu bagaimana?”

“Aku tau dan aku yang akan mengurusnya.”

“Aku harus bilang kalau Natt semakin mempengaruhimu.”

“What the hell do you mean?” Pria tua itu seharusnya menilai dirinya sendiri, ia tidak lebih baik dari Jungkook dan mereka seharusnya tidak saling ikut campur. Jungkook marah untuk pertama kalinya, dirinya selalu diam dan terkesan tidak peduli selama ini, tapi ini menyangkut Natt, satu-satunya orang yang menemaninya saat ia membutuhkan sandaran.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang